12 :: Pemaksaan ::
"Aku mohon jangan sembunyikan kejujurannya Aidan," tanya Tifanny lagi dan Aidan masih diam. "Kenapa kau diam saja Aidan? untuk apa kau menutupinya, jika benar wanita itu adalah Rose mau sampai kapan kau akan menutupi hubungan kalian terutama dari ku. Kau tahu dia adalah sahabat ku satu-satunya." Aidan menatap wajah Tifanny, dia tahu apa yang wanita itu katakan benar adanya.
"Apa kalian tidur bersama?"
"Fine! semua yang kau tanyakan kepada ku jawabannya adalah benar. Aku memberikan kemeja ku untuknya dan benar wanita yang mengalihkan perhatian ku adalah Rose. Dan aku harap kau tidak melakukan hal konyol untuk menyakitinya, dia menolak ku dan aku yang memaksanya. Jika kau menyakitinya sedikit saja, aku tidak akan membiarkan mu begitu saja Tifanny."
Mendengar hal itu Tifanny hanya bisa tertawa sarkas, wajah anggun nan lembut dari wanita itu sirna begitu saja. "Kau benar-benar sialan Aidan, dia sahabat ku. Dan apapun yang aku lakukan kepadanya bukan urusan mu!" Tifanny merasakan lengannya di pegang sangat erat oleh Aidan dan sorot mata pria itu sungguh menakutkan.
"Jangan sentuh dia sedikit pun, kau paham!" Aidan pergi dari ruangan itu meninggalkan Tifanny yang merasa sangat terluka. Dia kembali teringat peristiwa di Singapura dan juga kemeja yang hari ini dia lihat di kamar Rose.
Aidan tahu apa yang ada dalam benak Tifanny saat ini sehingga dia menelpon Luca untuk membawa Rose ke apartemen yang ia miliki. ["Bawa dia dengan cara apapun jika dia menolak Luc!"] perintah Aidan kepada supir sekaligus pengawal pribadinya tersebut.
Seperti dugaan Aidan, Tifannya tidak langsung kembali ke meja makan mereka. Wanita itu pergi dengan mobilnya ke tempat Rose, dan acara makan malam pun berakhir begitu saja. Aidan berjanji akan memberikan kerjasama yang terbaik kepada perusahaan yang dimiliki oleh ayah Tifanny dan untungnya kedua orang tua Tifanny tidak bisa berbuat banyak. Mereka juga masih bingung kemana perginya Tifanny malam itu.
***
Rose sedang di minimarket membeli beberapa keperluannya, kemudian saat dia berjalan kaki ingin kembali dia merasa ada yang mengikutinya. Berbalik ke belakang dia melihat Luca sedang berjalan mendekatinya. Rose yang tidak ingin kembali kepada Aidan berlari begitu saja, dia sudah terbiasa lari jadi ini hal yang mudah untuk dia lakukan hingga akhirnya mobil Tifanny berhenti dan wanita itu membuka pintu mobilnya.
"Rose masuk," katanya dan Rose langsung setuju begitu saja. Dia tidak punya pilihan lain, kembali jadi tawanan Aidan adalah hal yang ingin dia hindari.
"Syukurlah kau ada." Rose kelepasan mengatakan hal tersebut sementara Tifanny hanya tersenyum miring.
"Bukankah pria itu adalah supir Aidan?" pertanyaan itu membuat Rose bingung harus menjawab apa.
"Benarkah? aku tidak tahu. Aku hanya refleks berlari saat tahu dia mengejar ku." Tifanny yang mendengar hal itu menggelengkan kepala lalu dia menghentikan mobilnya begitu saja.
"Mau sampai kapan kau membohongi ku Rose?" tanya Tifanny dan Rose membuat wajah pura-pura tidak tahu dengan maksud pertanyaan Tifanny. Murka dan kesal Tifanny membuat dia menampar Rose begitu saja.
"Bisa-bisanya kau mengkhianati ku Rose? apa salah ku padamu, beraninya kau menggoda Aidan dan tidur dengannya." Rose sangat terkejut dengan tamparan itu, dia memegang pipinya menatap wajah Tifanny yang sangat berbeda saat ini.
"Kau tahu aku jatuh cinta padanya sedari dulu, aku melakukan apapun agar terlihat baik untuknya dan kau berani sekali mengambilnya dari ku Rose! bukankah kau sahabat ku? apa kau tidak tahu malu? siapa kau berani melakukan hal itu kepada ku, sahabat mu sendiri." Rose masih diam, hinaan ini memang pantas dia dapatkan. Bahkan perih di pipinya dia tahu tidak lebih baik dari apa yang Tifanny rasakan saat ini.
