Chapter 14
Jadi teman saja
Bukan hanya Hye mi saja yang tercenganng mendengar penyataan cinta dari pria bangsawan itu namun Bibi Han ja tatkala syoknya.
Memang benar. Kalau di pikir baik-baik Hye mi memang terlihat cantik walaupun tubuhnya berbalutkan baju kumal dan jelek.
Namun Bibi Han ja tak menyangka bahwa pria ini bisa melihat sisi kecantikan yang tersembunyi dalam diri Hye mi
“ Tuan Anda serius..?? ” tanya Hye mi dengan wajah tak percaya
“ Ya..”
“ Kau Hye mi kan..?? ”
“ Sudah lama aku memperhatikanmu...”
“ Aku sering makan di sini..”
“ Ku pikir kau pasti tahu tentangku..” jelasnya.
Hye mi menggelengkan kepalanya. Terlalu banyak pelanggan di warung Bibi Han Ja.
Ia tak ingat tentang pria bangsawan ini. Kecuali para pria pemabuk yang terlihat mencolok itu. Sedangkan Bibi Han Ja mulai mengingat-ingat sosok pria ini.
Memang benar kalau di pikir baik-baik jauh sebelum Hye mi tinggal bersamanya. Pria bangsawan ini sering sekali makan di warungnya. Namun ia terkadang berpakaian seperti prajurit atau pengelena.
“ Aku Min Hoo...”
“ Senang bertemu denganmu..”
“ Mau ku bantu...?? ” tawarnya pada Hye mi dengan tangan yang terulur.
Hye mi agak ragu-ragu menerima uluran itu. Lalu menolaknya dengan halus sembari ia bangkit dan berdiri sendiri.
Baru saja Bibi Han ja ingin mengatakan sesuatu pada mereka berdua.
Sebuah panggilan dari seorang pelanggan lain membuatnya. Terpaksa meninggalkan mereka berdua.
“ Tuan, sekali lagi terima kasih atas bantuannya..” ujar Hye mi
“ Dan juga saya akan membalas kebaikan anda...”
Ia merasa sangat tak enak hati mendapatkan perlakuan manis dari bangsawan misterius itu. Min hoo hanya tersenyum simpul. Pandangan matanya ia edarkan ke seluruh warung.
“ Aku akan menunggumu di jembatan sungai Han malam ini...” ujarnya
“ Eh, malam ini..?? ” tanya Hye mi dengan terkejut
“ Ya.. aku pikir kau ingin berbalas budi padaku..”seru Min Hoo dengan tersenyum simpul
“ Mm,, ya ” jawab Hye mi malu-malu
Min Hoo pun berpamitan pergi setelah mendapatkan jawaban memuaskan dari Hye mi. Hye mi terlihat bingung menatap kepergiannya.
Hye mi berpikir ternyata di zaman itu ada pria yang baik seperti Min Hoo. Tapi ketika Hye mi mengingat cerita para bangsawan yang selalu semena-mena dengan rakyat jelata. Kini menepiskan anggapan yang salah selama ini ia percayai.
“ Mungkin dari mereka ada yang seperti itu...”
“ Namun yang baik pasti ada juga kan? ” gumam Hye mi pada dirinya sendiri.
🌸🌸🌸
Di istana. Jae hoon tak bisa merasa tenang di kediamannya. Sejak semalam ia selalu bermimpi buruk tentang Hye mi dan dirinya. Mimpi itu memang tidak jelas. Namun perasaan yang di alaminya dalam mimpi itu membuat hatinya terasa sesak.
Serasa ada sesuatu yang menyakitkan akan terjadi dengan dirinya. Namun ia tak tahu apa itu.
Karena mimpi buruk itu. Jae Hoon hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Membaca gulungan-gulungan kerajaan yang di tugaskan kepadanya.
Walau ia membuat dirinya terlihat sibuk. Pikirannya tetap mengarah ke arah Hye mi serta kutukan yang ia bawa.
“ ArGgghhhh....” keluh Jae hoon dengan kesal.
Gulungan kertas di hadapannya ia singkirkan begitu saja. hingga berserakan di lantai dengan berantakan. Kasim Ming yang selalu di sisinya pun khawatir.
“ Yang Mulia....”
“ Apa anda baik-baik saja...?? ” tanyanya dengan hati-hati.
Ia sudah cukup mengerti dengan sikap Pangeran Jae Hoon ini. Jika sedang emosi atau marah suasana hatinya pun ikut buruk dan ia akan melampiaskannya dengan gusar
“ Apa tuan Mook masih bertapa di gunung..?? ” tanyanya
“ Mmm,, hamba rasa seperti itu Yang mulia...”
“ Belum ada kabar jika Beliau telah kembali ke ibu kota...”
“ Tapi jika Yang mulia menginginkan dia datang... ”
“ Hamba akan mengirim pesan kepadanya..”
Jae Hoon hanya bergumam pelan memikirkan tawaran Kasim Ming padanya. Ia berpikir sejenak tanda-tanda kutukan itu mulai bereaksi kembali. Akankah semua ini pertanda sesuatu yang buruk padanya.
“ Baiklah...”
“ Kirim pesan pada Mook...”
“ Tulis ada hal penting yang harus aku bicarakan padanya...” perintah Jae Hoon pada Kasim Ming
Kasim Ming pun mengiyakan permintaan Jae Hoon lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan tempat Pangeran Jae Hoon berada.
Matahari pun mulai terbenam dan Hye mi semakin tidak tenang memandang langit yang mulai nampak senja itu.
Sesekali dia berjalan bolak-balik dengan gelisah di halaman rumah Bibi Han ja.
“ Apa pria itu mengajakku ku kencan..?? ”
“ Jika ini di seoul...”
