12. Pengendali Utama




Keesokannya, tak ada seorang pun yang membahas tentang Dorothea Latuharhary. Anak-anak sepuluh masih kaget kalau melihatku, teman-teman kelas sebelas masih dipusingkan dengan Ujian dari Dewan itu, sementara senior kelas dua belas tidak mau tahu. Aku berterima kasih karena Lucien bisa tutup mulut meski belum bisa bertemu lagi dengan cowok itu. Kami hanya beberapa kali berpapasan di koridor. Cowok itu melakukan gerakan hormat seperti pilot yang akan lepas landas, lalu tersenyum padaku.

            Hadiah Casa Poca berupa bebas PR sebulan itu akhirnya berakhir, dan para guru tampaknya sudah gemas ingin menghujani kami dengan PR. Pak Gino yang mulai duluan – dia mengirim email berisi lima puluh soal latihan yang harus dikumpulkan dalam sehari. Dia bahkan terang-terangan menulis di subjek email: "PR Khusus Untuk Lulusan Sepuluh Nobel." Kabar baiknya, gara-gara PR ini akhirnya Meredith luluh juga dan bersedia memimpin belajar kelompok di rumahku. Si kembar memohon-mohon sambil memeluk kakinya sepanjang koridor dalam perjalanan dari Lab Kimia. Meredith sampai harus menumbuhkan kaktus-kaktus berduri dari kaus kakinya supaya dilepaskan dari si kembar (durinya tidak menyakiti Meredith karena dia pengendali tumbuhan).

Belajar kelompok itu dilaksanakan di rumahku. Sewaktu di New York, aku dilarang Mom bikin kumpul-kumpul demi alasan keamanan. Namun di sini berbeda, aku sudah membujuk Arini supaya dia merahasiakan acara itu dari Mom (yang dilakukannya tanpa ragu-ragu karena Arini selalu memihakku - love you, Arini!) Kami juga mengundang kakak laki-laki Reo yang lulusan Kimia untuk membantu. Semester lalu, dialah yang mengecek dan mengoreksi semua jawaban soal latihan kami. Berkaca dari pengalaman itu, kali ini kami sengaja bergantian menulis jawaban yang salah di lembar tugas masing-masing. Tampang Meredith menyiratkan dia lebih rela terjun dari puncak Monas ketimbang sengaja membuat kesalahan dalam PR-nya, tapi aku dan Tara mengawasinya dengan galak sepanjang mengerjakan PR, dan akhirnya sahabat kami itu menurut.

            Selesai mengerjakan PR, kami bikin karaoke dadakan dan tanding pingpong di halaman belakang. Sesuai permintaan si kembar, aku meminta Arini menyediakan stok camilan dalam jumlah besar, dan semuanya ludes dimakan (kami dalam masa pertumbuhan, jadi wajar kok!) Anak-anak yang lain juga merasa acara belajar kelompok kali ini sangat seru, dan Billy menanyaiku apa aku bersedia jadi tuan rumah acara belajar kelompok selanjutnya. Aku senang bisa kumpul-kumpul begini dan sama sekali nggak keberatan rumahku dijadikan markas besar.

            Selain Kimia, guru-guru yang lain juga memberikan PR, tapi nggak sebanyak Pak Gino sehingga masih sanggup dikerjakan sendiri. Satu-satunya guru yang nggak memberi PR adalah Pak Yu-Tsin, tapi Tara bilang itu hal yang wajar mengingat di kelas Pengendalian kami hampir nggak pernah mencatat.

            Tak terasa hari-hari berlalu dan mendadak saja sudah hari Jumat. Jadi aku pergi ke lantai sebelas untuk eskul ekstraku bersama Bu Olena.

            Bu Olena sudah menungguku. Dia tersenyum ramah dan menyilakanku duduk. Kali ini dia tidak memegang catatan seperti biasanya.

            Bu Olena memulai dengan menanyai bagaimana mingguku seperti biasa. Di akhir basa-basi, Bu Olena menatapku dengan tajam lalu bilang, "Apa ada yang ingin kamu tanyakan, Jennifer?"

