#10 (B)

The next day...

Chapter 10
(bagian 2)

"Memang aku bersama Brenda ada di kantor Daxton semalam. Bibimu itu yang menembaknya dengan pistol miliknya sendiri. Akan kuceritakan kronologisnya."

Cheryl terperanjat, spontan bertanya, "Pistol? Jenis listrik atau laser?"

Sambil melontarkan pertanyaan itu, secara refleks pikirannya bekerja cepat. Memori tentang keadaan kantor Daxton yang tanpa cahaya terputar kembali dalam benaknya. Tidak percuma juga dirinya bersama Chester pergi ke kantornya tim Logan.

Bukankah dia sudah 'hadir' dalam 'ruang' dan 'waktu' peristiwa pembunuhan tersebut, dari rekaman visual yang diputar di sana?

"Pistol klasik dengan peluru," jawab Landon, yang mengira lawan bicaranya tidak menduga sama sekali. "Bibimu itu punya alasan cerdas menggunakannya. Sistem penyelidikan terakhir dengan melacak asal peluru dilakukan pada saat menjelang pengujung abad dua puluh satu."

Pikiran Cheryl melakukan dua hal sekaligus. Selain mencerna penjelasan yang cukup panjang itu, benaknya memikirkan trik sikap berikutnya pada Landon.

"Baiklah. Kumohon Ayah menceritakan kronologis peristiwa di kantor Daxton," pintanya dengan kemanjaan seorang gadis cilik, "tapi aku punya satu permintaan kecil yang pasti sepele bagi Ayah."

Di balik sikap kekanak-kanakan yang sesungguhnya hanya berpura-pura saja, Cheryl menyimpan rasa percaya diri yang besar. Sepertinya hukum karma telah menghampiri Landon yang satu harian kemarin sukses besar memerankan Don Cherlone.

"Katakan saja 'nak," jawaban ini mengindikasikan kata-kata peringatan Brenda tentang kemampuam indigo si kembar telah menguap dari kepala Landon.

"Bolehkah tanganku menggenggam telapak tangan Ayah selagi Ayah bercerita?"

"Tentu saja," jawab Landon sambil mengangguk.

Tak lama kemudian, Cheryl melakukan apa yang diinginkannya. Landon pun mulai menjalankan apa yang diniatkannya.

Maka, terjadilah sensasi yang belum pernah dialami dan dirasakan Cheryl pada semua penglihatannya sebelumnya. Maksudnya, yang kali ini terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Dalam sekejap, kalimat pertama Landon membuyarkan ruangan tempat mereka berada. Sosok sang ayah tiri langsung lenyap dari hadapannya -- ibarat sebuah pertunjukan sulap.

Ruangan isolasi Mr. Simmons berganti menjadi ruang rahasia utama rumah keluarga Cherlone, yang ditemukannya bersama Chester semalam. Semua barang beserta perabotan rumah tangga di situ tetap utuh, lengkap, sekaligus berada pada posisi sewaktu dirinya bersama sang kembaran memasuki ruangan yang sejatinya.

Hanya, kini seseorang bertubuh besar sedang duduk di kursi kerja utama. Posisi badan memang menghadap ke arah yang semestinya.

Kacamata klasik dengan aksesoris tali dari salah satu sisi kacanya, menggantung di depan sepasang matanya yang menyorot tajam. Model serta motif pakaian yang dikenakan terkesan kuno untuk zaman ini, tapi berfungsi uniseks. Model rambutnya juga sama. Membuat siapa pun yang melihat sosok ini, akan meragukan jendernya.

Demikian juga dengan Cheryl -- belum mengetahui benar siapa orang di hadapannya ini. Untuk kesekian detik, pikirannya terlintas akan gambaran Brandon pada foto-foto di rumah keluarga Cherlone di Area London.

Tiba-tiba pintu masuk terbuka dengan dorongan yang keras dari luar. Masuklah seorang laki-laki berbadan kekar dan bertampang sangar, terhuyung oleh kasarnya dorongan dari laki-laki di belakangnya.

Sepasang mata sosok yang di depan sengaja ditutupi kain yang dilipat, dengan ikatan yang terlihat cukup kuat. Cheryl langsung mengenalinya -- Daxton Phelps yang kini sudah menjadi almarhum.

Sosok laki-laki yang di belakang akan langsung mengingatkan kita akan Don Cherlone. Tapi dia bukanlah Don -- intuisi Cheryl mengatakan hal ini.

