18. Kekasihku
Aidan bangun, perlahan matanya terbuka melihat seorang wanita yang tidur dengan menjadikan tangannya sebagai bantal empuk menemani malam wanita itu. Rose, wanita itu dan dia akhirnya tidur disofa. Entah bagaimana terjadi, yang Aidan ingat dia menemani Rose yang bersikeras ingin nonton di sofa bed ini, kemudian dia tertidur dan saat dia terbangun Rose juga sudah tidur dengan posisi duduk. Aidan menarik bawah kursi itu kemudian menidurkan tubuh Rose agar tidurnya menjadi nyaman.
Ada kamar dengan ranjang luas serta empuk mereka malah tidur di sofa bed, Aidan tersenyum geli sendiri. "Rose. Honey bangun," panggil Aidan tapi Rose tidak membuka matanya. Aidan yang sudah terbiasa bangun pagi memilih untuk langsung mandi.
Selesai mandi dia memesankan sarapan untuknya dan juga Rose, tidur Rose sungguh membuat Aidan tidak percaya. Wanita ini tidak terusik meski sedari tadi dia sudah bercakap-cakap dengan Richard lewat telpon, dia jadi teringat sepupu laki-laki yang dia miliki. Sepupu wanitanya Adella dan Arabella yang wanita tidak seperti ini, pikir Aidan.
Karena Rose tidak bangun juga, Aidan lalu kembali ke samping wanita itu menggendong tubuh Rose untuk dia bawa kedalam kamar mandi. Sudah ada bathtub yang dia siapkan agar bisa menampung tubuh Rose, dengan perlahan Aidan meletakkan tubuh Rose ke dalam bathtub itu. Dia tidak ingin menjeburkannya, karena dia sudah rapi dengan kemeja juga jas untuk pergi rapat. Aidan menghitung dalam hati sambil menahan tawa, benar saja pada hitungan kelima Rose membuka mata lalu dia memekik karena terkejut.
Aidan tertawa puas melihat raut wajah itu. "AIDAN !" teriak Rose dan dia hanya tertawa sambil susah payah mengucapkan maaf kepada Rose.
"Sorry, kau sangat sulit dibangunkan jadi aku membawa mu kesini. Tenang saja airnya sudah aku siapkan dengan baik, satu lagi sarapan mu sudah ada dimeja. Aku harus pergi rapat, nanti akan ada Leona yang bisa mengantarkan mu untuk jalan-jalan." Aidan masih menahan tawa dan baru kali ini Rose melihat pria itu tertawa begitu lebar, itu juga karena mengerjainya. Tidak bisa dibiarkan, dia harus membalas Aidan.
"Rose mau apa?" tanya Aidan saat Rose keluar dari dalam bath tub kemudian berjalan mendekatinya.
"Rose jangan mendekat, aku sudah ditunggu." Aidan menjauhkan tubuh Rose yang ingin mendekat kepadanya, dia tahu pasti Rose ingin balas dendam.
"Yakin ingin pergi?" tanya Rose kemudian wanita itu memeluknya erat, basah sudah jas Aidan tapi belum terlambat untuk menjauhkan tubuh Rose. Dengan kesal Aidan menjauhkan tubuh Rose, sehingga Rose memilih cara lain untuk membuat Aidan telat ke rapat penting itu.
Rose melepaskan pakaiannya satu persatu tepat sebelum Aidan berlalu pergi, mata Aidan hampir lepas melihat apa yang Rose lakukan. Dia menelan ludahnya berat, apalagi saat Rose menempelkan tubuhnya yang nyarsi polos itu ketubuh Aidan. Lenyap sudah pertahanan Aidan saat Rose mengecup bibirnya. Pagi indah pun mereka mulai di dalam kamar mandi tersebut, entah berapa kali ponsel Aidan berdering didalam kamar tapi dia sepertinya begitu menikmati tubuh yang kini membuatnya gila dipagi hari.
Kemana perginya Aidan yang tidak pernah terlambat itu?
