14 :: Rencana Gila ::
Aidan menemukan Rose berbaring sambil meringkuk memeluk kedua lututnya, dia keluar memakai celana berbahan kain dan kaos saja setelah mendapatkan telpon dari Andres kalau Rose sudah keluar dan dari info orang-orangnya dia ada di halte. Ya, Rose memang sudah di ikuti oleh orang-orang yang Aidan bayar.
Hati Aidan merasa sedih melihat Rose yang mengigil karena dinginnya malam, dia mendekat setelah lama melihat setiap gerak gerik Rose dari kejauhan. Di gendongnya tubuh itu, dia tidak memandang Rose meski wanita itu terus menatapnya sepanjang Aidan melangkah untuk membawa Rose keluar dari stasiun tersebut.
"Aidan," kata wanita itu terdengar pelan. Aidan menatapnya sejenak dan dia tahu apa yang akan Rose katakan.
"Ada apa?! tidak perlu kau katakan, aku sudah tahu kalau aku tampan." Aidan ingin tertawa melihat raut wajah Rose yang langsung membulatkan mata. Dia kemudian membawa tubuh itu ke dalam mobil, Luca mengemudikan mobil menuju apartemen Aidan sesuai dengan intruski dari Aidan.
Aidan tidak ingin membuat keluarganya heboh karena dia membawa seorang wanita ke mansion yang selama ini menjadi tempat tinggal resmi miliknya. Lebih baik jika dia membawa Rose ke apartement yang ia miliki dan tidak jauh dari daerah central London. Aidan menggenggam tangan Rose yang jelas masih sangat dingin, wanita ini juga memakai pakaian lembab. Dia menelpon seseorang untuk mengurus pakaian Rose, meski tahu ini jam istirahat Leona__sekertaris wanita yang ia miliki Aidan tidak perduli.
Rose masih hanya diam sepanjang perjalanan, Aidan menyadari itu dan dia tidak perduli. Terpenting Rose sudah masuk ke dalam jeratnya, lambat laun juga wanita ini akan takluk kepadanya. Meski saat ini yang Aidan tahu jelas adalah Rose tidak beradu argumen lagi dengan dia karena merasa lelah dan tidak memiliki tempat lagi untuk tinggal. Ya, semua rencana Aidan memerangkap Rose berjalan dengan lancar.
Aidan membawa Rose ke unit miliknya saat mereka sudah tiba di gedung pencakar langit itu, menekan kode apartemen Rose masuk bersamanya. "Tunggulah sejenak di sana, sekertaris ku akan datang membawakan mu pakaian." Aidan menunjuk kamarnya kepada Rose, tapi wanita itu menggelengkan kepala.
"Jangan keras kepala Rose, atau kau akan sakit dengan pakaian lembab seperti itu."
"Bukankah itu yang kau mau? menyakiti ku," katanya dan Aidan ternyata salah menilai Rose sudah tunduk terhadapnya serta tak lagi ingin beradu argumen. Dia menarik lengan Rose kasar untuk masuk ke dalam kamar yang ia tunjuk tadi.
"Turuti kataku, dan please jangan membuat semua menjadi sulit. Kenapa kau keras kepala sekali," ucap Aidan tidak tahan dengan sikap Rose. Bel unit miliknya berbunyi, dia tahu itu pasti Leona. Rose diam menunggu di kamar itu, sementara Aidan pergi menemui Leona. Ada sedikit perbincangan yang terjadi antara Leona dan Aidan, semua tentang masalah keberangkatannya ke Paris dalam waktu dekat ini.
Saat masuk kembali ke dalam kamar, Aidan melihat Rose sudah menutup mata dan berbaring di ranjangnya. Bibirnya pucat, Aidan sontak meletakkan tangan di kening Rose dan badannya terasa sangat panas. Aidan mengumpat karena tahu Rose sakit, buru-buru dia menelpon Leona lagi.
"Leona panggilkan Dokter ke apartement ku sekarang juga!"
["Hah! Sir..Sir..."] Leona menghela napas saat telpon itu di putus sepihak oleh Aidan.
Dengan hati-hati Aidan menggantikan baju untuk Rose, di apartement itu dia tidak memiliki pelayan sehingga harus dirinya sendiri yang menggantikan pakaian Rose. Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, seorang Dokter masuk bersama Leona setelah Aidan membukakan pintu.
"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Aidan terdengar khawatir.
"Dia hanya terserang demam, aku akan memberikan obatnya."
Aidan mengangguk, dia menatap wajah Rose yang masih memejamkan mata sambil sesekali bibirnya bergetar. Aidan merasa bersalah saat ini, melihat Rose seperti ini, ada rasa nyeri di hatinya. Andai saja Aidan bisa memulihkan rasa sakit itu secepat mungkin akan dia lakukan untuk Rose. Setelah semua keluar, Aidan menggenggam tangan Rose dan mengecupnya.
"Maafkan aku Rose," katanya kemudian meminta Leona membelikan makanan untuk Rose. Wanita di hadapannya ini adalah wanita angkuh yang sudah melukai harga dirinya sekaligus wanita yang sangat ingin dia kuasai. Anehnya sesuatu dalam diri Aidan merasa sakit saat melihat Rose berbaring tak berdaya seperti ini, terlebih itu adalah perbuatannya sendiri. Semua dia yang melakukannya.
