Ten
H A R M O N Y
Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Shuu tidak melepas pandangannya dari [First Name]. Ia tidak ingin ada saudaranya yang lain mengambil kesempatan saat ia tidak ada di samping istrinya. Karena itu, Shuu mengurung [First Name] di ruang musik. Sama halnya dengan ruang musik yang berada di sekolah, tidak ada saudara Shuu yang berani memasuki ruang musik di mansion. Ruang musik sudah menjadi miliknya tanpa ada peraturan tertulis.
"Shuu, aku tidak akan bisa bermain kalau kau terus memelukku seperti ini," protes [First Name] mencoba keluar dari rengkuhan erat Shuu.
Alih-alih dilepaskan, pelukan Shuu pada [First Name] hanya semakin mengerat, menutup jarak yang memisahkan tubuh mereka. Shuu menenggelamkan wajahnya di lekukan leher [First Name], menghirup dalam aroma yang sepertinya sudah lama tidak berada di sisinya. Earphone tidak lagi menyumbat kedua telinganya, ia ingin mendengar permainan [First Name] secara langsung dengan baik.
"Mainkan atau kau akan menerima konsekuensinya," bisik Shuu tanpa memperlihatkan iris birunya.
Terdengar helaan nafas kesal setengah menikmati dari [First Name]. Kemudian, alunan piano yang lembut menggema di ruang musik. Sudut bibir Shuu sedikit tertarik, sepertinya tidak sia-sia ia menghabiskan waktu untuk mengajari istrinya bermain piano.
"Shuu?" panggil [First Name] tanpa menghentikan pergerakan tangannya.
"Jangan merusak musiknya," tegur Shuu.
Kesal dengan balasan yang ia terima, [First Name] berhenti menggerakkan jarinya. Kepalanya sedikit menoleh ke arah Shuu dan menyadari sebelah mata suaminya sudah terbuka. Shuu menahan kekehan kecilnya saat melihat ekspresi kesal [First Name].
"Sepertinya tidak adil kalau hanya aku yang memainkan musik, kan?" ucap [First Name] dengan sorot mata penuh harap. Tangannya menggenggam tangan Shuu yang berada di atas perutnya.
"Apa maksudmu, [First Name]?"
"Maksudku, seharusnya kau juga memainkan biolanya," jelas [First Name] dengan penuh semangat. "Aku akan berusaha sebaik mungkin menjadi pengiringmu."
Shuu terkekeh pelan. Sebaik apapun ia berusaha, Shuu tidak akan pernah menang melawan tatapan penuh permohonan itu. Mungkin untuk orang luar, [First Name] adalah wanita Shuu yang penurut. Namun, Shuu dan saudara-saudaranya mengetahui lebih baik. [First Name] selalu mampu membuat Shuu melakukan hal yang bahkan tidak ia sukai hanya demi [First Name].
"Jangan menatapku begitu, gadis pemaksa," Shuu menyapukan bibirnya di pipi [First Name] lalu beranjak dari kursi piano.
[First Name] memekik senang menyadari Shuu meraih tempat biolanya. Senyuman lebar yang menghiasi wajah [First Name] membuat Shuu merasa ia tidak akan menyesali keputusannya untuk bermain biola, walaupun itu berarti ia tidak bisa memeluk [First Name] dalam beberapa menit.
"Kita akan memainkan lagu apa?" tanya [First Name] bersemangat. Tangannya sudah siap untuk menekan tuts hitam dan putih di hadapannya.
Shuu menyeringai tipis. "Lagu yang kutulis untukmu."
Shuu memang pernah menulis lagu untuk [First Name]. Saat itu [First Name] baru beberapa bulan diklaim menjadi 'milik' Shuu. Orang-orang di sekitar mereka terutama penggemar Shuu terlihat tidak senang dengan fakta baru ini, karena itu mereka mencoba menekan [First Name], mengintimidasi gadis itu, bahkan beberapa kali mencoba untuk membunuh [First Name]. Sejak saat itu [First Name] menutup dirinya.
Frustasi karena gadis yang menjadi pusat dunianya menutup diri, Shuu berinisiatif untuk melakukan sesuatu untuk [First Name]. Percaya atau tidak, ia bahkan memperhatikan beberapa pasangan yang berada di sekolahnya untuk mencari sesuatu yang bisa ia berikan pada [First Name]. Akhirnya, ide untuk menulis lagu untuk [First Name] muncul. [First Name] tidak dapat menahan senyum bahagianya mengetahui Shuu merepotkan diri untuk menghiburnya.
"Kau masih ingat?"
"Tentu saja. Aku yang menulis lagunya, tidak mungkin akan kulupakan semudah itu," seringai Shuu.
Tangan Shuu mulai bergerak. Alunan suara biola mulai memenuhi indra pendengaran [First Name]. Tangannya tepat berada di atas tuts, siap menekan kapan saja ia harus mulai. Ketika [First Name] sudah menyatukan nada dengan Shuu, ia memejamkan mata.
Shuu membuka kedua matanya. Ia tersenyum tipis menyadari [First Name] terpejam dan tangannya bergerak mengikuti insting. Shuu sengaja menulis lagunya dengan nada lembut yang menenangkan. Seperti berada di tepi pantai sambil mendengar deburan ombak bersamamu Shuu, itu pendapat [First Name] saat mendengar lagu karyanya. Namun, Shuu tidak menyangka saat ia dan [First Name] bermain beriringan, nadanya akan terdengar begini lembut.
[First Name] menghela nafas saat lagu sudah berakhir. Matanya perlahan terbuka dan beradu dengan Shuu.
"Shuu?" panggil [First Name]. Ia memperhatikan Shuu yang meletakkan kembali biolanya dengan rapi.
"Hm."
"Terima kasih karena sudah meluangkan waktumu untukku," bisik [First Name]. Suaranya memang pelan, tetapi ia yakin Shuu dapat mendengar suara dengan sangat jelas.
Shuu kembali menyeringai. Lengannya kembali meraih [First Name], membawa wanitanya dalam pelukan panjang. Seperti biasa, hidung Shuu sibuk mencari aroma darah [First Name] yang bercampur dengan sabun. Bibirnya menjangkau wajah [First Name], menyapu setiap bagiannya tanpa terkecuali.
"Tidak perlu berterima kasih. Aku melakukannya untuk kepentinganku sendiri," bisik Shuu.
"Apa maks- ah!" [First Name] tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Shuu menusukkan taringnya di leher [First Name]. Suara isapan menggema di ruang musik bersamaan dengan erangan tertahan yang melesak dari [First Name].
"Aaah ... darahmu terasa sangat panas. Kau bisa saja membakarku," ucap Shuu. Ia berusaha menutup lubang bekas taringnya di leher [First Name]. Sudut bibirnya tertarik mendengar [First Name] memohon untuk tidak mengisap darahnya lagi.
"Suaramu terdengar lembut di telingaku. Kurasa kita mampu membuat harmoni yang sama seperti sebelumnya. Hanya saja kita melakukannya tanpa memakai alat musik dan berada di kamar kita, bagaimana kedengarannya eh gadis egois?"
First update in a very long time. Maaf ya, baru bisa update, diriku sibuk persiapan buat UN sama SBM... So, bagaimana menurut kalian tentang Shuu kali ini?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top