Chapter 04 - Middle Finger

Aaron mengembuskan asap rokok di lorong tangga, setelah sejenak membiarkan partikel zat adatif merasuk ke dalam paru-parunya. Setelah jam makan siang, ia memutuskan untuk membolos kelas Mr. Lee. Pelajaran geografi begitu membosankan, terlebih kejadian di kantin barusan membuat mood Aaron memburuk.

Clay baru saja pergi---melompat pagar sekolah, berjalan kaki melewati celah tembok berlumut kemudian menggunakan skate board---melintasi tepi danau buatan yang tidak jarang menjadi tempat pesta liar dadakan, demi mendapat beer dari penjaga mini market untuk persedian di rumah besar.

Ini illegal, semua orang tahu, tetapi mereka butuh beer---untuk pesta, pengalihan dari segala masalah atau sekadar bersenang-senang.

Terutama bagi Aaron, Clay, dan Jack. Menurut mereka, melewati satu hari tanpa beer sama seperti tidak minum selama setahun.

Jadi jangan tanya tentang bagaimana cara mendapatkannya, karena itu mudah sekali bagi anak-anak seperti mereka.

Jalan kotor atau perdagangan bawah tanah.

"Kau tidak tahu cara berlari?!" Aaron meninggikan nada suara akibat emosi setelah mengembuskan asap rokoknya kuat-kuat. Bahkan kesunyian lorong kini didominasi oleh suaranya, padahal sekarang ia bisa saja masuk ke dalam masalah.

Merokok.

Membolos.

Memperbudak.

Tiga hal yang sudah pasti akan mengantar Aaron ke ruang konseling dan mendapat hukuman. Namun, semua itu pasti sulit sekali terjadi.

Mereka---para murid---tahu siapa Aaron. Jadi tidak akan ada yang melapor, kecuali jika Aaron memang bernasib sial.

Shone mengatur napas. Punggung pemuda itu naik-turun dan tangannya gemetar memegang minuman bersoda. Bagaimana tidak, beberapa saat setelah Maddie meninggalkan kantin, Aaron melampiaskan amarah kepada Shone yang sebelumnya sempat termangu.

Menyeret Shone ke kelompoknya lalu menjadikan pemuda itu sebagai kursi atas kepemilikan Aaron.

Dan sayangnya, tidak hanya itu.

Aaron menyiksa Shone, memerintah pemuda itu pergi ke mini market di sekitar Duck Pond Street hanya demi membelikan sekaleng minuman bersoda, padahal benda itu bisa ditemukan di mesin minuman lantai satu.

Bodohnya, Shone menurut---berlari hingga dua blok dari sekolah menuju Duck Pond Street.

Shone bisa saja menghemat tenaga dengan menggunakan mobil untuk pergi ke mini market. Namun, Aaron lebih tahu bagaimana bersenang-senang dengan orang seperti Shone, sehingga ia menyita kunci mobil Shone dan mengancam memperlakukan si roda empat kesayangan Shone lebih buruk dari sebelumnya.

"Aku sudah berlari secepat yang kubisa, lagi pula kau tahu jarak dari sini ke Duck Pond itu---"

"Berikan cola sialan itu dan pergi ke gedung E, kuncimu di tangan Jack." Aaron meminum cola pemberian Shone, setelah membuang puntung rokoknya di sembarang tempat.

Shone bergeming, tetapi diam-diam mengamati Aaron. Saat itu juga otaknya berpikir dan Shone merasa hal buruk masih bersamanya.

"Kau tidak mau kuncinya?" Aaron mengernyit sesaat. "Well, katakan selamat tinggal pada mobilmu." Aaron mengeluarkan ponsel. Namun, segera ditahan oleh Shone.

Tangan Shone gemetar, saat menyadari apa yang baru saja ia lakukan, tetapi dia punya alasan untuk itu.

Pertama gedung E didominasi dengan ruang olahraga dan eskul. Aktivitas kelas sedang berlangsung, sehingga tidak mungkin ada seorang murid di sana, kecuali para murid bermasalah.

Jack, teman satu geng Aaron, jika ia pergi ke sana ... Shone bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya.

Ia memilih untuk tidak pergi, tetapi seketika alasan kedua hadir ....

... mobil itu milik orang tua Shone dan dia belum memiliki SIM, sehingga jika mobil tersebut disalahgunakan, maka orang tuanya akan bermasalah.

Shone tidak ingin hal itu terjadi. Ia memilih menemui Jack di gedung E dan pasrah menerima apa yang akan dia terima.

"Aku akan menemui Jack," tukas Shone pelan. Selama tidak mencelakakan orang banyak, semua akan baik-baik saja, pikir Shone.

Aaron tersenyum miring, menendang tulang kering Shone lalu mengisyaratkan pemuda itu untuk segera pergi.

Shone mengernyit, menahan rasa sakit, dan melangkah berat menuju gedung E. Baginya, Aaron terlalu pandai memainkan kelemahan orang lain dan dia seolah lelaki yang ditimpa setengah kemalangan karena juga menjadi sasaran Aaron.

