Keping Terakhir
"Itadakimasu..." Mereka berempat makan bersama. Sudah 3 minggu Nobuyuki menginap di apartment Kazuma. Itu berarti sudah satu minggu hubungan Kazuma dan Hokuto memburuk. Ia tidak tahu apakah ini berarti hubungan mereka benar-benar sudah berakhir?
Jemari Nobuyuki menyeka sebutir nasi di sudut bibir Kazuma. "Ada nasi di bibirmu." Ini bukan pertama kali Hokuto melihat pemandangan seperti itu. Dia juga tidak berhak untuk cemburu lagi. Kini, ia benar-benar hanya seorang asisten rumah tangga. Rumah tangga NobuKazu.
Kaki Makoto menyenggol kakinya. Hokuto menoleh. Makoto menggerakkan kedua tangannya memberi kode pada pria kecil itu untuk makan saja. Entah sejak kapan Makoto jadi peduli padanya. Ini sedikit melegakan. Tapi lebih banyak menyesakkan.
***
"Hokuto..." Riku melambaikan tangan ke arahnya.
Hokuto membalas dan berusaha tersenyum. "Ganbaree." Saat ini hanya dengan melihat Riku-san, ia pikir hatinya akan baik-baik saja.
"Kau ada masalah?" Tanya Itsuki. Bibirnya bertanya namun pandangannya fokus pada sebuah video kucing di salah satu channel youtube favoritnya. Sahabatnya tidak menjawab sampai akhirnya Itsuki memasukkan ponselnya ke saku celana. "Ayolah ceritakan padaku. Aku punya banyak waktu untuk mendengarnya." Itsuki merangkul bahu kecil sahabatnya.
"Kazuma menyerah?" Tanya Itsuki. Hokuto hanya manggut-manggut tak bersemangat. Setiap mengingat kata-kata terakhir Kazuma membuatnya merasa sedih. "Seharusnya dari awal aku tidak berhubungan dengannya. Bagaimana ini Icchan?" Hokuto meletakkan surai gelap di bahu sahabatnya. Dia sudah tidak peduli bagaimana orang memandangnya.
"Lalu apa kau menyesal?" Tanya Itsuki. Tidak ada jawaban. Otak sahabatnya masih berpikir. "Seperti itulah cinta, Hokuto. Kau berbagi emosi bersama. Kau merasakan perasaan bahagia, sedih, kesal, kecewa, dan takut bersama. Kau hanya perlu satu orang yang bisa menerimamu apa adanya. Orang yang ingin kau ajak berbagi emosi dan perasaan bersama. Dan orang itu adalah Kazuma. Apa aku benar?" Itsuki mengelus lembut surai gelap Hokuto.
Riku berjalan perlahan ke arah mereka. "Oy, kalian ini seperti pasangan kekasih saja. Apa tidak malu dilihat orang-orang?" Riku terkekeh. ItsuHoku membenarkan posisi mereka dan benar saja orang-orang di ruangan itu memandang mereka sambil tertawa kecil. "Sudah merasa lebih baik?" Tanya Riku seolah tahu apa yang sedang dia rasakan. Hokuto hanya mengangguk. "Riku-san lekaslah sembuh. Lalu ayo kita main basket bersama."
"Kau, ini mau mencelakai Riku-san lagi ya?" Itsuki menjitak kepala Hokuto diikuti tawa Riku. Apa yang dikatakan Itsuki benar. Orang yang ingin dia ajak berbagi emosi dan perasaan itu adalah Kazuma. Jadi, ini bukan waktunya untuk menyerah.
***
Lagi-lagi Makoto melihat wajah kusut Kazuma. "Nee Kazuma, aku jadi ingin menyetrika wajahmu." Goda Makoto.
"Makoto, aku sedang tidak ingin bercanda sekarang. Pesankan saja aku makanan yang banyak. Dan satu lagi, aku ingin sendiri." Makoto mengangguk tanda mengerti apa yang diinginkan Kazuma.
"Ayolah dunia tidak berhenti semudah itu. Masa begini saja kau sudah menyerah?" Makoto mengepalkan jari-jari tangannya. "Jika kau benar-benar menyukainya, kejar dia. Jangan melepaskannya semudah itu."
Kazuma tidak bereaksi sama sekali. Apa yang dikatakan Makoto benar.
"Yappari, orang itu hanya Hokuto. Aku bahkan tidak berarti apa-apa baginya."
