Three
B R I D E
"Shuu! Shuu! Temani aku ke kebun," pinta [First Name] sambil menggoyangkan tubuh Shuu yang terbaring di atas kasur [First Name].
Shuu menepis tangan [First Name] tanpa membuka matanya. "Terlalu merepotkan."
[First Name] cemberut lalu menjatuhkan dirinya di samping Shuu dengan kedua lengan yang terlipat di depan dada. "Ayolah Shuu. Kumohon ... hanya malam ini saja."
Tidak ada balasan yang berarti dari tunangannya, bahkan Shuu hanya meninggikan volume musiknya tanpa melihat ke arah [First Name]. Hampir saja gadis itu meluapkan emosinya dengan berkata kalau Shuu adalah pemalas yang tidak mencintai tunangannya sendiri, mungkin saja dengan mengucapkan itu hati Shuu akan tergerak dan ingin menemani [First Name] di kebun. Namun, sebelum niatnya terlaksana [First Name] menyadari ada yang berbeda dari tunangannya.
[First Name] menyadari kalau tubuh Shuu semakin melemah, terlihat dari caranya mengangkat tangan untuk meninggikan volume. Wajahnya jauh lebih pucat dari biasanya dan fakta bahwa Shuu belum beranjak dari kasurnya sejak pagi tadi. Suaranya yang sudah malas terdengar lemah. [First Name] tidak ingin mengakui ini, tetapi ia hanya bisa menarik satu kesimpulan. Shuu merasa sangat haus karena belum meminum cairan merah itu dalam waktu yang cukup lama. Ya, Shuu belum meminum darah.
"Sudah berapa lama kau tidak meminum darah?" tanya [First Name] sangsi. Ia merangkak mendekati Shuu yang masih belum bergerak. Memang kalau tidak di perhatikan secara teliti, tidak akan terlihat perubahannya, tapi [First Name] tahu lebih baik.
"Hm?"
"Sudah berapa lama kau tidak meminum darah?" [First Name] mengulangi pertanyaannya. Tangannya menangkup wajah Shuu, mencoba memperhatikan kekasihnya dengan lebih jelas.
Shuu tetap bungkam, ia lebih memilih untuk memejamkan matanya daripada menjawab pertanyaan [First Name]. Karena tidak mendapatkan balasan yang diinginkannya, [First Name] kembali memutar otak. Berapa lama sejak terakhir kali Shuu mengaku dirinya haus?
Setelah menjalin hubungan dengan [First Name], Shuu memang selalu mengatakan pada [First Name] lebih dulu kalau ia merasa haus, kemudian Shuu akan mencari orang lain untuk disantap karena [First Name] masih belum siap untuk digigit. Namun, sudah hampir satu bulan ini [First Name] tidak mendengar ucapan kalau Shuu merasa haus atau sosoknya yang tiba-tiba menghilang. Itu berarti selama satu bulan ini Shuu hanya mengandalkan makanan manusia untuk tetap hidup dan mengenyangkan diri, bukannya darah seperti vampir normal lainnya.
"Kau sudah tidak meminumnya selama hampir satu bulan ini," papar [First Name]. Shuu membuka kedua matanya mendengar pernyataan [First Name]. "Kenapa?"
"Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Kau selalu saja memperlihatkan raut wajah yang merepotkan setiap kali aku meminum darah," balas Shuu lemah. "Kalau aku tetap meminum darah orang lain, rasanya seperti aku sedang mengkhianatimu."
[First Name] hampir saja memukul Shuu kalau ia tidak ingat dengan keadaan kekasihnya yang sangat menyedihkan. [First Name] menghela nafas dalam seakan meyakinkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Ia menarik tangan Shuu sekuat tenaga, mencoba untuk membuat kekasih vampirnya terduduk lalu memiringkan kepalanya, memperlihat sebagian besar lehernya.
"Apa yang kau lakukan, [First Name]?" tanya Shuu dengan nada marah bercampur khawatir. Tatapan matanya agak menajam saat memperhatikan leher [First Name] yang mulus tanpa ada bekas taring. Astaga ... [First Name] benar-benar menggodanya, mengetes sampai sejauh mana dirinya bisa bertahan. Kalau leher [First Name] yang terus menjadi objek pandangannya, ia tidak akan bisa bertahan lama.
"Aku ingin agar kau meminum darahku Shuu," ucap [First Name] dengan nada yang tidak ingin dibantah. "Kau berkata merasa akan mengkhianatiku kalau meminum darah orang lain, tapi kalau kau tidak meminum darah sama sekali, kau bisa mati perlahan dan aku tidak menginginkan hal itu terjadi."
Shuu menarik nafas panjang, menghirup aroma darah [First Name] yang mulai memenuhi indra penciumannya. Taringnya mencuat tanpa bisa ditahan dan wajahnya mulai mendekat ke leher [First Name] diluar kehendak. Mata Shuu berkilat penuh rasa lapar dan khawatir. Saat mata mereka beradu, Shuu seperti disadarkan dengan sesuatu dan menjauh dari leher [First Name].
"Kau yakin, [First Name]? Kau benar-benar yakin?" tanya Shuu menatap [First Name]. Ia ingin agar [First Name] yakin dengan keputusannya. Percaya atau tidak, Shuu membenci raut kekecewaan [First Name]. "Aku takut kalau kau akan menyesal setelahnya."
"Ini salah satu tugasku sebagai pengantinmu nanti, kan?" [First Name] menggeleng tegas. Matanya beradu dengan Shuu dengan sorot penuh keyakinan. "Tidak. Aku tidak akan menyesalinya dan aku benar-benar yakin. Kumohon, Shuu."
Tangan Shuu bergerak membelai rambut [First Name], merapikannya dan mulutnya menciumi leher [First Name]. Ia terkesiap saat denyut nadinya dihisap dengan kuat oleh Shuu layaknya predator yang sudah mengincar mangsanya. Sekarang jantung [First Name] berdetak dengan cepat. Shuu bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"[First Name]," erang Shuu di kulit [First Name], suaranya terdengar seperti menahan sesuatu. "Apa kau yakin?"
"Iya," bisik [First Name]. "Iya."
Taring Shuu menusuk leher [First Name]. Gadis itu memejamkan mata, bersiap untuk merasakan sakit pada gigitan pertamanya. Ia melihat bagaimana Sakamaki bersaudara mengisap habis mangsanya, tetapi tidak. Shuu melakukannya dengan sangat lembut sampai [First Name] tidak bisa merasakan apapun selain kehangatan. Telinganya mendengar suara isapan dari Shuu, tetapi itu semua tidak membuatnya takut. Kedua lengan Shuu memeluknya erat, tangannya mengepal di punggung [First Name].
Tangan [First Name] memeluk kepala Shuu, membawa Shuu lebih dekat pada lehernya. Lidah Shuu menyapu lehernya begitu taring sudah keluar. Tubuh [First Name] terasa lemas, tetapi ia tidak melewatkan sapuan bibir Shuu yang menyentuh kedua kelopak matanya.
"Tidak pernah sekali pun aku berniat untuk menyakitimu, tapi bolehkah aku merasakannya lagi?"
Maaf banget nih karena baru update... Aku harap kalian masih suka baca cerita Shuu...
Happy reading!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top