Setidaknya jika dibandingkan dengan korban Aaron lainnya, seperti Alma, Sam, dan Daniel.

***

Seumur hidup Maddie tidak pernah bisa bertahan dengan rambut setengah basah, kecuali jika ia di kolam renang. Namun, kali ini dia terpaksa melakukan hal tersebut.

Alasannya cuma satu, yaitu Maddie ingin memperlihatkan Aaron tentang seberapa tangguh dirinya, sekaligus membuat pemuda itu merasa bersalah atas perbuatannya barusan, tapi hanya jika Aaron memikirkannya.

Sial!

Maddie menggenggam pulpennya kuat-kuat. Mengingat kejadian di kantin tadi, selalu sukses membuat amarah Maddie tersulut.

Akan tetapi, Maddie tidak ingin membuat masalah serupa seperti di sekolahnya dulu, sehingga buru-buru ia meredam amarah dengan memfokuskan diri pada materi sejarah Amerika Serikat.

Perjuangan George Washington dalam perang kemerdekaan Amerika tahun 1775, sepertinya lebih menarik.

Miss Cassie menjelaskan materi dengan sangat terampil. Setiap kalimat yang wanita itu ucapkan, selalu membuat Maddie seolah masuk ke dalam peristiwa tersebut dan tanpa sadar Maddie berhasil mengalihkan perhatian pada sosok Aaron.

Yeah, Aaron si rambut perak yang sesekali mengganggu Maddie dengan menusukan ujung pulpen ke punggungnya.

Memang tidak sakit, sebab Aaron hanya menekan pulpen untuk mengeluarkan dan memasukan bagian tinta di punggung Maddie. Hanya saja, kesabaran Maddie senantiasa diuji selama sekelas dengannya.

Ini sangat mengganggu!

Sebenarnya Maddie tidak peduli, dia bisa saja memberikan pelajaran kepada Aaron saat mereka tidak berada di lingkungan sekolah. Namun, seketika setelah Aaron kembali menusukan ujung pulpen ke punggung Maddie, ia teringat sesuatu dan bertanya-tanya ....

"Sejak kelas Mr. Lee berakhir, kita tidak melihat Shone sama sekali." Maddie memalingkan wajah ke arah Alma.

"Setelah kejadian di kantin, Mad. Kupikir dia menghilang-ketakutkan, tapi jika membolos ...." Alma mengetuk-ngetuk pulpen di dagu, seolah menimbang-nimbang. "Itu mustahil."

"Maksudmu, kita hanya kebetulan tidak melihat Shone? Ini aneh. Aku mencurigai seseorang yang wajahnya sudah seperti minta di tusuk dari belakang."

"Err ... Maddie, berbicara soal tusuk-menusuk, aku jadi membayangkan adegan ranjang pasangan gay."

Refleks Maddie membulatkan mata. "Kau mesum sialan."

"Hmm ... terkadang itu seksi. Well, tenang saja, aku senantiasa mengirim pesan untuk Shone, seperti pacar posesif yang gelisah karena tidak mendapat kabar."

"Maaf merepotkanmu. Aku sungguh mengkhawatirkannya." Maddie memijat kening. Namun Alma buru-buru menepis tangan Maddie.

"Kita bisa bicara hal porno, sebagai pengalihan. Pasangan gay sangat menarik akhir-akhir ini." Alma mengambil ponsel-diam-diam membuka video berjudul 'Hot Gay Make Me On'.

***

Aaron bosan dengan kisah-kisah perang kemerdekaan Amerika dan juga reaksi Maddie yang seolah mati rasa dengan perbuatannya, padahal samar-samar dia bisa melihat ketegangan di punggung Maddie akibat ulahnya.

"Kenapa tidak ribut saja? Sudah kehilangan keberanian untuk menampar atau menendangku?" Nada suara Aaron terdengar mengejek. "Padahal berkelahi di kelas cukup menghibur."

Tidak ada reaksi.

Aaron semakin bosan lalu memainkan pulpennya di kepala Maddie.

Maddie yang duduk di depan Aaron masih bergeming dan Aaron yang sejak awal merasa jenuh akibat diabaikan, akhirnya memilih memerhatikan gadis itu.

Bukan berarti Aaron tertarik pada Maddie, tetapi beberapa lelaki pasti akan menyukai rambut seorang gadis yang setengah basah, terlebih jika tetesan air tersebut membasahi pakaian mereka.

Well, Aaron pikir itu seksi dan Clay sepakat mengenai hal tersebut.

Diam-diam, untuk membunuh rasa jenuh Aaron dan Clay membicarakan hal-hal berbau fantasi liar, sembari mengamati tubuh Maddie kemudian membandingkannya dengan Alma.

"Dua kali lebih kecil dari milik Alma, tapi akan membesar dengan terapi pijatan." Clay membuka dan menutup tangan kanannya. "... tapi Alma lebih pas untuk tanganku."

