Chapter 19

Chapter 19
Sarung Tangan

" Apa kau bilang? Mengkhawartikanku?"

Jae hoon terlihat salah tingkah. Buru-buru ia mengambil pedangnya yang terjatuh.

" Aku khawatir.... Khawatir karena kau adalah alat untuk menghilangkan kutukanku."

Hye mi beringusut. Lalu mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

" Selamat makan." ucapnya pada sajian di depan meja.

Setelah menghabiskan sarapan. Hye mi nampak sekali kekeyangan. Dan ketika menyadari ia harus kembali ke kota. Nyalinya sedikit menciut.

" Tak adakah sesuatu yang bisa membawaku?"

Hye mi berujar. Saat Jae Hoon tengah mengecek pelananya.

" Kau bisa naik kuda?" tanya Jae hoon balik pada Hye mi.

Hye mi menggeleng.

" Kalau begitu, jalan kaki kembali."

Hati Hye mi terasa dongkol. Jae Hoon tak ada rasa kasian pada dirinya. Hye mi pikir Jae hoon setidaknya mencari alternatif lain yang dapat membawanya pergi kembali.

" Mook mana?" tanya Hye mi kembali

Sorot mata Jae hoon memincing.

" Sudah ku bilang dia pergi!!" nada suara Jae Hoon terdengar kesal.

" Baiklah." Hye mi kembali pergi menuju tempat dimana tadi ia makan.

" Aku akan menunggu Mook. Mungkin ia bisa memberiku tumpangan."

" Hah?!"

Jae Hoon berjalan mendekati Hye mi. Ia yang tadinya ingin naik ke pelana. Kini tak jadi.

" Mook pergi ke gunung. Dan dia akan kembali cukup lama." jelas Jae hoon

" Kalau begitu, aku akan menunggu."

" Kau ikut denganku!!" titah Jae hoon

" Jalan kaki? Tidak!" geleng Hye mi dengan melipat kedua tangan di depan dada."

Kakinya bisa bengkak. Jika terus berjalan keluar masuk hutan seperti ini.

" Gunakan ini." Jae hoon memberikan sepasang sarung tangan kulit kepada Hye mi.

" Ini namanya sarung tangan." jelas Jae Hoon. Saat Hye mi hanya memandang sarung tangan pemberiannya dalam diam.

" Hey!! Aku juga tahu apa nama benda ini!!" ujar Hye mi dengan galak

Hye mi mengambil sarung tangan pemberian Jae Hoon. Di lihatnya sebentar.

" Ku pakai?"

" Tidak. Kau makan saja sebagai pencuci mulut."

BuKk

Dengan cepat Hye mi melayangkan kakinya menendang tulang kering Jae hoon. Akibatnya, Putra mahkota Joseon itu memekik kesakitan.

" Oh.." pekik Hye mi

" Kakiku bisa menyentuhmu?"

Hye mi nampak terkejut menyadari hal ini. Jae Hoon masih meringis kesakitan. Ia menatap Hye mi dengan berang.

" Kakimu kesakitan?" tanya Hye mi dengan serius

" Menurutmu apa?? Hah?!"

" Aku pikir, aku tak bisa menyentuhmu."

" Jadi, kau kira aku ini hantu?"

Jae hoon merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan yang ia ajukan pada Hye mi. Lihat saja, jika Hye mi mengatakan dirinya adalah hantu. Gadis itu akan menerima akibatnya.

" Kit-- Kita... Bisa bersentuhan." lirih Hye mi.

" Akhirnya kau mengerti juga." balas Jae hoon.

" Mook bilang... Kita hanya perlu menjaga kontak fisik kita secara langsung. Artinya, sihir hanya akan terjadi ketika kulit kita saling bersentuhan."

" Oohhh... Maka dari itu. Kau memberikanku sarung tangan ini. Benar kan?"

Jae Hoon mengganguk. Hye mi tersenyum lebar. Lalu ia segera mengenakan sarung tangan di kedua tangannya.

" Anak pintar."

Tepuk Hye mi di dada Jae Hoon. Berusaha menyelidiki apa yang di katakan Jae hoon benar. Dan nyatanya itu benar. Tak ada angin yang berhembus saat Hye mi berusaha menyentuh tubuh Jae hoon sesuka hati.

" Auww!!"

