TPD - 4. Lost
Happy Reading!!
Mafia itu menatap tajam Mutia yang sudah mengatakan maaf, namun kenapa kata maaf yang keluar dari mulut Mutia menjadi terdengar seksi ditelinganya.
"Dasar sombong!" Setelah mengatakan itu Mutia menyeret Gatha masuk ke apartemen.
Gatha memandang botak yang sedari tadi mengejeknya sambil mengunyah permen karet. Gatha merasa dongkol, mempelototi botak. Mereka saling beradu pandang dengan sengit sampai Gatha menjulurkan jari tengahnya.
'Brak'
Pintu ditutup sangat kencang oleh Gatha.
"Hah! Lapar nih." Gatha memasuki apartment dengan tampang lelah yang sangat nampak di wajahnya.
'Plak'
"Makanan terus yang ada di kepalamu! Aku juga lapar!" Gatha memutar bola matanya malas.
Mutia berpikir bahwa bodyguard itu hanya mengikutinya saja. Dilihat dari seberapa keras Gatha berusaha mencari celah, mereka tetap mengikuti Mutia.
"Kau belilah ke depan, ada restoran cepat saji disana." Kata Mutia yang dijawab dengan tatapan protes Gatha.
"Kok aku?" Gatha bersedekap dada sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jadi kau mau makananmu dimakan bersama si botak?" Gatha menggeleng lucu, gampang sekali membohongi Gatha.
"Yaudah beli sana." Gatha mengangguk segera berlari keluar, baru beberapa langkah ia berbalik. Mutia mengangkat satu alisnya namun gagal, diganti dengan dua alisnya.
"Uang? Hehe." Mutia memutar bola matanya jengah.
"Dasar miskin, kamseupay." Gatha pergi setelah menyentil mata Mutia dengan sedikit keras.
Gatha berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan kantung, sambil bersiul-siul menikmati jalan yang menurutnya lumayan sepi untuk sore yang indah ini. Gatha termenung. Ia menginginkan sesuatu, namun apa.
"Ah, aku tau! Es tung tung!" Gatha berlari ke taman terdekat mencari dan terus mencari namun tak ada.
Gatha berlari kesana kemari, dari ujung ke ujung seperti orang kesetanan sampai ia terduduk lemas di pinggir jalan. Ia menoyor kepalanya sendiri.
"Aku tersesat." Gumamnya dengan pelan.
Gatha menunduk, memainkan ranting kayu dan menuliskan 'Mutia, help me' dan itu semakin membuatnya frustasi. Gatha berfikir kembali, ia tadi melewati jalan apa dan kemana.
Dengan keberanian yang ada di dalam dirinya Gatha berlari lagi dan ternyata baru beberapa langkah ia sudah sampai di gedung apartmennya. Gatha memasang ekspresi datar dan menghapus sisa tangisnya.
Memasuki restoran cepat saji, Agatha langsung keluar lagi karena melihat harganya yang mahal dan belok kearah supermarket. Setelah memilih dari ujung ke ujung akhirnya Gatha memilih roti selai coklat dan membeli es krim sekalian.
"Cuma jalan sekitar sini kok capek ya." Kata Gatha sambil berjalan menuju ke apartmen.
Sesampainya di apartmen Gatha tercengang melihat Mutia yang bersama dengan makanan-makanan terlihat lezat.
"Stop! Jangan dimakan!" Pekik Gatha saat melihat Mutia akan memasukkan daging ke dalam mulutnya.
Mutia mengangkat kedua alisnya, Gatha duduk di samping Mutia dan memberinya roti yang ia beli tadi dengan hembusan nafas kasar.
"Bisa aja ada racunnya, kalau racun tikus kau nanti jadi tikus loh!" Mutia langsung bergidik ngeri.
Mereka memandang makanan banyak itu dengan takut-takut. Mereka duduk di lantai sudut kamar dengan memakai selimut untuk menutupi mereka. Gatha dan Mutia memakan setiap orang satu roti, padahal Mutia memberi lumayan banyak uang untuk membeli makanan yang sedikit lezat.