            Satu-satunya hal yang menggangguku sepanjang minggu ini adalah insiden yang menimpa Dorothea Latuharhary, jadi itu yang kutanyakan pada Bu Olena.

"Ini memang kejadian yang tak terduga, Jen..." desah Bu Olena seakan sudah menduga aku akan menanyakan ini. "Tapi kekuatan pengendalian memang bisa hilang, karena bersumber dari chi, energi dalam tubuh. Jika ada gangguan pada aliran chi, maka itu akan turut mempengaruhi kekuatan seorang pengendali. Apa kamu ingat kelas Pengendalian semester lalu, ketika Pak Yu-Tsin meminta saya untuk membantu di kelasnya?"

            Aku tak akan pernah melupakan kejadian itu. Saat itulah pertama kalinya aku tahu tentang para pengendali.

            "Saya pikir waktu itu Reo akan mati."

            Bu Olena tertawa lepas. "Ya, kurang begitu cara kerjanya. Pengendali yang berada dalam kondisi fisik yang sangat lemah kemungkinan besar tidak akan sanggup mengendalikan."

"Jadi, apa ini artinya Bu Dorothea sedang sakit?"

            "Dewan masih menyelidiki. Pengendalian dimensinya lenyap secara tiba-tiba, padahal kondisi Dorothea sangat prima. Tapi kemungkinannya kecil sekali ada penyebab lain selain penyakit."

            "Bu, apa mungkin ada pengendali pengendali lain selain saya? Mungkin saja pengendali pengendali itu yang menyerang Bu Dorothea."

            "Tidak, Jen. Kemungkinan itu juga kecil sekali. Malah nyaris mustahil," jawab Bu Olena cepat-cepat. "Menurut saya bisa saja Dorothea menderita penyakit tertentu seperti kolestrol, dan penyakit itu menyerangnya tiba-tiba, menyebabkan hal tidak terduga seperti serangan jantung ringan. Meski tidak menyebabkan kematian, tetapi gangguan pada aliran darah dapat menghambat aliran chi."

            "Kalau begitu, apa kekuatan pengendalian Bu Dorothea masih bisa dikembalikan?"

            "Dewan masih belum mau membeberkan hasil penyelidikan mereka," jawab Bu Olena. "Saya rasa mereka menghadapi jalan buntu. Tapi ada satu kemungkinan lagi, dan saya yakin Dewan sedang menyelidiki opsi ini."

            Nada suara Bu Olena berubah serius, dan dia menggeser tubuhnya ke arahku. Aku ikut mencondongkan tubuh dengan tertarik. Aku harus tahu tentang "kemungkinan lain" ini, karena kalau terbukti benar, itu artinya Dewan tidak akan menggangguku lagi.

            "Apa yang akan saya jelaskan ini baru akan diajarkan Pak Yu-Tsin di kelas Pengendalian minggu depan karena akan ditanyakan saat Ujian. Tapi tidak apa-apa kalau kamu tahu lebih dulu."

            Aku mengangguk, siap untuk mendengarkan.

            "Jen, apa kamu pernah menebak-nebak dari mana munculnya kekuatan pengendalian?"

Sebuah jawaban muncul di benakku: film superhero Marvel. Tapi karena jawaban itu sudah pasti akan membuatku kedengaran tolol, aku hanya menggeleng pelan.

            "Para pengendali perdana adalah orang-orang yang paham betul tentang aliran chi," kata Bu Olena. "Saat itu mereka paham bahwa energi di dalam tubuh mampu memberi kekuatan untuk mengendalikan hal-hal lain selain tubuh. Ini adalah penemuan yang luar biasa. Para pengendali perdana ini bersemangat untuk menyebarkan penemuan baru mereka ini pada orang lain. Kemudian mereka melatih orang-orang yang dianggap pantas untuk mengelola chi, sehingga terbentuklah komunitas pengendali yang pertama di dunia.

