8 :: Merindukan Dia ::
**Maaf Guys... isi bab sebelumnya aku hapus karena kesalahan. Selamat membaca ya...
Aku tidak pernah meminta akan melabuhkan hati kepada mu, tapi jika itu terjadi aku bisa apa? selain hanya berusaha agar kau melihatku.'
****
Begitu Rose duduk, Tifanny melihat ada tanda merah di leher Rose sehingga dia sanga terkejut. "Kau menghabiskan malam dengan siapa Rose?" tanya Tifanny membuat semua terdiam. Rose yang mendengar hal itu tentu saja merasa waktu berhenti berputar. Dia menelan ludahnya terlebih dahulu kemudian memberikan seringai khasnya.
"Habis bermalam dengan seseorang, aku juga tidak tahu dia siapa. Kau tahu aku mabuk, dan ini gara-gara dirimu yang meninggalkan ku." Tifanny yang mendengar hal itu membulatkan mata. Ibra menutup mata sementara yang lainnya menghembuskan napas mereka merasa lega. Namun, tidak dengan Aidan Pria itu hanya menatap lurus ke arah dua wanita yang heboh dengan cerita one night stand karangan Rose Alexander.
"Aku harus kembali ke London, ada beberapa yang harus aku kerjakan." Aidan tiba-tiba berdiri dan dengan tidak tahu malunya Rose berbalik menatap Aidan. Mata mereka berdua bertemu, meski saling diam keduanya seolah bisa berbicara lewat pandangan mereka.
"Kenapa terburu-buru? Aidan aku sudah meminta Ali mengatur jadwalku selama satu minggu di sini." Ed terlihat sangat kesal dengan sikap sesuka hati Aidan ini.
"Jangan panik seperti itu Ed, kau bisa kembali ke London dengan sisa waktu ini," jawab Aidan yang hanya membuat Ed semakin kesal. Aidan pergi dari restoran hotel itu tanpa menunggu yang lainnya selesai. Rose terdiam, tatapan mata dan tarikan napas Aidan berputar di kepalanya. Ingatan tentang apa yang sudah terjadi semalam membuat Rose memegang kuat hujung dres yang dia gunakan. Dia juga tidak mendengar kalau Tifannya memanggil namanya.
Hingga Tifanny menepuk pundaknya barulah ia tersadar. "Ada apa dengan mu Rose?!" Tifanny pergi, kemungkinan menyusul Aidan sementara Rose masih duduk di sana bersama Ibra, dan yang lainnya. Rose memilih menghabiskan sarapannya daripada menyusul Tifannya. Dia tidak ingin mengacau lagi hubungan sahabatnya itu. Bersyukur Aidan tidak mengatakan apapun tadi, tapi bukankah memang seharusnya mereka merahasiakannya. Seperti yang sudah Rose katakan kepada Aidan.
****
Aidan benar-benar kembali ke London, dia berada di kantor pusat di mana dia biasa membuat pertemuan-pertemuan penting. Aidan memiliki cara tersendiri dari semua sepupunya dalam menjalankan bisnis, yang pertama adalah dia hanya akan membuat pertemuan bisnis di perusahaan miliknya dan yang ke dua dia menginginkan sekertarisnya di kantor maupun asisten pribadinya selalu siaga ketika dia menghubungi. Tidak ada jadwal libur kecuali Aidan memberikan izin dan itu sangat jarang terjadi karena Aidan Orlando Derson adalah pria yang gila kerja. Dia akan selalu mengurus pekerjaannya setiap hari meski sedang berlibur bersama keluarga dan sahabatnya.
Aidan yang memiliki asisten pribadi bernama Richard dan sekertarisnya bernama Leona. Dia memiliki satu lagi sekertaris pribadi yang akan selalu ikut kemana pun pria itu pergi bernama Andres. Selain tiga orang penting yang sering berinteraksi dengannya itu, Aidan juga memiliki supir yang sangat ia percaya dan sekaligus menjadi penjaga utama Aidan, pria itu bernama Luca. Pria itu bukanlah orang sembarangan melainkan orang yang sudah di latih oleh serikat intel milik sahabat ibunya.