Jam terus berlalu, berganti detik dan menit hingga Aidan pun tertidur di dalam kamar itu bersama Rose. Dia memeluk tubuh Rose, setelah tadi Leona membantu Rose untuk makan dan minum obat.
****
Dinding kaca yang ada di kamar itu sepertinya tidak tertutup saat mereka tidur, sehingga matahari yang terbit menyilaukan membuat tidur Rose terganggu. Dia mengerjapkan mata, mencocokkan sinar yang masuk dan dengan perlahan bisa melihat sekitar. Mengenali ini adalah tempat asing, Rose bergerak dengan buru-buru hingga dia merasa semua tubuhnya nyeri.
"Jangan bergerak berlebihan dulu, kau masih sakit. Suhu tubuh mu masih tiga puluh sembilan lebih," suara itu membuat Rose menoleh kearahnya. Aidan, ya Rose ingat jika Aidan yang menggendongnya dan membawa dia ke apartement ini.
Dari belakang tubuh Aidan, Rose bisa melihat bangunan-bangunan kota London yang indah. Sudah dia tahu pasti unit ini sangat mahal. Perhatian Rose tentang harga apartemen beralih ketika Aidan sudah duduk di tempat tidur dan sangat dekat dengannya.
"Bisakah kau hentikan semua ini Aidan?" tanya Rose hingga Aidan menautkan kedua alisnya.
"Ayolah, aku tidak bodoh untuk tahu semua perbuatanmu. Membuatku di pecat dari Butik, membuat ku harus di usir tengah malam, bahkan kau membawa semua barang-barang ku yang tidak ada harganya untuk mu. Aku bukan barang yang bisa kau kuasai dengan uang mu." Rose masih belum sehat, tapi dia sudah sangat muak dengan penderitaan yang diberikan Aidan. Bertemu dengan Aidan adalah kutukan untuk Rose, pria ini benar-benar sudah mengubah hidupnya yang damai menjadi berantakan.
"Jadi kau ingin apa sekarang?" tanya Aidan kali ini dengan nada tidak sombong dan sangat lembut. Rose merasa ada yang aneh, seperti ini bukan sosok Aidan yang terkenal pemaksa itu.
"Aku ingin kau mengembalikan kehidupan normal ku." Rose menantang Aidan dan dia ingin lihat apakah Aidan akan memberikan keinginannya itu.
"Baiklah! maafkan aku sudah membuat mu mengalami ini. Aku berjanji tidak akan mengganggu mu lagi."
Rose tidak percaya kali ini dia bisa dengan mudah membuat Aidan memberikan keinginannya. Setelah mengatakan hal itu, Aidan menyuapi Rose sarapan dan juga memberikan Rose obat mana yang harus dia minum. Dia mengurus Rose dengan baik dan perhatian, pandangan curi-curi dari Rose tidak Aidan hiraukan, sedikit aneh dan kali ini Rose menjadi merasa bersalah. Satu pertanyaan muncul dalam benak Rose. "Apakah dia benar-benar menyukai ku?"
"Aku ada urusan penting, jika sudah baikan kau bisa pergi dari sini. Semua barang-barang mu akan berada di flat mu seperti semula. Dan kau bisa kembali bekerja juga ke flat-mu, maafkan aku." Aidan pergi begitu saja setelah mengatakannya, ingin Rose menahan tapi dia urungkan karena merasa tidak perlu. Semua kehidupannya akan kembali seperti semula, meski tidak akan ada lagi sahabat yang selalu ada untuknya.
***
Rose baru saja keluar dari dalam lift gedung apartement Aidan, ponselnya bergetar dan saat melihat nama di tampilan layar dia bahagia karena itu adalah Tifanny. Rose memilih duduk di kursi yang di sediakan di lobby gedung itu, mengangkat telpon Tifanny dengan sangat tenang.
"Hallo," jawab Rose dan suara sahabatnya itu membuat Rose ingin menangis.
["Kau dimana?"] tanya Tifanny dari tempatnya. ["Aku ke flat mu pagi ini, tapi mereka bilang kau tidak ada."]
"Ya, aku sedang diluar. Tifanny maafkan aku, aku sangat menyesal dan kau tahu aku tidak berniat menggoda Aidan apalagi menghancurkan persahabat kita. Kami berdua mabuk dan____" Rose berhenti bicara karena Tifanny langsung menyela ucapannya itu.
["Aku ingin kau bersamanya,"] kata Tifanny membuat Rose terkejut akan apa yang sahabatnya itu katakan. Bukankah Tifanny mencintai Aidan, dan dia tidak ingin memperburuk keadaan lagi. Kenapa sekarang Tifanny malah ingin dia bersama Aidan.
["Tapi hanya untuk sementara, bukankah dia memilih mu? Maka dari itu kau harus menunjukkan padanya kalau pilihannya salah. Kau harus kembali membuat Aidan memilihku Rose."]
Gila!
Bersambung....
cus...komentar mau jam berapa di up date untuk bab selanjutnya...
Jangan lupa follow ig aku ya nadra_mahya dan juga elmahya0202
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top