            Pengendalian chi seperti ini ternyata bisa diwariskan lewat garis darah. Sama seperti sifat yang bisa diwariskan lewat gen, kekuatan pengendalian juga bisa diturunkan, meski tidak pasti pada generasi berikutnya. Sekarang ini terjadi lompatan generasi, sehingga kalau orangtua kamu pengendali, maka kamu tidak otomatis jadi pengendali. Bisa saja kekuatan itu muncul lagi bergenerasi-generasi berikutnya.

Tapi dulu berbeda. Aliran chi belum terganggu dengan modernisasi. Manusia masih bisa menyatu harmonis dengan alam. Maka kekuatan para pengendali perdana itu bisa langsung diturunkan pada anak-anak mereka, sehingga generasi kedua pengendali pun lahir. Sepak terjang para pengendali kuno ini tercatat dalam sejarah: di setiap legenda, mitologi dan cerita-cerita rakyat di berbagai negara, kita dapat menemukan sosok-sosok pahlawan hebat, ahli mandraguna sakti, dan penyihir berkekuatan dahsyat. Di Indonesia, kita dapat menemukan jejak-jejak para pengendali kuno ini dalam legenda terbentuknya Candi Prambanan. Bandung Bondowoso yang ingin menikahi putri Roro Jongggrang digambarkan sebagai pria kuat yang bersekutu dengan jin. Dalam tantangan membuat seribu candi dari sang putri, dikisahkan Bandung Bondowoso meminta bantuan dari makhluk-makhluk ini. Tapi yang sebetulnya terjadi adalah, sosok Bandung Bondowoso ini seorang pengendali batu. Dengan kekuatannya, dia bisa saja menaklukan tantangan itu sebelum fajar menyingsing. Namun dia tidak tahu bahwa Roro Jonggrang adalah seorang pengendali juga. Apa kamu bisa menebak apa kekuatan sang putri?"

            Aku mengingat-ingat legenda Candi Prambanan yang pernah diceritakan Arini padaku sewaktu kecil. Seingatku, Bandung Bondowoso gagal membuat seribu candi karena para jin yang membantunya mengira hari sudah pagi ketika mendengar suara orang-orang memukul lesung.

            "Pengendali bunyi. Roro Jonggrang adalah pengendali bunyi."

            Bu Olena tersenyum puas. "Para pengendali diagung-agungkan sebagai orang sakti, pahlawan, dan pelindung. Semuanya berlangsung dengan damai selama kira-kira lima ratus tahun.

Namun karena tidak semua sanggup mengelola chi, orang-orang yang tak mampu ini mulai takut pada para pengendali. Mereka adalah kaum awam yang hari ini kita kenal dengan sebutan non-pengendali. Para non-pengendali khawatir suatu hari para pengendali akan menjajah mereka memakai kekuatan pengendalian.

Beberapa pengendali tergoda akan ide ini. Mereka yang jatuh dalam godaan mulai menggunakan kekuatan mereka untuk hal-hal yang buruk. Lagi-lagi sejarah mencatatnya. Para pengendali pikiran memakai kekuatan mereka untuk mengejar kekuasaan dan dominasi dengan menghasut pikiran raja-raja zaman dulu. Perang-perang besar meletus. Para non-pengendali semakin ketakutan. Mereka sadar bahwa kekuatan pengendalian dapat digunakan untuk niat jahat dan niat baik sekaligus. Para pengendali tak lagi diagung-agungkan, mereka kini ditakuti, dijauhi dan dicap sebagai musuh masyarakat.

Melihat teror dan kekacauan yang mereka sebabkan, para pengendali jahat ini jadi semakin gelap mata. Perbuatan jahat mereka kian menjadi-jadi saat melihat betapa takut dan tak berdayanya para non-pengendali menghadapi mereka. Sifat jahat itu meracuni chi mereka, mengubahnya dari energi baik yang seharusnya menjaga, memberdayakan dan menghidupkan, menjadi energi gelap yang justru merusak, melukai dan menghancurkan. Dan di sinilah awal kehancuran dimulai...."