***
"Kau sudah pulang? Darimana saja kau?" Tanya Nobuyuki saat melihat Hokuto melewatinya. "Rumah sakit." Jawabnya seadanya. "Apa kau sudah memeriksa hatimu? Bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya untuk Kazuma?" Langkah Hokuto terhenti. Berharap ia salah mendengar ucapan Nobuyuki.
"Kalian berkencan kan?"
Hokuto menoleh. "Kau mengetahuinya? Sejak kapan?"
"Sejak aku datang. Aku membaca ini. Note dari Kazuma." Nobuyuki memegang sebuah note yang familiar baginya. Note yang tertempel di lemari pendingin. Mengapa ia lupa? Jadi selama ini Nobuyuki hanya mengetes perasaannya pada Kazuma? Atau Nobuyuki benar-benar menyukai Kazuma?
"Kupikir bagaimana seorang asisten rumah tangga yang memakai piyama imut bermotif semangka merah muda bisa mendapatkan note love you dari majikannya? Lalu membawa koper keluar dari kamar majikannya dan mengatakan dia biasa tidur di sofa. Kalau mau berbohong pintar sedikit donk." Nobuyuki menepuk dada Hokuto.
"Ah, kau membuatku terlihat seperti pria jahat di sini. Jika kutahu kau melukai Kazuma atau membuatnya menangis, akan kurebut dia kembali. Apa kau mengerti?" Nobuyuki menekankan kalimat paling terakhir.
Kedua mata Hokuto berbinar. Apa ini berarti Nobuyuki merestui hubungannya dengan Kazuma?
"Apa yang kau tunggu? Cepat temui dia."
"Arigatou Nobu-san." Hokuto berlari menuju kantor Kazuma.
***
Kazuma menyuruh Makoto pulang lebih awal. Moodnya sedang kurang baik sejak tadi. Ia takut akan melukai Makoto dengan kata-kata kasar. Ia memutuskan berjalan pulang menuju apartment. Berharap dapat memperbaiki hubungan terlarangnya bersama Hokuto.
"Kawamura Kazuma..." Pria itu seperti mendengar suara seseorang. Seseorang yang sangat berharga baginya.
"Ho.. Hoku-chan..." Pria kecil itu tersenyum dan berjalan menghampiri laki-laki yang disukainya.
"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak mengatakan hal-hal seperti itu."
"Kazu-kun no baka." Hokuto terisak.
"Aku memang bodoh ya? Tapi maukah kau berjuang bersama orang bodoh sepertiku?"
Hokuto masih terisak.
"Jangan menangis. Aku janji. Segalanya akan baik-baik saja."
Kazuma memegang kedua pipi chubby kekasihnya. "Tanganmu hangat."
Kazuma mendekatkan wajahnya. Melihat Hokuto yang sudah memejamkan mata. Hokuto bisa merasakan betapa lembut bibir kekasihnya. Rasanya sudah lama mereka tidak semesra ini.
Saat ini langit malam penuh bintang sedang memihak mereka. Waktu mungkin berhenti untuk sementara. Tidak perlu dijelaskan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Yang perlu kau tahu adalah mereka benar-benar bahagia.
"Nee Kazu-kun..."
"Hmm???"
"Apa kau cemburu melihatku bersama Riku-san?"
Kazuma mengangguk "Aku sangat cemburu. Apalagi kalau kamu menunjukkan wajah imutmu yang seperti ini pada laki-laki lain."
"Jadi aku harus bagaimana?" Tanyanya manja.
"Sini. Mendekatlah." Jemari Kazuma menyuruh kekasihnya mendekat.
"Jadilah milikku." Bisik Kazuma membuat rona wajah Hokuto menjadi semu merah.
"Mau bergandengan tangan?"
Hokuto mengangguk. Dia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.
Sementara Itsuki bertemu Makoto di warung wine. Mereka minum bersama. Yang satunya merayakan kesuksesan sahabatnya. Satu lainnya merayakan patah hati.
"Nee Itsuki, bagaimana jika kita berkencan?"
*End*
Seperti itulah cinta. Berbagi emosi bersama. Merasakan perasaan bahagia, sedih, kesal, kecewa, dan takut bersama.
Aku hanya perlu satu orang yang bisa menerimaku apa adanya. Orang yang ingin kuajak berbagi emosi dan perasaan bersama.
Dan orang itu adalah Hokuto. - Kawamura Kazuma
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top