Semua hal ini membedakan antara Aidan dengan Eadric, Ibra, dan juga pewaris Derson lainnya. Menjadi pewaris utama dari keluarga Derson menjadikan kehidupan Aidan begitu terkontrol dan juga mahal. Aidan tidak akan makan di sembarangan tempat, dan tidak menggunakan fasilitas biasa. Semua ini membuat kastanya berbeda dari teman-teman atau sepupunya yang lain, bukan karena itu adalah aturan dari ibu dan ayahnya, melainkan Aidan lah yang sedari kecil membuat standar itu kepada hidup yang ia jalani.
Kembali ke Aidan yang sedang bekerja di kantornya, dia tiba-tiba melihat wajah wanita yang di jodohkan dengannya. Wanita itu tersenyum dan Aidan mempersilakan Tifanny untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Aidan maaf menganggu mu seperti ini," kata Tifanny pada akhirnya dan Aidan menganggukkan kepalanya.
"Ada apa?" tanya Aidan dan Tifanny dengan takut mengatakan hal yang sudah sangat menganggunya sedari dia tiba di London semalam.
"Bisakah aku meminta pertunangan kita di undur?" pertanyaan itu membuat senyum tipis dari Aidan terbit tetapi nyaris tak terlihat.
"Kau tergesa-gesa datang kemari hanya untuk mengatakan hal itu? beruntung sekertaris dan pengawal ku sudah tahu kau siapa, jika tidak kau pasti tidak akan dibiarkan untuk menemui ku di sini."
"Aku tahu! maafkan aku, tetapi aku harus mengatakan hal ini sekarang. Pagi ini aku di beri tahu kalau aku mendapatakan tugas dari Rumah Sakit tempat ku bekerja untuk menjadi relawan kesehatan ke perbatasan Palestina dan aku sudah sangat lama menunggu hal ini. Aku benar-benar ingin ke sana dan membantu mereka, sementara keluarga kita sudah sepakat pertunangan akan di adakan dalam waktu dekat." Jelas Tifanny yang diangguki oleh Aidan.
"Sepertinya aku harus menjelaskan satu hal kepada mu Tifanny," kata Aidan menatap wajah Tifanny dengan sangat serius bahkan Tifanny menjadi takut saat ini. "Pertunangan kita memang akan di adakan dalam waktu dekat, tapi itu jika aku dan kamu sepakat untuk bertunangan. Sementara saat ini aku juga belum tahu jawabannya. Dan jika kau ingin pergi ke Palestina untuk melakukan hal yang mulia itu maka pergilah, jika aku memang menjatuhkan pilihan ku kepada mu maka aku akan menunggumu di sini dan akan memberikan kabar kepadamu." Hal yang di sampaikan Aidan itu terdengar sedikit meyakitkan hati Tifanny yang berpikir kalau Aidan benar-benar sudah memutuskan pilihan kepadanya , tapi ternyata pria ini sama sekali belum membuat keputusan itu.
Dengan berat hati Tiffany tersenyum sebaik mungkin dan berkata "baiklah jika begitu aku juga tidak memiliki beban berat meninggalkanmu di sini selain berharap pesan dari mu. Mungkin aku adalah salah satu dari banyak wanita di luar sana yang berharap bisa memiliki hati mu dan menjadi istri mu. Namun, kau harus tahu kalau perasaan ku untuk mu ini sudah aku miliki sejak lama. Sejak pertama kita mengenal di les tambahan setiap akhir pekan," ujar Tifanny mengutarakan isi hatinya. Dia memang adalah wanita yang cukup berani dan dewasa, selalu terlihat tenang dengan wajah anggun yang membuat banyak kaum adam menyukainya. Namun, sedari dulu yang Tifanny inginkan adalah Aidan, hal yang membuat dia menutup hati untuk semua orang.
Dia juga meminta ibunya untuk tetap dekat dengan keluarga Aidan karena hal ini, bohong jika dia tidak mengusahakan segala upaya demi bisa mencapai kandidat untuk menjadi pendamping Aidan. Tifanny belajar keras dan menjadi Dokter yang hebat seperti saat ini adalah salah satu upaya yang ia perjuangkan agar bisa menjadi pilihan di mata kedua orang tua Aidan. Keluarga Derson sudah terkenal sedari dulu gemar mencari kandidat untuk para penerus mereka yang sepadan, dan jika memang ada yang menurut mereka cocok maka akan di lakukan pendekatan kepada calon tersebut ke penerus mereka dengan cara halus dan rapi. Layaknya perjodohan itu tidak pernah terjadi. Tifanny mengetahui itu dari ibunya yang juga mendukung apa yang Tifanny impikan dalam hidupnya.
