8. My Other Half

Sabrina merasa bahwa apa yang ada di hadapannya tidaklah nyata. Bagaimana tubuh Matt seolah tumbuh dengan sangat cepat dan kemudian adalah serigala berwarna cokelat keemasan yang sangat-sangat indah, jantan, dan luar biasa besar. Sabrina tidak bisa, atau barangkali tidak mau mengalihkan pandangannya dari serigala Matt yang berdiri di depannya dan menggeram ke arah depan. Menyadarkan Sabrina bahwa beberapa saat sebelum Matt berubah bentuk, ia juga mendengar bunyi yang serupa.

Menggeser sedikit tubuhnya, Sabrina bisa melihat ada tiga serigala dengan bulu-bulu berwarna abu-abu, cokelat gelap, dan cokelat terang berdiri dengan mengeluarkan geraman yang sama dengan Matt. Tidak ada gerakan berarti untuk beberapa waktu yang lumayan lama. Hanya geraman dalam dan Sabrina berpikir bahwa mereka sedang berbicara dengan bahasa mereka yang sialnya tidak bisa Sabrina ketahui.

Namun di samping semua itu, kenyataan bahwa dirinya tidak ambruk dan terjatuh, ataupun dirinya yang histeris dan berlari atau yang lebih buruk lagi, jatuh pingsan membuat Sabrina sendiri merasa heran. Keningnya mengernyit dan satu pemahaman di kepalanya bahwa isi otaknya memang sudah dijejali dengan makhluk-makhluk legenda yang ternyata adalah benar adanya adalah salah satu penyebabnya. Dan lagi pula...

Sabrina mendongak, melihat tubuh serigala Matt berdiri dengan sikap melindungi cukup membuat Sabrina yakin bahwa ia akan baik-baik saja. Karena itulah, ia tetap tenang di tempatnya. Berharap bahwa Matt pun bisa merasakan ketenangan dirinya untuk tidak khawatir mengenai kondisi mental dirinya.

Sabrina lalu melangkah maju. Merasakan tekstur bulu di belakang tubuhnya yang bisa ia jangkau. Menelusupkan jemarinya ke dalam kehangatan dan kelembutannya. Berusaha menyampaikan pesannya lewat sentuhannya.

Tubuh Max menegang. Kelompok rogue di depannya yang tidak bisa dikatakan adalah pack benar-benar berurusan dengan sosok yang salah. Tiga werewolf muda dengan tubuh yang lebih kecil baginya bukanlah apa-apa bagi Max. Hanya saja, ada Sabrina di sini. Dan Max tidak akan memberikan pemandangan ketika ia dengan senang hati mencabik-cabik tubuh ketiga werewolf muda di depannya.

"Kami tidak ke sini untuk bertarung, Sir," jelas satu werewolf berwarna abu-abu. "Kami hanya ingin menjemput teman kami," katanya lagi sebelum Max menjawab.

Max menyeringai. Melihat satu werewolf berwarna cokelat gelap yang sebelumnya berada di bawah tahanan Coleen bersembunyi di belakang dua serigala lainnya. Luka-luka di sekujur tubuhnya yang dengan perlahan menutup membuktikan bahwa dia adalah orang yang sama, yang beberapa saat sebelumnya telah Matt temui dan lihat.

Dan, oh sial! Apa yang bocah Coleen itu lakukan sehingga tiga serigala itu merusak rumahnya.

"Maafkan adik kami, dia hanya terlalu bodoh untuk terjerat dengan perangkap mereka."

Max menajamkan telinganya.

"Ceritakan!" sentak Max tajam. Cukup membuat serigala cokelat tua itu mundur ke belakang.

"Adik perempuan kami ditahan oleh Blakestone. Mereka berjanji untuk mengembalikannya jika dia memasang peledak di toko itu tanpa tahu siapa yang sedang dia hadapi, Sir," kali ini serigala cokelat teranglah yang berbicara.

"Kami sedang mengusahakan dan mencari sekutu untuk menyelamatkan adik kami ketika tahu bahwa dia memilih tawaran buruk itu, Sir. Kami yang akan memberikan hukuman untuknya." Kali ini serigala abu-abu itu kembali bersuara.

Max menelaah kabar yang mereka bawa. Hanya satu nama Blakestone yang Max tahu dan mereka adalah salah satu pelopor yang memulai perang bertahun-tahun yang lalu. Max yakin bahwa dirinya sudah membunuh semua garis keturunannya hingga tidak bersisa. Jika mereka tidak berbohong, maka berarti Max telah lalai di masa lalu.

Tetapi dia hampir mencelakai Sabrina kita! Insting Max yang merangkum semuanya membuatnya geram.

Bersamaan dengan sentuhan lembut dan hangat di belakang tubuhnya. Dan itu semua cukup. Cukup baginya untuk merasa tenang ketika satu detik sebelumnya Max berpikir akan tetap membunuh serigala cokelat konyol itu!

Yeah kawan. Biarkan otakku yang bekerja. Kau memang bukan seorang ahli untuk berpikir. Keluh Matt di dalam pikirannya.

Saat itulah, Coleen dengan tubuh terhuyung yang hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan, datang. Rambut merahnya berkibar dan matanya terlihat merah menyala.

"Kalian tiga serigala brengsek! Apa yang kalian lakukan kepadaku sehingga tidak bisa berubah!" teriaknya keras sambil menunjuk tiga serigala itu tanpa takut.

Max lalu mendengar suara kesiap Sabrina. Melihat wajah Sabrina yang merona karena melihat tubuh Coleen yang terekspos dan itu membuat Max sangat-sangat marah.