Setelah makan mereka dengan gerakan amat sangat pelan menaiki kasur dan tidur terlelap.
**
Gatha terbangun saat mencium bau makanan yang membuai hidungnya. Tidak mungkin Mutia memasak karena dia tidak mungkin bangun jam segini. Agatha yang sudah tidak tahan, bangun dan langsung melahap penuh nafsu makanan di samping ranjang mereka.
"Yaampun, sudah lama aku tidak memakan ini semua. Hmm lezat sekali!" Agatha seperti orang sakau memakan ayam yang menurutnya enak sekali.
"Hei! Jangan dimakan!" Kata Mutia tiba-tiba sudah disampingnya dengan menguap.
"Sudah makan saja! Enak!" Gatha menjulurkan jempolnya.
Mutia mengangguk saja dan ikut memakan semuanya. Mereka memakan habis semua lauk dan nasi yang ada di sana. Seperti orang yang tak pernah makan enak, namun memang benar begitu adanya.
"Ayo jalan-jalan! Aku bosen ini." Rengek Gatha sambil mengayun-ayunkan lengan Mutia.
Mutia memandang Gatha dengan jijik dan segera melepaskan tangan Gatha dari lengannya. Gatha memandang Mutia dengan penuh harap.
"Yaudah ayo ayo." Gatha berjingkrak senang segera berlari masuk ke kamar mandi dengan semangat.
Mutia geleng-geleng kepala melihat tingkah Agatha yang semakin tua bukan malah semakin baik namun malah makin menjadi. Mutia tidak bisa membayangkan jika Gatha mempunyai anak akankah seperti Gatha? Atau lebih dewasa? Mutia tertawa terbahak-bahak.
**
Mereka sudah bersiap akan jalan-jalan. Mutia dengan hotpants dan kaos oblong yang menjadi atasannya sedangkan Agatha memakai rok hitam pendek selutut dan kemeja putih yang digulung sampai siku.
"Ready for today?" Kata Agatha semangat.
"Yes!!" Pekik Mutia tak kalah semangat.
Gatha dan Mutia berjalan dengan diiringi bodyguard yang masih setia mengikuti mereka atau lebih tepatnya Mutia. Mereka berkeliling ke beberapa tempat wisata yang mereka ingin kunjungi. Mereka berfoto ria sampai pada Red Moscow bangunan dengan desain yang indah, Gatha dan Mutia menatap takjub dan langsung ngacir masuk kesana. Banyak sekali orang asing yang kesana. Gatha dan Mutia dengan noraknya mengajak foto bule-bule disana dengan senyum yang tidak pernah luntur.
Mereka berjalan kembali saat mereka sudah capek berkeliling bangunan seluas itu. Di tengah perjalanan Mutia menghentikan langkah diikuti Gatha yang juga ikut berhenti.
"Ayo dance in public?" Tawar Mutia yang langsung diangguki oleh Gatha.
Mutia dan Gatha memilih lagu yang cocok untuk mereka. Dan pilihan mereka jatuh pada lagu Blackpink yang terbaru 'ddu-du ddu-du'
Mereka memberikan sound kecil ke botak untuk dibawa. Mereka bersiap membuat formasi dan menari hampir sempurna dengan improve-improve yang menjadi khas mereka sendiri. Sebagian besar pengunjung berkumpul untuk melihat Gatha dan Mutia yang sangat mempesona.
Gatha yang haus menepuk bahu Mutia yang masih saja bergerak mengikuti irama.
"Aku mau ke supermarket, haus." Kata Gatha yang hanya diangguki Mutia.
Gatha pergi sendiri menuju supermarket terdekat. Membeli dua minuman untuknya dan Mutia yang pasti akan kecapekan disana. Gatha memilih es teh didalam botol dan membelikan Mutia air putih.