"Terima kasih sudah mau memberi waktu untuk ku siang ini Aidan. Aku permisi," kata Tifanny dan pergi dari kantor itu setelah mereka berpelukan sebentar. Aidan menghembuskan napas, dia sedikit terus terang merasa terganggu dengan apa yang Tifanny katakan kepadanya tadi. Wanita seperti Tifanny tentunya adalah wanita yang di idamkan oleh semua orang terutama keluarganya. Dia juga awalnya sudah mengatakan setuju untuk di jodohkan dengan siapa saja, tapi kini dia merasa kalau perlu matang-matang memikirkan persoalan cinta dan wanita yang akan mendampinginya kelak.
Semua ini tidak lain karena wanita itu, wanita berisik yang sudah menarik perhatian Aidan sedari awal saat mereka bertemu. Entah mengapa Aidan suka melihat Rose berbicara, bahkan dia juga lepas kendali saat berada di Singapura karena wanita itu. Memikirkan Rose membuat Aidan ingin melihat wajah wanita itu hingga dia langsung menelpon Luca menyiapkan mobil untuk membawanya ke tempat di mana wanita itu berada.
Kantor pusat dengan gedung Derson Orlando Fashion tidak terlalu jauh, jalanan di Central London juga tidak ramai siang itu sehingga Aidan dengan cepat bisa melihat wajah wanita yang dia rindukan saat ini. Tentu Aidan tidak langsung datang ke ruangan Rose, dia melihat wanita itu dari cctv yang ada di ruang kerjanya di sana. Aidan meminta Andres menyuruh orang untuk memanggil Rose. "Katakan kepadanya kalau aku ingin melihat desain yang aku minta," perintah Aidan yang langsung di kerjakan oleh asisten pribadinya itu.
Rose yang di ruangannya tengah mengerjakan pekerjaannya yang tertunda sebab pergi ke Singapura terkejut ketika ada seorang wanita yang mengaku sekertaris Aidan meminta dia untuk datang ke ruangan Aidan dengan membawa desain yang pernah Aidan minta dulu. Untung saja Rose membawa desain itu, dia juga mengambil sampel baju yang sudah selesai untuk dia bawa menemui Aidan. Di dalam hati dia berdoa semoga saja Aidan tidak berbuat hal gila seperti sebelumnya, dan ini murni karena pekerjaan.
Namun ternyata itu semua hanya keinginan Rose saja, Aidan memang membicarakan desain baju yang Rose buat sesuai dengan permintaannya, tetapi Aidan juga mengatakan hal lainnya. "Aku sudah membuat keputusan untuk pergi ke Paris mengurus cabang fashion di sana," katanya dan Rose mengangguk sambil tersenyum bahagia. Dia merasa aman karena Aidan tidak menyinggung tentang hubungan terlarang mereka. "Dan aku ingin kau ikut bersamaku," katanya lagi meneruskannya. Belum sempat Rose menjawab Aidan sudah berdiri dan dengan cepat menarik Rose untuk mengikutinya.
"Aidan kau mau membawaku ke mana?" tanya Rose tanpa bahasa formal seperti sebelumnya. Langkah kaki Aidan yang cepat tadi terhenti, dia berbalik dan sangat dekat jaraknya dengan Rose.
"Untuk saat ini kita tidak ke Paris, tapi satu tempat yang akan membuat kita berdua merasa lebih dekat."
"Aku tidak ingin dekat-dekat denganmu," jawab Rose frustasi.
Aidan semakin mendekat kepada Rose, dia kemudian berbisik kepada wanita itu "Ikut aku sekarang, atau vidio panas kita akan aku kirimkan kepada Tifanny." Rose benar-benar terkejut, kini dia menyadari seperti apa sifat seorang Aidan. "Bagaimana Rose," tanya Aidan lagi sambil menyelipkan anak rambut Rose ke belakang telinga wanita itu.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top