Eleven
P O I S O N E D
Shuu terlihat lebih dekat dengan [First Name] sekarang. Ia tidak malu memeluk atau bahkan menyandarkan dirinya pada [First Name] saat wanita itu sedang duduk. Saudara-saudaranya merasa sedikit bersyukur dengan perubahan Shuu. Setidaknya, Shuu tidak lagi terlihat tertidur setiap kali mereka melihatnya. Namun, ada satu orang yang terlihat tidak senang dengan hal ini. Louise.
Pengantin kedua Shuu malah terlihat geram dengan kedekatan mereka berdua. Seringkali Louise mencoba untuk membujuk Shuu menghabiskan malam di kamarnya, tetapi Sakamaki tertua itu selalu berkelit atau mengabaikan Louise dengan sengaja. Geram karena diabaikan terus-menerus, Louise merencanakan sesuatu agar perhatian Shuu tetap berfokus padanya.
Malam itu [First Name] berada di perpustakaan, menikmati kesendirian yang akhir-akhir ini jarang ia dapatkan. Bukannya [First Name] tidak menyukai keberadaan Shuu di sampingnya, tetapi saat Shuu berada di sampingnya, [First Name] tidak akan bisa terfokus pada bacaannya. Shuu lebih suka membujuk [First Name] untuk tidur di sampingnya.
Tepat saat [First Name] berganti bab, saat itu juga ia merasakan keberadaan orang lain di perpustakaan. Istri kedua suaminya sekaligus rivalnya.
"Selamat malam, Louise. Aku terkejut melihatmu berada di tempat seperti ini," ucap [First Name] dengan senyum paksa. Ia memang tidak pernah mendapati Louise berada di perpustakaan atau ruang musik. Rivalnya lebih suka berada di sekitar kolam renang atau ruang main.
Senyum [First Name] dibalas dengan seringai sinis. "Aku ada urusan denganmu."
"Baiklah. Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanya [First Name] sembari menutup buku bacaannya.
Louise berjalan mendekat. [First Name] menyadari ada botol kecil yang berisi cairan berwarna pekat dalam genggaman rivalnya. Sinyal tanda bahaya berdering keras di otak [First Name], keinginan untuk menjauhi Louise begitu besar sampai tanpa sadar [First Name] berdiri dari bangku dan melangkah mundur.
"Aku tidak tahu apa yang Shuu lihat darimu. Kau manusia bodoh yang rapuh dan hanya dengan sedikit racun, kau akan mati," ucap Louise dengan kecaman dalam nada bicaranya. "Kau mengambil semua perhatiannya dariku. Dan aku akan merebutnya dengan cara apapun!"
Bagai dirasuki sesuatu, Louise berlari ke arahnya dengan kecepatan seorang vampir yang tidak akan pernah bisa ditandingi oleh [First Name]. Semuanya terjadi begitu cepat sampai [First Name] lupa menarik nafas. Teriakan frustasi Louise bercampur dengan jeritan [First Name] saat cairan dalam botol itu menyentuh kulitnya. Kulit yang terkena cairan itu terasa sangat panas, seperti membakar kulitnya.
Hal selanjutnya yang [First Name] ketahui, ia sudah berada dalam pelukan Shuu dan Louise sudah ditahan oleh Subaru. Reiji berdiri di belakang Shuu, dalam genggamannya ada botol yang sebelumnya ada pada Louise.
"Aku tahu ada seseorang yang mengambil persediaan racunku," gumam Reiji. "Racun yang ia pakai akan membakar kulit dan perlahan masuk ke dalam pembuluh darah. Dalam lima menit [First Name] akan mati kalau tidak mendapatkan penawarnya. Sangat pintar."
[First Name] tidak bisa memberi reaksi pada ucapan Reiji. Seperti yang baru saja dijelaskan, [First Name] merasa seluruh tubuhnya seperti terbakar. Wajah Shuu mengabur dalam pandangannya. Otaknya tidak mampu mencerna hal yang sedang terjadi.
Ia hanya mendengar gumaman Shuu. "Maafkan aku, [First Name]. Ini akan terasa sakit sedikit."
[First Name] merasa ada sesuatu yang menusuk kulitnya. Telinganya bergema dengan suara isapan yang ia yakin dilakukan oleh Shuu. Perlahan tapi pasti sensasi terbakar itu berkurang, tetapi suara isapan itu berhenti tergantikan oleh suara erangan tertahan.
"Dasar bodoh. Kau tidak hanya mengisap darahnya, tapi juga menelan racun yang mengalir bersamanya," dengus Reiji. "Aku akan mengambil penawarnya. Kau bisa berhenti mengisapnya, gokutsubushi, darahnya sudah bersih."
[First Name] yakin kalau dirinya hilang kesadaran, tetapi ia juga ingat dirinya dibopong oleh seseorang, lalu dijatuhkan di alas empuk yang ia tebak sebagai kasur. Kepalanya masih terasa sakit, tetapi tidak dengan tubuhnya. Sepertinya racun yang dimaksud oleh Reiji sudah keluar dari tubuhnya. Kemudian, ada seseorang yang membuka paksa mulutnya, memasukkan cairan yang terasa aneh di indra pengecap.
"Mereka akan bangun sebentar lagi. Lebih baik kita pergi," suara Reiji yang menggema di indra pendengaran [First Name]. Saat suara pintu tertutup, [First Name] mencoba membuka matanya.
Beberapa kali matanya mengerjap ringan, berusaha menangkap apapun yang hadir dalam jarak penglihatannya. Ia terkesiap melihat Shuu berada di sampingnya, tetapi tidak memeluknya seperti yang biasa ia lakukan akhir-akhir ini.
"Shuu?" [First Name] menggoyangkan tubuh Shuu. "Shuu! Bangun, Shuu! Jangan tinggalkan aku sendiri, Shuu."
Mata [First Name] menghangat, pandangannya mengabur. Ia ingat Shuu berusaha mengisap darahnya beserta dengan racun yang mengalir, ia juga mengingat erangan tertahan Shuu saat racun yang dilemparkan Louise masuk dalam tubuhnya. Astaga ... bagaimana kalau Shuu tidak akan pernah sadar lagi? Semua ini salahnya.
"Kumohon Shuu ... kumohon jangan tinggalkan aku," isak [First Name] seraya memeluk tubuh Shuu yang masih membeku layaknya batu.
"Berisik. Kau mengganggu tidurku," suara berat yang selalu ia dengar memaksa [First Name] mengangkat kepala. Ia terbelalak menyadari ada iris biru yang memperhatikannya lebih dulu.
"Shuu? Kau masih hidup?"
"Aku ini vampir. Tidak seharusnya vampir hidup, mereka adalah makhluk yang tidak mati juga tidak hidup," ucap Shuu. Tangannya terangkat mengusap kepala [First Name]. "Tapi kau membuatku hampir mati, gadis merepotkan."
"Maaf. Maafkan aku karena harus membuatmu mengisap racun itu. Maaf karena membuatmu kesakitan, Shuu. Maaf," [First Name] terisak penuh penyesalan. Air mata tidak berhenti mengalir ke pipinya.
Shuu mendengus. Ia menggerakkan ibu jarinya di pipi [First Name], menghapus jejak air mata. "Racun seperti itu tidak akan membunuhku. Lain halnya dengan mendengar jeritanmu."
"Maksudmu?"
"Satu-satunya hal yang bisa menyakitiku adalah kepergianmu. Karena itu, jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku, mengerti gadis berisik?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top