5. Awal

Sabrina menatap nanar kepada bangunan yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama dua tahun belakangan ini. Asap sisa-sisa kebakaran masih membumbung tinggi. Lalu lalang pemadam kebakaran masih terjadi dan di sisi lainnya, ambulans dan petugas kesehatan dengan sigap memeriksa keadaan pegawai toko Jack. Mrs. Glover lalu memekik keras. Membuat kesadaran Sabrina kembali dan berlari ke arahnya.

"Jack! Oh ya Tuhan! Jack!" Katanya berulang kali.

Petugas medis yang mendorong tandu di mana Jack berbaring lalu segera melakukan pertolongan pertama. Memakaikan masker oksigen dan menghitung denyut nadi Jack.

Semuanya terlihat samar-samar. Ledakan kembali terjadi. Mrs. Glover kembali terdengar. Darah Jack yang keluar dari perutnya mengucur seakan tidak mau berhenti. Dan di semua kekacauan yang terjadi, Sabrina merasa tubuhnya di rengkuh oleh sosok tegap di sampingnya. Ia tidak merasa. Kebas menjalari sekujur tubuhnya. Ia merasakan lagi de javu. Hal yang sama, yang pernah terjadi kepada kedua orang tuanya dan merenggutnya darinya.

"Ledakan berasal dari gudang toko ini. Kami masih menyelidiki penyebabnya sementara menunggu hingga ledakan tidak akan kembali terjadi."

"Pemilik toko ini dalam keadaan kritis bersama satu pegawainya."

"Kudengar ada seseorang yang tinggal di gudang itu."

"Kita bisa menanyakannya begitu kekacauan ini berakhir."

Semua informasi itu masuk tumpang tindih di dalam kepala Sabrina. Dirinya lalu merasakan tarikan dari sampingnya sebel sosok yang merengkuhnya sempat melindunginya.

Tamparan Mrs. Glover begitu cepat. Hingga rasanya, rasa sakitnya bahkan tidak terasa. "Kau! Memang benar-benar anak pembawa sial! Ini kan yang kau inginkan!"

"Kau memang penjelmaan dari iblis! Apa salah Jack-ku!" raungnya lagi.

Mrs. Glover kembali akan memberikan tamparan di wajah Sabrina sebelum petugas melerainya sementara Sabrinya kembali berada di dekapan seseorang.

"Itu bukan salahmu, Sabi. Itu hanya kecelakaan," gumam orang itu berkali-kali kepada Sabrina.

"Kami membutuhkan kesaksian Sabrina Wilson dalam kecelakaan ini," samar ia juga mendengar hal serupa. Ketika ia memaksakan dirinya mendongak, dirinya melihat dua orang berseragam polisi yang mendekatinya.

"Dia sedang tidak dalam keadaan yang bisa memberikan kesaksian." Geram Matt di depannya. Tubuh Sabrina masih di dalam rengkuhan Matt. Namun ia terlindungi dari tatapan kedua polisi yang menatapnya penuh penghakiman. Dan dengan cepat, Matt menghalangi mereka dengan tubuh besarnya.

"Sir. Kami harus membawanya-"

Matt menggeram kesal. Mengambil kartu nama dari saku jaketnya dan memberikannya kepada kedua polisi itu. Membuat mereka seketika bungkam dan malahan memberikan penghormatan kepada Matt.

"Aku adalah walinya untuk saat ini. Pengacaraku akan segera datang dan memberikan apa yang kalian butuhkan," tegas Matt yang membuat kedua polisi itu bungkam.

"Kami mengerti, Sir!"

Teriakan Mrs. Glover sekali lagi yang pada akhirnya menyentak kesadaran Sabrina kembali. Kakinya membawanya mendekati tandu Jack, dan di depan matanya, Sabrinya melihat tubuh Jack yang mengejang. Mulutnya memuntahkan darah segar.
Tubuh Sabrina meluruh ke bawah. Air mata pelahan kembali menuruni pipinya bersamaan dengan ambulans yang bergegas pergi untuk memberikan penanganan lanjutan kepada Jack Glover.

"Dia tidak akan apa-apa, Sabi. Semuanya akan baik-baik saja," ulang Matt lagi yang kini berjongkok di depannya. Menyamakan tinggi mereka.

"Jack-" Kata itulah yang berhasil keluar dari bibir Sabrina.

"Dia akan baik-baik saja, Sabi." Matt kembali merengkuh tubuh Sabrina. Mengangkatnya dan membawanya ke sebuah mobil sedan berwarna hitam. Matt lalu membawanya pergi dari sana. Kembali ke rumah Sabi yang kini menjadi milik Matt.

Tetapi ya Tuhan, segala hal yang menjadi milik Matt adalah milik Sabi. Maka hal yang sebenarnya adalah bahwa dirinya bisa tinggal di sana.