            Bu Olena berhenti sejenak untuk minum segelas air. Aku terpaksa menahan diri, padahal aku sudah tidak sabar ingin mendengar kelanjutan ceritanya.

            "Melihat kekacauan ini, beberapa pengendali baik dan bijaksana memutuskan untuk bertindak. Kejahatan tak boleh dibiarkan merajalela karena bisa mengganggu keseimbangan aliran chi di semesta. Para pengendali jahat mengetahui rencana itu dan mulai bersekutu. Namun mengalahkan sekutu para pengendali jahat tidak semudah mengucapkannya. Semakin dilawan, kekuatan jahat ini makin bertambah kuat.

Akhirnya kira-kira seribu tahun yang lalu, kelima pengendali terkuat pada masanya memutuskan untuk mengalahkan kekuatan jahat untuk selama-lamanya. Mereka adalah Tenshin Daimyō seorang pengendali dimensi dari Jepang, Henuttaneb seorang pengendali angin dari Mesir, Jigme Wangchuk seorang pengendali wujud dari Pegunungan Himalaya, Synthannia Thievanny seorang pengendali pikiran dari Inggris, dan Montezuma seorang pengendali tanaman dari Brazil. Sampai hari ini, kelima sosok ini dianggap sebagai pengendali terhebat yang pernah ada. Montezuma dipercaya sebagai sosok yang telah memelihara hutan rimba Amazon sehingga tetap lestari selama ratusan tahun. Angin dan siklon musiman di Mesir diduga diciptakan oleh Henuttaneb untuk membantu pengairan pertanian di sepanjang aliran sungai Nil. Sosok raksasa putih Yeti yang melegenda di kawasan Pegunungan Himalaya diyakini adalah perwujudan Jigme Wangchuk sendiri. Dia melindungi desa-desa di Nepal dan Tibet dari longsoran salju. Synthannia Thievanny membantu raja-raja Eropa membangun kota beradab dengan kastil-kastil yang megah. Sedangkan Tenshin Daimyō begitu kuat sehingga mampu membuka portal dimensi sampai ke Bulan – ini yang memunculkan legenda Jepang: tsuki no usagi, yang menyebutkan ada kelinci di Bulan. Masyarakat Jepang kuno yakin Daimyō membawa kelinci memakai portal dimensi ciptaannya.

Dengan portal dimensi Daimyo, mereka bertemu di daratan es Siberia.  Dalam pertemuan itu, mereka berlima sadar chi masing-masing tak akan cukup kuat untuk menghentikan para pengendali jahat. Apalagi kekuatan jahat itu telah tersebar di seluruh dunia.  Oleh karena itu kelimanya melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan pengendali mana pun sampai hari ini: menggabungkan kekuatan mereka. Ini berarti mereka akan kehilangan kekuatan masing-masing, tetapi kelimanya dengan ikhlas melakukan itu.

Kekuatan yang baru tercipta itu adalah aliran chi paling murni – luar biasa murninya sehingga tak hanya mampu mengendalikan tumbuhan, angin, wujud, pikiran, dan dimensi, tapi juga kekuatan pengendalian itu sendiri. Dan chi sehebat itu hanya layak diberikan pada makhluk yang masih suci pula supaya tidak terkontaminasi. Daimyo dan kawan-kawan memutuskan untuk menganugrahi hasil penggabungan lima chi mahadahsyat ini pada seorang anak kecil tidak berdosa dari Mongolia. Saat itulah, pengendali pengendali pertama tercipta."

            Aku merinding. Bu Olena baru saja menceritakan tentang kelahiran leluhurku, pengendali pengendali yang pertama. "Siapa nama anak itu?"