"Hahaha... Brenda," katanya sambil tertawa renyah pada orang yang duduk di kursi, "aku sudah menemukan orang yang tepat untuk misi mahakarya kita," lalu tangan kanannya mencengkram pundak Daxton.

"Lepaskan saja penutup matanya," perintah Brenda kalem, "Toh dia tidak akan tahu jalan menuju kemari."

Laki-laki mirip Don ini menuruti keinginan 'bos'-nya, yaitu si Brenda Cherlone itu. Setelah berpikir agak lama, barulah Cheryl menyadari bahwa dialah Landon Simmons -- ayah tirinya, yang memang memiliki tingkat kemiripan yang paling mendekati kakak tiri sulungnya itu. Inilah sebabnya mengapa Mr. Simmons sukses besar memerankan si pebisnis muda selama hampir dua puluh empat jam.

Maka, Daxton sudah dapat melihat Brenda yang kini berhadap-hadapan dengannya. Perempuan jahat ini memandangi sang sahabat Landon dengan pandangan bagaikan seorang psikopat.

"Jadi kau yang bernama Daxton Phelps, bekerja di Cheap And Smart Fashion Area London?" tanyanya dengan campuran sikap dingin, tenang, dan kalem.

"Benar," jawab Daxton mengangguk, lalu balik bertanya, "Anda siapa?"

Hantaman kencang satu telapak tangan Brenda pada meja yang menjawabnya. "Berani sekali Anda bertanya begitu di daerah kekuasaanku!" hardiknya marah. "Akulah penguasa sesungguhnya keluarga Cherlone! Jangan kau pikir dunia hanya mengakui Brandon!

"Sekarang kau bersedia kami rekrut untuk menjalankan sebuah misi--," nada suaranya kini mulai menimbulkan kengerian bagi siapa pun yang mendengarnya, "--misi yang tentunya akan menyenangkan jiwamu."

"Bukankah kau menyimpan dendam pribadi pada Brandon?" seringai lebar mengerikan lalu menghiasi bibir tebalnya.

Daxton berkeringat serta agak terengah-engah, sebelum hingga saat dirinya menjawab, "Benar, dia memang brengsek!"

"Dia menipuku dalam beberapa kali peruntungan. Dan tidak hanya itu saja--," ujarnya dengan penuh emosi, "--si brengsek juga merebut perempuan yang menjadi kekasih sejati sahabatku ini," sambil menunjuk Landon.

"Wow, kalian ini benar-benar pasangan sahabat sejati," puji Brenda sambil bertepuk tangan, yang diiringi tawa bahagia kelicikan.

"Bagus sekali!" serunya sambil memukulkan satu telapak tangan yang terkepal dengan telapak tangan lainnya.

"Sekarang kita punya 'amunisi' kuat untuk menamatkan Brandon. Dan kau -- Simmons -- masih inginkah mengambil takhta kekuasaan serta kekayaan keluarga Cherlone?"

Landon mengangguk puas, dengan senyuman jahat yang mengembang di mulutnya. "Tentu saja. Belakangan ini Brandon sangat mengecewakanku di The Companies. Dia berubah menjadi amat pelit. Maka, kuadu-domba saja dirinya dengan orang-orang kepercayaan lainnya, sehingga dia harus berkonflik dengan pihak internalnya."

"Dan kau berhasil merekam semua kejadiannya?" tanya Brenda -- tampak telah mengetahui jawabannya.

Kembali Landon menjawab dengan anggukan, yang lalu diteruskannya, "Rekaman tersebut akan mengecoh siapa pun yang mencoba menyelidiki kasus yang kita ciptakan ini."

Kemudian Brenda beralih pada Daxton, "Nah, sekarang kita bahas peranmu dalam menghabisi Brandon. Apa yang kau inginkan untuk dirimu perbuat dalam misi ini?"

******

Jika dalam TCM, kemampuan indigo si kembar saya tampilkan
agak seimbang porsinya,
maka dalam TMCM inilah, kemampuan Cheryl yg tampak
lebih mendominasi dalam memecahkan misteri,
karena lebih dijelaskan lagi detailnya.
Jika dalam TCM hanya dijelaskan permukaan luarnya saja.
Bagaimana sambungan penglihatan Cheryl pada Landon?
Ayo lanjut ke bagian terakhir dari chapter ini.
(Astardi)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top