"Aku membantumu dan keluargamu dalam banyak hal Rose, bahkan saat kau tidak memiliki siapapun untuk menjadi temanmu aku bersedia. Teganya kau melakukan ini kepada ku, bagaimana bisa kau seperti ini. Kenapa kau menggodanya?!" Tifanny menangis saat itu juga, begitu juga Rose yang menjatuhkan air matanya.
"Aku tidak menggodanya Tifanny, itu terjadi begitu saja."
"Shut up bitch! kau pikir kau lebih baik dari ku huh! kau benar-benar sudah menyakiti ku Rose, ujar Tifanny dan Rose kembali menutup mulutnya. Tiba-tiba kaca mobil Tifanny di ketuk, dan saat itu Rose melihat Pria di luar sana adalah Aidan.
"Rose keluar," panggil Aidan. Pria itu tidak perduli dengan hujan yang membasahi tubuhnya. Dia kembali mengetuk kaca pintu itu dan memanggil nama Rose kembali. Tifanny membuang wajahnya dari Rose. Sementara Rose, wanita itu bingung harus berbuat apa. Terlihat saat ini Aidan sedang menelpon, ternyata Tifanny yang pria itu hubungi.
["Buka kunci pintu mobilmu, dan biarkan Rose turun."] Tifanny diam saja dia hanya melihat Aidan dari dalam mobilnya. Tatapan Tifanny kepada Aidan kini tidak seperti dulu ketika ia masih sangat memujanya ["Buka atau aku hancurkan mobilmu ini."] Setelah mendedengar kalimat itu, barulah Tifanny membuka kunci pintu mobilnya.
Dalam sekejap Aidan membuka pintu mobil itu, menarik Rose untuk keluar dari dalam sana. Aidan mengamati wajah Rose, dia melihat memar di pipi wanitanya itu. "Aku akan memberikan pelajaran padanya," ujar Aidan tapi Rose menahan tangan Aidan. Begitu Tifanny melihat sorot mata Aidan untuk Rose, mobil Tifanny langsung melaju dengan kecepatan tinggi.
"Aku sudah sepantasnya mendapatkan hal ini, hatinya lebih parah hancur dan sakit daripada apa yang dia lakukan terhadap ku Aidan."
"Rose kau mau ke mana?" tanya Aidan saat Rose menjauh darinya di tengah hujan yang turun begitu deras malam itu.
"Aku ingin seorang diri Aidan, pergilah!"
"Tapi aku tidak mengijinkan mu pergi Rose, kau harus ikut dengan ku." Aidan mengintruksi orang-orangnya membawa Rose begitu saja dengan paksa dan Rose terus memberontak. Rose masuk ke dalam mobil dan semua pintu sudah terkunci. Aidan duduk di sebelahnya mengusap pipi Rose sambil tersenyum tipis.
"Kau membawa ku kemana Aidan?" tanya Rose dengan sangat kesal.
"Paris! aku ada pekerjaan di sana dan kau juga mendapatkan pekerjaan di sana." Rose melebarkan matanya tidak percaya dengan apa yang Aidan katakan. Pria ini benar-benar sudah kelewatan.
"Aidan aku punya kehidupan pribadi dan kau tidak bisa seenaknya saja seperti ini."
"Kau akan ke Paris bersamaku, surat pindah tugasmu sudah aku minta Leona mengurusnya."
"Aku ingin kembali ke flat ku Aidan!"
"Tidak perlu, semua barang-barang penting milik mu sudah aku minta Luca mengambilnya."
"AKU TIDAK INGIN KE PARIS AKU HANYA INGIN KEMBALI KE FLAT KU!" teriak Rose dan matanya benar-benar menyiratkan amarah kepada Aidan.
"Rose please bekerjasama lah, aku akan memberikan apa yang kau mau jika kau bersamaku."
"Aku bukan sebuah perusahaan yang bisa kau ajak bekerjasama dengan uang yang kau punya. Kau tidak memiliki kuasa terhadap ku Aidan."
"Aku punya kendali itu Rose, jika tidak bersedia di mutasi ke Paris maka kau akan di pecat dan kau tahu artinya. Kuliah adikmu akan terhenti, bukan hanya itu kedua orang tuamu juga akan ikut menderita!"
Bersambung....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top