"Keluar kalian semua!" geramnya masih dengan bentuk serigalanya. Rupanya geraman itu terdengar keras sehingga cukup membuat Sabrina kaget dan berjalan mundur. Menabrak konter dapur dan membuatnya mengaduh kecil.

"Sabrina, kau kah itu?" tanya Coleen yang merasa bahwa perintah Max tidak berlaku untuknya. Ketika Max berbalik dan mengibaskan ekornya dengan sengaja kepada Coleen dan mencambuknya, ia baru sadar bahwa perintah itu juga ditujukan kepadanya.

Ia akhirnya berbalik dan menemui ketiga serigala yang cukup besar membuat kerusakan di rumah sang guru. Oh, mereka tidak bisa pergi dan membuatnya yang harus memperbaikinya. Apalagi ia tidak bisa berubah menjadi bentuk serigalanya setelah menghirup gas pekat yang tiba-tiba menyelubunginya beberapa saat yang lalu.

Ah, sial!

Mendengar bahwa langkah kaki Coleen sudah menjauh, Max mulai berubah kembali menjadi sosok Matt. Mendekati Sabrina dengan khawatir yang kini menunduk dan mengaduh karena benda yang terjatuh dari konter dapur dan membentur kakinya.

Matt merasa bersalah. Berjongkok di bawah Sabrina yang membuat wajah Sabrina terkejut bukan main. Mengingat bahwa saat ini ada pria yang berjongkok di hadapannya dengan keadaan telanjang bulat! Ya Tuhan.

"Apa yang kau lakukan, Matt!" teriaknnya kencang. Ia langsung berlari ke arah belakang konter depur. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan membuat Matt terkekeh geli karena sikap polos Sabi.

Oh Moon Godest, betapa sebagian dirinya yang lain sangat menggemaskan!

"Baiklah, aku sudah berpakaian sekarang," katanya begitu menemukan selimut tebal yang tergeletak di atas sofa tidak jauh dari sana.

Sabrina mengintip dari sela-sela jemarinya. Sedikit bernapas lega karena ia tidak perlu melihat pemandangan indah tubuh Matt. Well, Sabrina mengakui bahwa dilihat dari sudutnya tadi pun, penampilan Matt tidaklah mengecewakan. Otot-ototnya yang liat dan kulit kecoklatannya seolah memanggil jemarinya untuk merasakannya. Dan mungkin bibirnya bisa merasakannya dan juga...

Wajah Sabrina kembali memerah. Menggeleng dengan keras dan berharap bahwa pikirannya bisa kembali seperti sedia kala. Oh God...

"Mana yang sakit?" tanya Matt perhatian dan sekali lagi berjongkok. Melihat ke arah jemari mungil kaki Sabrina yang baik-baik saja.

"Eh, itu... Baik-baik saja. Aku hanya sedikit terkejut. Dan alat pemanggang roti itu bahkan tidak menimpaku." Sabrina bergerak tidak nyaman ketika Matt membelai kakinya.

Matt lalu berdiri. Tersenyum lembut kepadanya dan menyelipkan sejumput rambut di belakang telinga Sabrina.

"Apakah aku membuatmu takut?" bisiknya pelan namun sarat akan kekhawatiran.

Sabrina rasanya hampir kehilangan seluruh napasnya. Menggeleng dengan kuat dan mengatakan, "Dengan segala doktrin dari kedua orangtuaku dan Jack mengenai makhluk supranatural, aku yakin bahwa seharusnya aku tidak takut ataupun terkejut."

Matt mengernyit. "Mereka menceritakannya?"

"Yeah," jawab Sabrina gugup. Pasalnya jarak mereka teramat dekat. Dan dengan selimut yang membungkus tubuh liat Matt dan tahu bahwa di dalamnya ia tidak menggunakan apapun membuat Sabrina bertambah gugup. "Setiap waktu ketika aku kecil hingga remaja. Bahkan beberapa hari sebelum mereka meninggal, kedua orang tuaku kembali menceritakan mengenai legenda-legenda itu. Tetapi sejak mereka meninggal," Sabrina tercekat.

"Tidak ada lagi yang mengingatkanku untuk mempercayai bahwa kau nyata adanya. Bahwa kalian benar-benar ada. Dan Jack bahkan tidak pernah membahasnya lagi. Karena itulah..." Sabrina menggigit bibirnya. "Jika kau adalah werewolf, apakah sebenarnya aku juga sama sepertimu?"

Kalimat-kalimat yang meluncur dari bibir Sabrina cukup mengejutkan Matt. Kenyataan bahwa orang tuanya menjaganya dengan baik dan mengenalkan Sabrina kepada dunianya membuat Matt terharu. Kemudian fakta bahwa mereka, atau barangkali Jack berhenti menceritakan dunianya terasa janggal. Seolah dia memang berhenti bercerita karena paksaan atau situasi yang memang tidaklah aman untuk Sabrina. Dan dengan disebutnya Blakestone beberapa saat yang lalu, membuat kepala Matt dipenuhi dengan teori-teori yang mulai bermunculan di kepalanya.

Dan yang terakhir...

"Tidak, Baby. Kau bukanlah werewolf," ujar Matt lembut. Ia semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Sabrina. Mengusap lembut rahang hingga pipi Sabrina yang selembut satin terbaik.

"Tetapi kau lebih baik dari itu. Kau adalah my other half. Bukankah aku sudah mengatakannya? Kau adalah duniaku, Sabi," ujarnya sebelum bibirnya mengecup dan membelai bibir manis milik Sabrina. Mengklaimnya sebagai miliknya karena memang begitulah adanya.

Sabrina adalah miliknya, seperti dirinya yang seutuhnya adalah milik Sabrina.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top