Dari kamar mandi mereka beralih kedalam kamar, Rose tahu percuma dia tidak tidur satu tempat tidur dengan Aidan kalau pagi ini dia malah menggoda Aidan dan mereka kembali bercinta. Namun, ini bukan hal yang sia-sia bagi Rose rencananya untuk terlihat buruk bagi Aidan akan berhasil karena dia membuat pengaruh buruk kepada Aidan dan dengan begitu dia bukanlah wanita yang baik tentunya.
Rose melilitkan selimut ditubuhnya sambil dia membantu Aidan memakai kancing kemeja lagi dengan buru-buru.
"Astaga aku sudah terlambat satu jam," gerutu Aidan lalu dia pergi setelah mengecup kening Rose, bahkan dasi yang ingin Rose pakaikan belum sempurna. Aidan berlalu keluar sambil menempelkan ponsel di telinganya.
"Ya, maaf aku ada urusan sebentar. Minta mereka untuk menunggu sebentar lagi aku akan sampai." Rose masih mendengar hal itu, dia tertawa dengan girang melompat di atas tempat tidur.
Rose terdiam ketika melihat dua benda pipih yang terletak di atas nakas. Mungkin dua black card itu Aidan siapkan untuknya tadi pagi. Rose bergumam, untuk apa dia memiliki kartu orang kaya ini. Dia tidak butuh apapun, dan lebih baik dia tidak membeli apapun lagi dari uang Aidan.
***
Para pemilik saham sudah terlihat gelisah menunggu Aidan di ruang rapat yang berada di sebuah hotel milik keluarga Derson. "Maafkan aku, ada hal yang mendesak pagi ini." Andres yang berada di sebelah Aidan melebarkan matanya saat di leher Aidan ada bekas hasil karya Rose pastinya.
Aidan duduk terlihat sangat berwibawa meski usianya jauh lebih muda daripada tujuh orang Pria didalam ruangan tersebut. "Baiklah kita bisa mulai, dan setelah rapat ini aku akan mentraktir kalian makan sebagai bentuk permintaan maafku membuat kalian menunggu lama."
Aidan benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, rapat itu berjalan dengan lancar dan sesuai janji Aidan dia mengajak para pengusaha Dubai itu untuk makan siang bersama. Banyak pujian yang Aidan dengar saat jamuan itu, dia hanya menanggapi dengan santai karena sudah terbiasa mendengar orang memuji kinerjanya dan juga kepintarannya. Hanya satu orang saja yang tidak pernah memujinya yaitu Rose. Memikirkan wanita itu, Aidan mengirimkan pesan kepada kekasih yang dia miliki saat ini.
Astaga, dia sudah memiliki kekasih sekarang. Aidan tersenyum lebar, tiba-tiba wanita yang dia pikirkan itu muncul di hadapannya. "Oh jadi kau makan tanpa mengajak ku?" kata Rose terlihat kesal. Aidan mendengar bisik-bisik orang disekitarnya.
"Rose kenapa ke sini ?"
"Aku bosan di kamar terus, jadi aku meminta Leona mengantarkan ku tempat mu." Aidan melirik Leona yang menunduk takut padanya. Jelas saja Aidan akan marah, Rose tidak seharusnya hadir di sana. Aidan menarik lengan Rose menjauh dari meja makan, bahkan keluar dari restoran tersebut.
"Rose aku akan menyusulmu sebentar lagi, pergilah dengan Leona."
"Aku tidak mau! Aku ingin disini bersama mu," kata Rose tentu saja ini juga bagian rencananya agar Aidan muak dengan wanita egois seperti Rose.
"Rose aku tidak bisa membawamu ke sana. Mereka semua orang-orang penting untuk ku, jangan membuat masalah. Tadi aku juga sudah terlambat karenamu."
"Tunggu apa ?" tanya Rose tidak Terima sekaligus sakit hati. Kali ini bukan berpura-pura, tapi dia entah mengapa benar-benar tidak terima mendengar semua ucapan Aidan.
"Sudahlah pergi bersama Leona, nanti akan aku temui."
"Tidak perlu menemui ku lagi, aku akan pulang ke London dan kau jangan pernah muncul lagi !" Rose pergi membuat Aidan mengumpat. Dia berpikir bagaimana jika benar-benar Rose pergi.
Bersambung ....
Yuk langsung komen ya...❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top