17. Elixir
“Seharusnya di sini sudah aman,” ujar Ben sembari menatap pintu yang tertutup dengan waspada. Suara rintihan Coleen yang sedang bersusah payah bertransformasi dari serigala menjadi manusia masih terdengar.
Di sudut lain, Mattheo menatap nyalang ke arah luar jendela dengan rahang terkatup rapat. Dia tidak menduga bahwa kediamannya akan diserang dengan begitu mudah dengan keadaan Coleen yang hampir saja terbunuh saat ini. Dia harus bersyukur karena keempat serigala yang Coleen tolong lalu membantunya sehingga mereka bisa melarikan diri dari tempat itu. Dengan sekujur tubuh Coleen yang bersimbah darah, Mattheo tahu bahwa anak itu telah mengalami pertarungan yang berat sebelah, sebelum tubuh serigalanya diseret dari hutan menuju depan rumahnya.
Pengecut. Pikir Mattheo kesal. Tiga lawan satu bukan hal yang membanggakan. Mattheo sempat meneliti keadaan ketiga serigala yang menghadangnya dan jelas tidak mengenal mereka. Bisa jadi, mereka adalah serigala yang sengaja diciptakan. Usia mereka terlihat begitu muda meskipun tubuh mereka sangatlah besar. Jelas bahwa ada konspirasi yang terjadi di bawah pengetahuannya.
“Kau tidak apa-apa? Pakai ini dan akan membuatmu hangat,” suara seorang wanita terdengar. Dia adalah Pheony, adik yang mereka selamatkan tidak lama belakangan ini. Wanita itu adalah wanita tinggi dengan mata tajam seperti kucing dan rambut hitam yang bergelombang. Kulitnya sewarna zaitun sehingga membuatnya tampak mempesona. Dia memiliki luka sayatan di dagunya dan tidak membuat penampilannya memburuk. Sabrina yakin bahwa dalam kehidupan manusianya yang normal, wanita itu akan bisa menakhlukan dunia.
“Trims,” bisik Sabrina dengan menerima mantel panjang yang menutupi kakinya. Dia masih terkejut dengan yang baru terjadi beberapa jam yang lalu. Coleen meninggalkan mereka untuk mengejar Abigail. Kemudian ada lolongan yang Sabrina yakin adalah milik Coleen. Tidak berapa lama, Sabrina melihat Coleen terkapar dengan tiga serigala besar di sekelilingnya.
“Kalian tahu siapa mereka?”
Ben mengangguk. “Mereka adalah sosok yang sama, yang menculik Pheony. Maafkan kami, tetapi kupikir Pheony adalah pancingan untuk membawa mereka kepadamu.”
Mattheo menggeram marah. Mattheo akan mencari tahu hal ini. Seharusnya dirinya tidak bisa dilacak. Jika ini adalah jebakan, membutuhkan pengetahuan seorang Magi untuk tahu lokasi Mattheo.
“Ben dan aku menyadari bahwa penyelamatan adik kami terlalu mudah dilakukan. Kami masih waspada ketika kabur dari tempat itu dan memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti kami. Setelah kami berpisah dengan Coleen, kami menyadari bahwa Coleen telah diikuti. Karena itu kami berputar dan memantau keadaan. Kami hampir terlambat untuk datang. Maafkan kami.” Jelas Henry yang merupakan adik dari Ben. Ke empat saudara itu tampak menyesal dengan apa yang terjadi dan merasa bertanggung jawab karenanya. Apalagi karena keadaan Coleen yang saat ini terlalu lemah.
“Mereka jelas adalah anak buah Blakestone. Setidaknya mereka berusaha untuk membangkitkannya lagi.”
“Bagaimana dengan penyihir hitam?” kali ini Sabrina ikut bersuara. Dia mengingat bagaimana Coleen bersikeras bahwa apa yang sedang terjadi adalah ulah mereka.
Empat bersaudara itu saling memandang hingga Ben mulai bersuara, “Yang terjadi adalah bahwa Penyihir hitam memang ikut serta dengan pembangkitan itu. Apa yang dikatakan Coleen memang benar.”
“Kita harus bergerak.” Tegas Mattheo. Langkahnya menghentak dan dia menarik Sabrina mendekat. “Bisakah kau memastikan bahwa dia tidak apa-apa?” tanya Mattheo kepada empat bersaudara itu.
“Apa maksudmu Matt? Kau tidak akan mengatakan bahwa kita akan meninggalkannya bukan?” Sabrina tampak tidak setuju.
“Kami akan memastikan bahwa Coleen akan sembuh. Pheony cukup mahir untuk merawat werewolf yang terluka,” Piere bersuara. Bungsu dari empat bersaudara itu tidak menyembunyikan empatinya.
“Henry akan ikut bersamamu. Kau pasti membutuhkan bantuan.” Ben mengangguk kepada Henry yang langsung melesat dan membuka sebuah lemari. Mengambil tas ransel yang kemudian dia berikan kepada Sabrina.
“Kami pernah dalam keadaan yang seperti ini. Persiapan adalah yang utama.” Jelas Henry kepada Sabrina yang bingung dengan ransel di tangannya. Dia lalu membukanya dan menemukan beberapa senjata serta beberapa botol ramuan. “Aku tidak akan bisa membawanya karena yang kumiliki adalah empat kaki,” gurau Henry.