"Nicki Minaj. Bodoh, fantasimu kolot. Fifty shades, aktivitas mengikat sepertinya menarik. Dia gadis pemberontak, jika memohon pasti menyenangakan." Aaron kali ini menggambar sesuatu di bukunya lalu memperlihatkannya kepada Clay.

"Fifty Shades of Wudson. F*&k! Kau lebih mirip psikopat kesepian atau pecandu seks."

"Sial! Itu kebutuhan dan mereka yang datang padaku."

"Seperti kucing yang diberi ikan segar." Clay tertawa mengejek.

"Bukan, Tolol! Tapi seperti raja pemilik seribu budak gadis seksi."

Clay memutar mata. "Maniak seks."

"P&#sy!" maki Aaron.

"Kalian berdua, peringatan terakhir! Berhenti berbicara di luar materi atau kalian bisa tinggalakan kelas ini," ucap Miss Cassie dengan nada penuh ketegasan, karena terganggu dengan perbincangan Aaron dan Clay yang memecahkan konsentrasi kelas.

Namun, siapa sangka Aaron hanya membalasnya dengan mengangkat bahu lalu menendang kursi Maddie hingga menimbulkan bunyi.

Maddie melirik tajam dan mendengkus kesal. "Seperti kau hebat saja," ucap Maddie yang ia yakini pasti bisa didengar oleh Aaron.

"Yes, I'm," bisik Aaron tepat di telinga Maddie, seolah peringatan Miss Cassie hanya angin lalu. "Akan jadi lebih hebat setelah kau berikan blow job."

Sepasang mata abu-abu Maddie melebar, seiring dengan embusan angin menerpa tengkuknya.

Mendapat perlakuan demikian, sudah jelas bahwa perkataan Aaron barusan adalah untuknya. Ya Tuhan, Maddie benar-benar ingin menendang wajah pemuda itu.

Aaron tersenyum, penuh rasa bangga-tahu bahwa Maddie memberikan reaksi tegang.

"Take a breathe, Babe because I have not started yet." Aaron memundurkan tubuh bersandar di sandaran kursi, sembari memandang tengkuk telanjang Maddie.

... dan setelah itu segumpal kertas mendarat di meja Maddie. Namun, Maddie tidak berniat mengambilnya.

Maddie mengetahui dari siapa kertas tersebut dan diam-diam ia bersumpah akan menghajar si perak itu.

"Maddie, kau masih belum mendapat kabar dari Shone?" bisik Alma, sambil mengecek ponsel berulang kali secara diam-diam.

Maddie menggeleng.

"Apa kau punya clue?" tanya Maddie. "Aku tidak bisa berpikir dengan jernih."

Sudah jelas, siapa yang bisa berpikir jernih saat menerima kicauan porno dari seorang lelaki-terlebih dia adalah Aaron. Maddie masih normal dan itu wajar.

"Dia tidak punya musuh. Anak teladan, kau tahu, 'kan? Dan clue terakhir di belakangmu. Terlalu mudah menaruh hal buruk, padanya, tapi sebaiknya jangan cari masalah, Mad."

"Aku sudah bermasalah dengannya sejak awal." Seketika Maddie menaruh curiga pada Aaron.

Brengsek! Memangnya siapa lagi?

Maddie menoleh ke arah Aaron, memasang wajah penuh tuntutan dan bersiap untuk berbicara secara langsung. Namun, belum sempat membuka mulut, Maddie malah mendapat hadiah middle finger dari Aaron.

F*&k you.

Maddie memicingkan mata, tahu betul apa yang dikatakan Aaron melalui gerak bibirnya, terlebih pemuda itu juga mengacungkan jari tengahnya.

"Dare to fight with me then I will fight you back. Aku bersumpah pada yang kau lakukan barusan."

Maddie terlalu kesal dan langsung memamerkan jari tengahnya.

... lalu bel pergantian kelas berbunyi dan Aaron sengaja mendorong kepala Maddie, hingga terjeduk meja.

"I know where your friend is," ucap Aaron dengan nada dingin, tanpa menoleh ke arah Maddie dan tersenyum licik. "Service me with blow job and your friend will be save."

*****

Sowry agak nakal dan masalah cinta2an juga masih jauh, jadi yang sabar ya. Moga kalian tahan cz cerita ini bakalan drama beud.

Bagaimana tentang chapter ini?

Aku berusaha menguatkan suasana baratnya, semoga terasa ya 🙏🙏🙏 (karena gak enak banget kalau nulis setting barat, tapi rasa lokal.) sekaligus mau belajar nulis rasa novel terjemahan lol.

Dan terakhir, bagi vote dan komentar kalian ya ^^ kemudian main juga di lapak bad boy project punya teman-temanku yang lain.

1. vaniandona - Arsenio
2. primamutiara_ - Main Hati
3. rachmahwahyu - Feromone
4. oktaehyun - Jadian
5. anyelirpth - My Happy Ending
6. nurulqirani - Ten Paper Plane
7. AndiAR22 - ABRASI
8. WindaZizty - Riak
9. ylathief - Breeze
10. Ziphuphu - I Hate My Self for Loving You

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top