            "Tidak ada yang tahu siapa Pengendali Utama yang pertama ini," kata Bu Olena, matanya yang menatapku melebar. "Identitasnya dirahasiakan supaya dia tidak diburu oleh para pengendali jahat. Daimyō dan kawan-kawan hanya menyebut anak itu sebagai Pengendali Utama. Inilah sebabnya mengapa seorang Pengendali Utama tidak pernah tahu dia dianugrahi kekuatan itu sampai kekuatan itu bangkit di saat yang tepat."

Itu dia jawabannya.

Akhirnya aku mengerti mengapa selama enam belas tahun aku tidak merasakan apa-apa. Yang dilakukan Anne-Marie di Museum Fatahilah waktu itu seperti memencet saklar - dia hanya menyalakan kekuatanku. Kekuatan itu sendiri sudah berdiam dalam diriku, tanpa aku ketahui.

"Pengendali Utama punya tugas yang berat," lanjut Bu Olena. "Dengan kemampuannya, Pengendali Utama didaulat untuk bertindak sebagai hakim yang mengatur keseimbangan aliran chi semesta. Jika seorang pengendali memakai kekuatannya untuk berbuat jahat, Pengendali Utama dapat mengontrolnya, atau bahkan bertindak lebih jauh: melenyapkan kekuatan si pengendali jahat itu untuk selamanya."

            Hakim. Kata-kata itu bergema di kepalaku. Pengendali Utama adalah hakim yang mengatur keseimbangan chi semesta. Jika keseimbangan terganggu, sang hakim harus bertindak.

"Kalau begitu..." aku menelan ludah. "Apa ini berarti saya terpilih, Bu?"

            "Bisa dibilang begitu," Bu Olena mengangguk. "Pengendali Utama diciptakan, bukan dilahirkan, sehingga kehadirannya tidak dapat diprediksi. Sepanjang sejarah, mereka hanya muncul di saat-saat tertentu saja, ketika keseimbangan chi sudah terganggu begitu parah sehingga butuh lebih dari sekedar kekuatan biasa untuk memperbaikinya. Setelah semuanya kembali seimbang, para Pengendali Utama pendahulu kamu akan menghilang. Inilah alasan kenapa Dewan amat berhati-hati menyikapi kehadiran Pengendali Utama, Jennifer."

"Dewan mengira dengan kemunculan saya, keseimbangan chi semesta akan terganggu," Selama ini aku menganggap Dewan sudah bersikap parno dengan mengawasiku dan macam-macam lagi. "Ada kekuatan jahat yang akan bangkit."

            "Atau malah sudah menimbulkan kekacauan, meski skalanya masih kecil." Bu Olena menyatukan kedua tangannya di pangkuannya dan menegakkan diri. "Inilah yang saya maksud dengan kemungkinan lain, Jen. Bisa jadi insiden yang menimpa Dorothea Latuharhary adalah tanda-tanda awal gangguan keseimbangan itu."

            "Apa jangan-jangan kekuatan jahat itu Anne-Marie, Bu?" Tak dapat disangkal lagi, Anne-Marie seorang psikopat. Perbuatannya padaku dan Carl semester lalu betul-betul kelewatan. "Saya yang melenyapkan kekuatan pengendalian pikiran Anne-Marie."

            Bu Olena menggeleng yakin. "Bukan, Jen. Lagipula Anne-Marie sekarang sudah jadi non-pengendali. Kekuatan jahat ini jauh lebih hebat dari pengendalian pikiran Anne-Marie."

            "Kalau begitu..." aku merinding lagi. "Apa persisnya kekuatan jahat itu?"

            Bu Olena terdiam sebentar. Saat dia mengangkat kepala untuk menatapku, aku melihat rasa takut terpancar dari matanya. "Itu masalahnya, Jennifer. Tidak ada yang tahu persis kekuatan jahat seperti apa yang akan bangkit. Sebelumnya kejahatan itu mewujud dalam rupa-rupa kekuatan pengendalian, sehingga sulit diprediksi. Saya yakin orang-orang Dewan khawatir kekuatan jahat itu sudah bergerak, dan mereka terlambat menyadarinya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top