“ Harusnya seperti itu...”
“ Tapi ini di Joseon...”
“ Walau caranya agak kuno...”
“ Tetap saja... ini seperti kencan bukan...?? ” tanyanya pada diri sendiri.
Bibi Han ja yang habis beres-beres dari warungnya berjalan menghampiri Hye mi dengan sebuah garukan punggung di tangan kanannya.
“ Pergilah...” ujarnya pada Hye mi
“ Aku punya firasat dia pria yang baik...” tambahnya lagi
“ Bibi..!! ” seru Hye mi dengan masam
“ Yang aku pikirkan apa dia sedang mengajakku kencan..?? ”
“ Tapi... lihatlah..” tunjuk Hye mi pada hanbok kumal miliknya itu
“ Haruskah aku berjalan di samping pria yang seperti Min Hoo dengan penampilan seperti ini..?? ”
Bibi Han ja hanya menghela napas lalu garukan punggungnya ia pukulkan pada tubuh Hye mi dengan sedikit keras hingga gadis itu mengeluh kesakitan.
“ Pergi saja...!! ”
“ Anggap saja kau pelayannya...”
“ Tak ada yang aneh tentang itu... beda halnya jika kau sedang jatuh cinta padanya...” tukas Bibi Han ja
“ Aku...?? ”
“ Cinta..?? ”
“ Dengan dia..?? hahahahah.....”
“ Bibi pintar sekali bercanda...” seru Hye mi dengan tertawa lebar.
Bibi Han ja hanya geleng-geleng kepala melihat sikap Hye mi yang konyol seperti itu.
Baginya tak ada hari tanpa tertawa. Sejak ada Hye mi gadis itu membuat hati Bibi Han ja semakin bersemangat tiap hari.
Matahari pun telah terbenam di ufuk barat. Cahaya-cahaya pelita dari rumah penduuduk pun mulai di nyalakan.
Hye mi pun terlihat berjalan dengan tergesa-gesa melewati kerumunan orang-orang.
Ia ingin mencari tempat yang strategis untuk menunggu Min Hoo. Agar saat dirinya bersanding dengan pria bangsawan itu tidak membuatnya kelihatan mencolok di antara para pengunjung yang ada di sekitar jembatan Han.
Namun betapa terkejutnya Hye mi saat melihat Min Hoo sedang berdiri di sisi jembatan dengan tersenyum lebar padanya. Satu tangan miliknya ia naikkan untuk melambai ke arah Hye mi.
“ Yang benar saja...”
“ Dia datang lebih dulu dariku....” gumam Hye mi dengan rasa heran
Hye mi pun berjalan mendekat dengan malu-malu pada Min Hoo.
“ Kau datang lebih awal dari yang di janjikan, Tuan...” seru Hye mi tanpa basa-basi. Min hoo hanya tersenyum simpul
“ Aku sudah tak sabar menunggumu...” ujarnya dengan lembut pada Hye mi
Gadis itu agak canggung mendapat perlakuan manis dari Min Hoo. Ia membuang wajahnya ke tempat lain agar Min Hoo tidak memerhatikan wajahnya yang mulai merah merona.
“ Jadi, Tuan...” kata Hye mi dengan terbata-bata
“ Aku sudah hadir di sini...”
“ Balas budiku habis kan..?? ” tanya Hye mi dengan wajah menunduk setelah ia mengamati sungai Han
Min Hoo hanya terdiam mendengar pertanyaan Hye mi. Sejenak ia memandang ke arah orang yang lalu lalang melewati mereka. Lalu ia kembali mengedarkan pandangan matanya pada Hye mi.
“ Tapi, aku pikir balas budi ini belum berakhir...”
“ Bagaimana jika kau menemaniku ke pasar sebentar..?? ”
“ Aku ingin berjalan-jalan di sana..”
Hye mi hanya terdiam sejenak lalu menghela napas setelah memikirkan tawaran Min Hoo
“ Baiklah...”
“ Jalan-jalan sebentar tak masalah, bukan..?” ujar Hye mi
Min Hoo hanya terdiam dengan sebuah senyuman yang terlukis di sudut bibirnya.
Namun saat keduanya hendak meninggalkan jembatan. Langkah kaki Min Hoo terhenti saat memandang seseorang dengan sebuah masker kain yang menutupi sebagian wajahnya berdiri di hadapan mereka.
“ Jae Hoon.” gumamnya pelan
Jae Hoon berdiri dengan menatap dalam ke arah Min Hoo. Lalu ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Hye Mi yang berada di samping Min Hoo.
“ Apa yang kau lakukan bersamanya?” tanyanya pada Hye mi
“ Itu urusanku.” Balas Hye mi dengan ketus. Bahkan Hye mi membuang wajahnya ke tempat lain saat ia menjawab pertanyaan Jae Hoon
“ Kalian saling mengenal?” sela Min Hoo. Ia tak menyangka bahwa Hye mi mengenal sosok pangeran Mahkota negri ini.
“ Yaa,, itu..”
“ Penjelasannya panjang...” ucap Hye mi dengan ragu-ragu.
“ Baiklah, kalau begitu.”
“ Ayo kita lanjutkan perjalanan kita.” Tarik Min Hoo pada tangan Hye mi.
Jae Hoon yang melihat Min Hoo ingin membawa pergi Hye mi. Seketika menahan lengan Hye mi dengan kuat hingga membuat langkah gadis itu tertahan.
“ Apa yang kau lakukan, Bodoh?!!” hardik Hye mi dan di saat bersamaan angin kembali bertiup kencang di sekita mereka.
#30DWC
#30DWCJILID17
#SQUAD4
#DAY11
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top