Saat sampai di tempat Gatha menatap sekeliling dengan cengo. Mutia menghilang, semua orang menghilang. Tidak ada lagi si botak, Gatha memegangi dadanya sendiri, jantungnya berdegup dengan kencang. Mutia hilang menurutnya tidak seberapa namun masalahnya ia tidak tahu jalan pulang.
Tiba-tiba botak berada di depan tempatnya berdiri air mata Gatha hampir tumpah saat memikirkan ia tidak bisa pulang. Mau tidak mau Gatha mengambil tawaran botak yang ingin mengantarkannya.
**
Sudah hampir empat jam Gatha menunggu Mutia yang tak kunjung kembali, membuatnya panik. Sedari tadi ia berpikir akan mandi namun tidak jadi karena jika Mutia datang ia tidak ada pasti Mutia akan mencarinya. Gatha mendudukkan diri di ranjang, beberapa jam kemudian berubah bentuk menjadi tidur telentang dihiasi dengan cairan bening yang keluar dari mulutnya.
Gatha terbangun saat tengah malam, ia menoleh ke samping dan melihat Mutia sudah tertidur pulas sambil mengorok. Gatha menghela nafas lega dan kembali tidur.
08.00 a.m
Pagi ini pagi yang indah bagi Mutia dan Gatha saat melihat ke luar apartmen yang tidak ada lagi botak dan kawan-kawannya. Mereka berjingkrak-jingkrak layaknya tawanan yang bebas setelah dipenjara.
"Akhirnya ya Mut, seneng aku ini." Mutia menjitak kepala Gatha.
"Apalagi aku Gat! Yaampun seneng banget e." Mutia naik ke ranjang dan kembali jingkrak-jingkrak.
"He! Jangan disitu nanti ambrol kamu yang tanggung jawab?" Gatha bersedekap dada memandang Mutia.
"Siapa yang hamil?" Tanya Mutia yang tidak nyambung.
"Aku mass." Jawaban dari Agatha sama saja makin ngawur.
Selama seminggu ini mereka kesana kemari dengan bebas merdeka, tanpa bodyguard atau mafia-mafia apalah itu. Pokoknya mereka bebas sebebas bebasnya. Mereka bertingkah layaknya orang gila, memakai pakaian mencolok, cari perhatian ke bule-bule ganteng yang lewat.
Sampai saat dimana seminggu kebebasan mereka berganti dengan neraka. Saat mereka terbangun, saat itu juga iblis menjemput mereka. Bodyguard sialan beserta bosnya sudah berada di depan rumah dengan songong. Mutia dan Gatha keluar dengan tidak kalah songongnya.
"Mau apa kau kesini bocah?" Tanya Mutia tepat di depan wajah sang mafia.
Mafia tersebut tiba-tiba menggendong Mutia seperti karung beras. Gatha yang melihat itu teriak panik sambil berusaha meraih Mutia namun bodyguard sialan menutupi jalannya.
"Botak! Jangan halangi aku!! Adi!!! Sayangku!!" Pekik Gatha dengan suara cempreng mahadasyat itu memekakan telinga.
"Aga!! Aku diculik orang sinting! Hua.. tolong aku!!" Mutia berteriak sambil memukuli punggung mafia tersebut dengan kencang.
"Eh non masa kemarin Justin Bieber ngepost foto sama Hailey." Kata botak langsung mengubah fokus Gatha.
"Masa?! Justin harusnya sama Selena aja, cocok lo padahal." Gatha berbicara dengan gaya ibu-ibu rempong.
"Iya! Aku juga lebih suka sama Selena sih!" Botakpun tak kalah antusias mengangkat topik ini.
"Aga sinting!! Help me!! Malah ngegosip!!" Teriakan menggema Mutia menyadarkan Agatha, saat Gatha berlari mengejar Mutia ia sudah dimasukkan ke mobil.
"Huaaa!! Aku sendirian disini!!" Gatha terduduk lemas di jalan memandang ke arah dimana botak berdiri dan ternyata sudah tak ada siapapun disana.
Hancur hati Gatha.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top