Sabrina menarik bibirnya ke belakang. Tersenyum karena lelucon Henry yang aneh. Erangan Coleen lalu kembali mengudara sehingga membuat Sabrina tersadar akan keadaan Coleen. Pheony dengan sigap mendekatinya. Membuka botok elixir berwarna perak dan meminumkannya kepada Coleen. Coleen sekali lagi meraung keras sehingga suaranya seolah membelah udara. Kemudian, setelah hal itu terjadi dan lima detik yang berlalu dengan lambat, tubuh Coleen perlahan mulai kembali ke bentuk manusianya.
Sabrina memekik ketika melihat bekas gigitan di tubuh Coleen. Beberapa tanda cakar serigala juga tampak menghiasi punggung dan lengannya.
“Dia membutuhkan waktu untuk memulihkan diri,” gumam Pheony. Dia lalu bergegas kembali dan mengambil sebuah botol keemasan untuk kemudian dirinya berikan kepada Sabi.
“Tidak!” geram Mattheo ketika Sabrina menerimanya. Insting Sabrina, untuk kali ini menahan botol itu. Berlindung ke belakang Pheony yang berdiri di depannya.
“Beraninya kau!” Murkanya lagi.
“Maafkan aku. Tetapi dia membutuhkannya meski kuharap dia tidak akan menggunakannya.”
Mattheo hampir melempar tubuh Pheony ketika tangan Sabrina menahannya. “Apa isi di dalam botol ini, Pheony?”
“Itu adalah inti sari bulan. Itu bisa membuatmu menjadi bagian dari kami,” jelas Pheony. “Kuharap kau tidak akan menggunakannya. Ini hanya untuk keadaan darurat. Kau mengerti?”
Sabrina mengangguk. Meskipun ia tidak mengerti keadaan darurat apa yang akan terjadi, Sabrina memahami bahwa Mattheo tidak menyukai rencana Pheony. Apakah itu berarti Mattheo tidak menginginkannya menjadi bagian dari kehidupannya? Menjadi bagian dari makhluk-makhluk yang sebelumnya hanya Sabrina anggap sebagai legenda dan mitos?
“Anda tahu bahwa hal itu bisa saja terjadi. Kita harus siap dengan kemungkinan terburuk,” Ben membuka suara. Berharap bahwa Mattheo tidak lagi terlalu marah dengan apa yang telah dilakukan oleh Pheony. Menggunakan inti sari bulan adalah hal terlarang dan membutuhkan pengorbanan besar. Tetapi jika sesuatu terjadi kepada Sabrina, Ben tahu bahwa Mattheo bisa saja menjadi kegelapan yang sesungguhnya.
Sabrina lalu menyimpannya ke dalam mantel yang dia gunakan. Memastikan benda itu aman sebelum tatapannya memaku wajah Mattheo yang masih tidak menyetujui dengan apa yang terjadi. “Berjanjilah bahwa kau tidak akan menggunakannya, Sabi.”
Sabrina bungkam. Dia tidak bisa berjanji. Ia tahu bahwa perjalanan ini mungkin saja penuh dengan bahaya yang mengintai. Dan seperti apa yang Pheony katakan tadi, dia harus menggunakan apapun isi di dalam botol itu.
“Matt, aku akan baik-baik saja.”
“Tidak Sabi. Kau tidak tahu kutukan di dalam sana. Inti sari bulan adalah sesuatu yang suci dan jika kau memaksakannya akan menjadi kutukan untukmu. Kau tidak boleh menggunakannya.”
“Itu pasti tidak akan seburuk itu, Matt. Cairan itu bukannya seperti racun vampir yang menjadikan manusia biasa menjadi vampir, bukan? Karena yang kutahu, kaum kalian dan vampir adalah musuh abadi.”
“Tentu saja bukan!” Henry beruara dengan lantang. “Makhluk itu seharusnya bukan bagian dari kami. Para pengacau itu!”
“Henry. Tahan dirimu!” Ben bersuara dengan lantang.
“Itu bukan seperti yang kau pikirkan. Tetapi cara kerjanya memang mirip,” jelas Pheony. “Ada banyak jenis dalam dunia kami. Dan inti sari itu bisa membuatmu menjadi bagian dari kami dan mengubahmu menjadi dirimu yang sesungguhnya.”
“Apa maksudnya?”
Pheony menatap Mattheo yang melotot marah kepadanya. “Seperti yang kubilang, Sabi. Kami memiliki Siren sebagai penghuni laut. Selain itu ada penyihir, centaurus, dan ribuan jenisnya. Werewolf hanya satu dari salah satunya. Kau tidak bisa memilih untuk berubah menjadi yang mana, karena itulah bisa saja kau berubah menjadi... makhluk lainnya.”
“Karena itulah. Kumohon kau untuk berjanji untuk tidak akan pernah menggunakannya Sabi. Please...”
Sabrina menelan ludahnya. Pikirannya larut dan berlarian. Apakah jika dia berubah menjadi vampir atau siren atau bahkan makhluk lainnya, dirinya tidak akan bisa lagi menjadi pasangan dari Matt?
“Mengapa kau pikir aku membutuhkan ini ketika keadaan tidak memungkinkan, Pheony?” tanya Sabrina masih dengan menatap mata Mattheo yang memohon.
“Karena tanpamu, Mattheo akan jatuh ke dalam kegelapan,” jawab Piere yang membuat Mattheo mengamuk dan menerjangnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top