Kejutan?

Not much I could say,
Banyak yang gak bisa saya ketik atau ucapkan di sini.. Hilang kata-kata haha..

Jadi, Happy reading ya~!

=========================================

"Hidup ini penuh dengan kejutan, baik yang baik maupun yang buruk. Semuanya tergantung kepada kita, apakah kita siap untuk menerima kejutan tersebut ataupun tidak."

Hari demi hari berlalu dengan cepat tanpa kamu sadari. Dalam kurun waktu singkat, Kamu pun dituntut untuk menjadi pengganti Ayahmu dalam bidang mengurus sebuah toko bunga sendirian. Banyak masalah dan hambatan yang menghentikan dan menguras tenagamu, tetapi, demi Ayahmu, apapun akan kamu korbankan.

'Apapun' yang tertera di kalimat tersebut pun secara tidak langsung menjurus ke sekolah. Kognitif dari pesanan yang menumpuk mengharuskan dirimu tinggal sampai larut malam sebelum esoknya mengantarkan seluruh pesanan tersebut. Layaknya roda, siklus ini selalu terulang setiap harinya dalam hidupmu.

"Layu kah? Duh.. Aku heran kenapa Ayah bisa menjaga seluruh bunga ini untuk tetap hidup dalam jangka waktu lama.."

"Ouch-Duri bunga mawar ini terlalu tajam.."

"Alamat-alamat ini berada di region berbeda.."

Keluhan demi keluhan awalnya mengawali hari-hari pertamamu. Tapi di balik kesusahan itu, dirimu menyadari betapa kuatnya Ayahmu, perjuangan yang harus Ia tempuh setiap harinya sendirian. Membanting tulang dan berkelana di dunia yang usang ini hanya untuk menghidupi dirimu. Motivasi tersebut cukup melekat pada dirimu, kamu ingin menjadi kuat layaknya Ayahmu.

Pada suatu hari, kamu mengayuh sepedamu dengan kedua kakimu seraya menyusuri sudut kota Kyoto yang cukup ramai dan sibuk siang hari ini. Sebuah senyuman tipis merekah di kedua bibirmu menandakan bahwa dirimu berada di tingkat emosi terbaik. Sesampai di alamat yang kamu tuju, kedua iris (E/C)mu menangkap sosok sang penerima,

"Halo Nyonya Seika! Ada sebuket bunga untukmu!"

"Oh? Apakah kamu anak dari (L/N)-san?"

"Yup! Ayah masih berada di rumah sakit, jadi aku yang menggantikan posisinya saat ini."

"Oh. Maaf karena aku tidak bisa menjenguk Ayahmu, (L/N)-chan.."

"Tidak apa-apa, Nyonya! Ini buket untukmu~"

Tuturmu dengan nada ceria seraya perlahan memberikan sebuket bunga kepada wanita paruh baya tersebut. Ia dengan senang hati menyambut buket tersebut sebelum kembali berkata-kata,

"Apa kamu tidak kesusahan dalam mengurus bunga-bunga ini?"

"Eh-? Tidak, Nyonya.."

"Benar?"

"Yah... Cukup kesusahan sejujurnya.. Banyak bunga yang sudah layu akhir-akhir ini dikarenakan pergantian musim.."

"Aku mengerti.. Yah, Ayahmu kan memakai ke-Eh!"

Salah satu alismu naik secara spontan ketika mendengar runtutan kata-kata yang terputus tersebut. Kalimat yang mengandung sebuah clue penting tetapi sama sekali belum terpikirkan olehmu. Sang wanita memilih untuk membungkam kembali mulutnya sebelum mengeluarkan kekehan pelan nan ragu,

"Ahaha... Ayahmu memang sangat sabar dalam mengurus bunga-bunga."

"Aku penasaran akan perkataanmu, Nyonya Seika."

"Tidak ada apa-apa kok! Hanya keceplosan dan kata yang ingin kuucapkan terdengar tabu."

"Ohh... Tapi Ayah memang aneh.. Aku tidak pernah melihat satu pun tangkai bunga yang layu di tangannya. Ia seperti memiliki suatu kekuatan khusus untuk menopang hidup bunga-bunga itu."

"..."

"Kekuatan khusus yang hanya diperlihatkan pada orang tertentu.. Yah, tapi semua hal tersebut hanya fiksi dan khayalan! Mana mungkin hal tidak realistis tersebut ada di dunia ini, bukan, Nyonya Seika?"

"Ya.. Kau benar, (L/N)-chan."

Ucap sang wanita /cukup/ ragu, suaranya terdengar bergetar dan tidak terlalu keras. Beberapa tetes keringat dingin mengucur di wajahnya, tetapi, kamu memilih untuk acuh tak acuh akan hal tersebut. Mengakhiri percakapan yang nantinya berpotensi menjadi perdebatan ini, kamu pun mengukir senyuman tipis di kedua bibirmu sebelum mengucapkan salam,

"Baiklah. Maaf sudah menyita waktumu, Nyonya Seika. Terima kasih banyak atas pesanannya! Aku akan melanjutkan pekerjaanku!"

"Ya. Terima kasih banyak, (L/N)-chan.. Sampai jumpa di lain waktu!"

"Sampai jumpa juga, Nyonya Seika."

Dengan perlahan, kedua kakimu kembali menggoes sepeda milikmu demi melanjutkan perjalanan dan meninggalkan tempat tersebut. Tidak kamu sangka, dirimu melintas di depan Mansion milik Akashi. Secara, kamu sudah menempuh jarak cukup jauh dari rumah.

"Rumah sakit selanjutnya? Huh..."

Gumammu seraya menyeka beberapa tetesan keringat yang mulai membasahi keningmu. Matahari bersinar cukup terang saat itu, untunglah suhu di sekitar tidak terlalu panas sehingga dirimu tidak merasa /lebih/ cepat lelah dari biasanya.

Tidak ada satu pun memori akan sekolah maupun pemuda yang sudah menolong dirimu berkali-kali itu muncul, semuanya sekilas hilang layaknya gambaran pensil yang dihapus bersih oleh penghapus. Memang tidak bersih, masih meninggalkan beberapa bekas yang tebal dan berarti.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top