Seketika erangan kesakitan keluar dari bibir Hye mi. Tatkala, Jae hoon mencengkram pergelangan tangan Hye mi dengan kuat.

" Kau!!" geram Jae hoon. " Berani-beraninya kau menyentuh tubuhku."

" Aku hanya ingin memastikan. Apa yang kau ucapkan tadi benar..!!"

Jae hoon masih menatap tajam ke arah Hye mi. Lalu sedetik kemudian, ia melepaskannya.

" Ayo pergi." tukas Jae Hoon seraya pergi ke arah kudanya.

" Bantu aku naik ke atas." pinta Hye mi dari balik punggung Jae Hoo

" Kau naik sendiri."

" Aku tidak tahu caranya naik ke atas kuda."

Jae hoon memutar bola matanya dengan malas. Ia berbalik menatap Hye mi. Di keluarkan sepasang sarung tangan kulit dari dalam jubahnya lalu di pakainya.

Pupil mata Hye mi membulat besar. Saat dengan mudah Jae Hoon membopong tubuh Hye mi ke atas pundaknya.

Wajah gadis itu langsung memerah seperti kepiting rebus. Hye mi duduk di atas pelana. Lalu Jae Hoon menyusul tak lama kemudian di belakang Hye mi.

" HyAa...!!!"

Jae Hoon memacu sang kuda berlari ke depan. Hye mi merasa sedikit takut. Ini pertama kalinya ia duduk di atas kuda. Dan itu bersama seorang pria.

" Geser sedikit." ucap Hye mi

" Apa?"

" Geser!!" ulang Hye mi dengan suara yang agak di keraskan.

" Bodoh." cibir Jae Hoon

" Ap- Apa?!"

Ingin rasanya Hye mi kembali menendang tulang kering Jae Hoon.

" Kau terlalu dekat denganku." keluh Hye mi

" Menjauhlah sedikit."

Jae Hoon menatap pucuk kepala Hye mi. Rasanya merepotkan dan menyebalkan harus bekerja sama dengannya.

Dan hal yang membuat Hye mi semakin marah adalah Jae Hoon semakin mengikis jarak di antara kedunya. Pergelangan tangannya yang satu meraih pinggul Hye mi untuk mendekat.

" AHh...!! Apa yang kau lakukan??!!"

" Menjaga kita berdua agar tak jatuh dari kuda."

Tidak, Hye mi tak semudah itu mempercayai omongan Jae Hoon. Pria ini pasti sengaja melakukannya.

BUKk

Hye mi menyiku ulu hati Jae Hoon dengan keras. Pria itu kembali merintih kesakitan. Hye mi seperti tak punya sopan santun pada dirinya.

Jangankan sopan santun. Ketakutan dan kehormatan sebagai seorang rakyat jelata. Seperti di abaikan oleh Hye mi.

" Berhenti memukulku. Kau bisa ku hukum di istana!!" ancam Jae Hoon

Hye mi tak mempedulikannya. Ia berusaha melepaskan rangkulan Jae Hoon. Akibatnya Jae Hoon merasa sedikit kesulitan mengatur keseimbangan.

Dan hal yang di takutkan Jae hoon akhirnya terjadi. Sang kuda nampak risih dengan dua penumpang yang banyak tingkah di atas pundaknya.

Ling, nama si kuda. Akhirnya meringgik dengan keras. Ia mengangkat kedua kakinya ke udara. Tepat saat mereka hampir tiba di depan gerbang desa.

BUKkk

Hye mi dan Jae hoon pun akhirnya terjatuh terjerembab di atas tanah. Ling si kuda langsung berlari tanpa tuannya masuk ke dalam gerbang.

Hye mi tercekat dengan apa yang di lihatnya. Jae Hoon menyelamatkannya. Menjadikan dirinya sebagai landasan untuk Hye mi.

Tapi yang membuat Hye mi tercengang adalah--- pelipis kiri Jae Hoon tampak ternoda oleh noda caira  merah kental.

" Bo- Bodoh." lirih Jae Hoon

Orang-orang desa mulai berjalan melihat Hye mi dan Jae Hoon. Entah mengapa air mata Hye mi berlinang turun membasahi pipinya.

Ada hal lain yang membuat Hye mi lebih tercengang. Jae Hoon pingsan dengan cadar yang telah menghilang dari wajah--- yang selama ini ia sembunyikan.

Hye mi terguncang.

____///_____////______

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top