TPD - 14. Remember?
Selamat membaca ^^
Tidak melihatpun Gatha tau meninggalkan Mutia disana hanya meninggalkan luka baru alias ia akan ditinggalkan lagi. Mafia brengsek itu benar-benar membuatnya naik darah.
Gatha juga sudah memprediksi bahwa rapat yang dijalaninya akan panjang, dan benar bahkan sampai tengah malam mereka masih membicarakan saham ini saham itu.
"What the, apakah aku peramal?" Gumam Gatha pada dirinya sendiri.
Gavin yang mendengar itu ingin menertawakan, tapi suasana tak mendukung. Gatha pasti sedang hidup dalam imajinasi tak berujungnya.
"Fokus Mrs. Kenward." Bisik Gavin mengagetkan hati Gatha.
Gatha berusaha seperti orang tidak dengar dan mulai kembali fokus pada saham saham yang membuat otak Gatha harus bekerja keras. Tidak deperti bosnya yang duduk manis karena otaknya bisa bekerja sendiri.
"Apakah ada pertanyaan?" Kata orang yang didepan setelah menyelesaikan presentasinya.
Gatha mengangkat tangannya santai. Mata mereka mulai tertuju pada Gatha yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.
"Silahkan nona."
"Untuk anggaran saya pikir terlalu berlebihan. Hanya untuk proyek ini mungkin sekitar dua puluh milyar per perusahaan. Empat puluh milyar terlalu memaksakan kehendak anda pribadi." Papar Gatha dengan serius.
Sean berbisik di telinga Gavin dengan sangat pelan, "Otaknya normal." Gavin hanya mengangguk.
Semua mulai ikut memikirkan maksud dari Sekertaris Gavino ini dan satu persatu muncul dengan kecurigaan yang sama.
"Tapi ini sudah termasuk dana kotor, jadi saya tidak akan mempermasalahkan pernyataan anda." Kata pria yang rupanya sangat jengkel melihat Gatha.
Gatha duduk kembali dikursinya sambil melamun berpikir, sepertinya ada yang janggal.
"Mari kita selesaikan, dengan dana kotor, kita mungkin akan mengeluarkan lebih dari enampuluh milyar," Semua kembali terpaku pada Gatha yang belum berhenti.
"Presentasi anda terlalu nanggung untuk dana kotor dan terlalu banyak untuk anggaran. Walaupun hanya mengira, anda tidak bisa seceroboh ini."
Gavin sebenarnya sudah memikirkan semuanya dengan matang. Proyek ini juga tidak terlalu menguntungkan untuknya, hanya saja pengikutnya adalah petinggi kemungkinan besar pemegang proyek adalah orang berpengaruh.
Gatha melihat Gavin, meminta persetujuan dan Gavin mengangguk.
"Dengan ini, Kenward Company tidak bisa bergabung." Kata Gatha dengan jelas.
Gavin menyadari kehebatan dan ketelitian Gatha yang entah datang dari mana. Gatha dan Gavin keluar ruangan yang membosankan dengan hembusan nafas lelah.
Mereka berjalan beriringan dan diikuti oleh Sean serta sekertarisnya yang terlihat tidak tertarik juga.
"Aku akan pergi ke toilet." Kata Gatha dan diangguki Gavin.
Setelah melakukan sesuatu di kamar mandi Gatha keluar dengan jiwa yang melayang. Marcella bersama seorang pria yang bukan Sean sedang bercumbu.
"Ah, aku bisa gila!" Gumam Gatha dan berjalan dengan pelan menuju luar kamar mandi, "atau aku memang sudah gila?"
Sebelum benar-benar keluar Gatha berhenti, "Cella kalau mau mesum lihat tempat ya lain kali!" Teriaknya.
Ia keluar dari kamar mandi dan kebingungan. Gavin meninggalkannya, ia harus mencari pak bosnya dulu baru bisa pulang karena bahkan Gatha tidak tau hotel ini dimana.
Sean terlihat berada di ballroom tempat jamuan tadi, pasti Gavin juga ada disana. Dengan teliti Gatha mencari dan menemukan hal yang membuatnya ingin muntah.
"Pusing kepala princess."