Kau harus menjaganya, Matt. Tidak boleh lagi memilih untuk meninggalkannya.

Aku tahu, Max.

Semua yang terjadi hari ini adalah peringatan untukmu, Matt. Kau bisa saja kehilangannya.

Matt menggeram. Aku tahu, Max. Dan aku bersumpah tidak akan membiarkan hal ini kembali terjadi.

Aku memegang sumpahmu, Matt. Atau akulah yang akan dengan senang hati menggantikan dirimu.

Matt memutuskan mind linknya begitu saja. Menatap ke arah samping dan melihat Sabrina yang tertidur dengan air mata yang tidak kunjung berhentu mengalir dari wajahnya. Bahkan dalam tidurnya, dia pasti merasa sedih dan takut.

Matt mengusap jejak air mata di pipi Sabrina. Membelainya lembut dan menyingkirkan helaian rambut Sabrina ke belakang telinganya.

Sebentar lagi. Gumamnya kepada dirinya sendiri.

Ia kembali mengangkat tubuh Sabrina. Berhati-hati agar tidak membangunkannya dan membawanya masuk ke dalam kamar miliknya. Semua yang berada di dalam kamar ini benar-benar melambangkan kepribadian Sabrina. Dipenuhi oleh aroma Sabrina yang memang ditakdirkan untuknya.

"Jangan khawatirkan apapun, Baby," bisik Matt di telinga Sabrina. Ia mengecup pucuk kepalanya. Perlahan keluar dan segera meraih ponselnya. Menghubungi partner manusianya yang bisa ia andalkan untuk mengatasi permasalahan yang sedang Sabina hadapi saat ini.

"Kau bisa mengandalkanku, Matt." Ujar suara tegas di ujung teleponnya. "Aku akan memastikan bahwa mate milikmu tidak akan mendapatkan masalah apapun."

"Aku mengandalkanmu." Tegas Matt dan langsung menutup teleponnya. Ia lalu membuat beberapa panggilan lagi yang sempat membuat giginya bergemeletuk kesal. Namun pada akhirnya tidak ada masalah yang tidak bisa Matt selesaikan.

Menunggu saat-saat Sabrina terbangun, akhirnya dia bergegas untuk keluar. Menemukan murid barunya, Coleen David di depan pintu rumahnya.

"Kau tahu apa yang sedang terjadi?"

Coleen mengangguk. "Yes, Sir."

"Kau menciumnya juga, bukan?"

Lagi-lagi Coleen mengangguk. "Aku akan menangkapnya dan membawanya kepadamu, Sir. Dan setelahnya, kau harus benar-benar menerimaku menjadi muridmu." Ucapnya sambil menyeringai lebar. Ia lalu berbalik. Berlari menuju hutan dan berubah menjadi bentuk serigalanya.

Matt melihat ke depan. Tetap bungkam dan menahan diri untuk tidak melakukan hal yang seharusnya dirinya lakukan.

Sabrina lebih penting saat ini, Matt. Karena kebijaksanaanmu dulu lah yang membuat aku mengalah. Tetapi tidak lagi.

Aku tahu, Max.

Kedua tangan Matt mengepal kuat. Rahangnya kembali mengeras karena geram. Apa yang terjadi semalam dan kali ini jelas sudah direncanakan dengan baik.

Matt terlalu sombong. Menganggap semuanya sudah selesai padahal mungkin ini hanyalah sebuah awalan. Dirinya sudah menahan diri sedemikian kerasnya ketika mencium bau werewolf di lokasi ledakkan itu. Meskipun ia belum tahu apa tujuan untuk mengusik dirinya kali ini, tetapi ia tidak akan melepaskannya.

Suara teriakkan yang memilukan membuat tubuh Matt kembali bergetar. Ia segera berlari. Menuju tempat Sabrina yang meringkuk dan bergelung seperti bayi.

"No!"

Teriaknya dengan rintihan memilukan yang Matt dengar.

"Pap! Mom!"

Matt panik. Mengguncang tubuh Sabrina dengan kuat. "Baby, bangunlah. Kumohon bangunlah." Pintanya berulang kali.

Matt kembali merengkuh tubuh Sabrina. Memaksanya membuka matanya sehingga netra cokelatnya berhasil menatap Matt.

"Matt."

Matt mengangguk. "Aku di sini, Baby."

Sabrina mengangguk. Menangis terisak lagi dan menghamburkan dirinya ke dalam rengkuhan Matt.

"Jack. Apa yang terjadi dengannya?" Katanya dengan suara bergetar. Tubuhnya menggigil hebat. Semakin membuat Matt mengeratkan rahangnya karena amarah yang terpendam.

"Dia akan baik-baik saja. Dia pasti akan baik-baik saja." Janji Matt kepada mate miliknya. Hanya miliknya.

***








Bonus pict cast Coleen David

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top