Gatha melihat bosnya sedang mencium seorang wanita dengan lembut. Gatha melihatnya dengan senyuman.
"Aku harus pulang. Tiba-tiba rasanya sakit." Gatha membenarkan rambutnya dan melihat supir mobil Gavin yang melewatinya.
"Ahm, permisi. Bisa antar saya pulang?" Tanya Gatha dengan sopan.
"Sudah selesaikah nona rapatnya? Dimana bos saya?"
"Sudah selesai, jangan cari bosmu."
Gatha terus merengek dan akhirnya supir Gavin mau mengantar Gatha untuk pulang kerumahnya.
Gavin yang masih dalam posisinya, haus akan kerinduan wanita didepannya. Setelah beberapa menit mereka melepaskan bibir masing-masing.
"Sebentar, aku harus mencari seseorang." Kata Gavin dan pergi.
Sean yang melihat Gavin kebingungan menghampirinya, "Udah pulang dia." Kata Sean saat sudah dekat dengan Gavin.
"Dengan siapa?" Gavin melihat Marcella yang terlihat geram.
"Supirmu." Gavin mengangguk dan membuang nafasnya.
Wanita dengan gaun putih potongan diatas lutut dan terlihat sangat berkelas menghampiri Gavin. Marcella yang melihatnya tampak tidak senang.
"Kupikir kau punya harga diri Gav." Kata Marcella sambil tersenyum sinis.
Gavin merasa tidak suka dengan sikap Marcella yang seperti itu kepada wanita disampingnya.
"Jaga ucapanmu Cel." Marcella memutar bola matanya dengan malas.
Gavin pergi meninggalkan Marcella dan Sean dengan membawa wanita tadi.
"Aku bertaruh mereka tidak akan pulang." Kata Sean dan Marcella hanya bisa tertawa.
--
"Mengapa semua orang itu mesum?" Tanya Gatha kepada supir yang sedari tadi diam.
Mereka masih berada diperjalanan pulang ke rumah incess yang sedari tadi ngomong tidak jelas.
"Di toilet, di kantor, di mana mana semua pada mesum. Sebenarnya ini tempat apa sih." Gerutu Gatha lagi.
Gatha mengambil ponselnya dan akan menelfon ibunya karena rindu pada kampung halamannya. Mengingat di negaranya mungkin pagi atau siang Gatha segera menghubungi ibunya.
"Halo."
"..."
"Pengen pulang."
"..."
Tut.
Gatha terkaget telfonnya putus karena pulsanya habis. Ia meminta untuk diturunkan di swalayan dekat rumah dan membiarkan supir tersebut pergi.
Dengan langkah ringan ia membeli pulsa dan beberapa beer kaleng.
Agatha menghabiskan malam seperti itu dengan perasaan yang campur aduk dan tak terdefinisi olehnya sendiri.
-
Paginya Gatha kembali pergi bekerja seperti biasa dan Gavin pun juga seperti itu. Mereka bekerja seperti biasa tanpa obrolan ataupun candaan.
"Kau pulang dengan selamat?" Tanya Gavin saat Gatha hendak keluar ruangan.
"Iya tuan." Gatha membungkuk dan pergi dari ruangan.
Gatha duduk ditempatnya sambil membuka camilan karena berhubung ini istirahat makan siang. Ia tidak punya uang untuk makan karena sudah habis untuk beli bir tadi malam.
Gatha memasang headphone dan membuka drama yang baru saja ia download. Gavin keluar dan menemukan Gatha duduk dikursi dengan tenang.
"Kau tidak makan siang?" Tanya Gavin.
Gatha yang cepat sadar bahwa ada bosnya segera melepas headphone dengan terpaksa.
"Saya sudah kenyang tuan."
"Lupakan soal kejadian kemarin." Gatha terkejut. Bukan karena Gavin namun karena kakinya kesetrum.
Gavin melihat ekspresi Gatha yang menahan sakit membuatnya merasa bersalah.
Gatha menahan sakit di kakinya dengan menutup matanya, Gavin mulai bertanya-tanya seberapa rasa sakit Gatha.
Gavin pergi meninggalkan Gatha yang bernafas lega setelah kakinya merasakan getaran hebat.
"Seharusnya aku tak mengotak-atik kabelnya."
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top