07. Force

            Setelah Yukimura memutuskan untuk bergabung dengan Mitsunari, tidak lama kemudian Masamune segera menetapkan tempatnya di sisi Ieyasu. Mori dan Chosokabe masih belum memastikan posisi mereka, namun tak lama lagi pasti mereka akan segera menentukannya.

Entah apa yang membuat mereka berdua ragu namun hasilnya sudah pasti. Mori akan memilih Mitsunari, sedangkan Chosokabe kebalikannya.

Saat ini posisi kedua kubu sama rata. Faktor kemenangan tidak hanya tergantung dari jumlah namun tak bisa di pungkiri bahwa faktor tersebut sangatlah mendukung kemenanangan.

Dari yang dikatakan Mitsunari. Masih ada satu kandidat yang belum di temui Yukimura. Nama Maeda Keiji terngiang di kepala remaja tersebut. Saat ditanya, Mitsunari menjelaskan seperti apa lelaki bernama Maeda Keiji tersebut.

Maeda Keiji adalah pemuda liar yang tak tertebak, bisa dikatakan di dalam peperangan ini, ia adalah seekor kuda hitam. Tidak ada yang bisa menebak di mana posisinya nanti.

Kemungkinan terburuk yang di perkirakan Mitsunari. Mengingat latar belakang Maeda Keiji, pria itu bisa saja menjadi penganggu jalannya perang. Tidak seperti keenam kandidat lainnya, Maeda Keiji bukanlah orang yang mewarisi tahta keluarganya.

Saat ini keluarga Maeda di pegang oleh pamannya, Maeda Toshiie. Wilayah yang saat ini mereka kuasai tidaklah begitu besar namun keluarga Maeda adalah veteran semenjak masa kejayaan Oda Nobunaga.

Terlebih lagi Maeda Keiji kenal betul dengan Hideyoshi. Keiji pernah bekerja dan belajar di bawah pimpinan beliau secara langsung.

"Kalau dia masih mengingat budinya pada tuan Hideyoshi, lebih baik si Maeda itu bergabung dengan kita," Meskipun mengatakan demikian namun terlihat jelas kalau Mitsunari tidak begitu mengharapkan Maeda Keiji.

"Dia laki-laki yang tak tertebak. Mungkin saja ia tidak tertarik untuk mengikuti kompetesi ini dan malah menawarkan diri sebagai informan," tambah Sasuke sambil tersenyum masam.

".....Karena tidak ada yang tahu kapan pastinya kedatangan Maeda-dono. Lebih baik kita segara bergabung dengan Mori-dono," ujar Yukimura memberikan usulan. "Meskipun kita tahu kalau Motochika-dono dan Mori-dono tidak akan pernah berada di kubu yang sama, tapi apa jadinya kalau kita tidak bisa bekerja sama dengan baik?"

Mitsunari mengangguk setuju. "Yang kau katakan benar Sanada. Apalagi setelah ini Mansion ini akan terbagi menjadi dua sisi. Setidaknya untuk beberapa saat aku tidak harus melihat wajah si sialan Ieyasu itu dari dekat."

"Karena Mansion ini benar-benar akan menjadi medan perang. Tokugawa-dono akan mengosongkan tempat ini kan?" Yukimura memperhatikan sekelilingnya dengan cemas. Dari ruangan lantai tiga dimana mereka berada, ia melihat beberapa pelayan yang sedang berjalan kesana-kemari mengerjakan pekerjaan mereka.

Beberapa hari ini tidak ada gerakan. Untuk beberapa saat Mansion Tokugawa kembali normal. Entah bagaimana nasib bangunan mewah ini setelah perang dimulai.

"Heh.." Mitsunari tersenyum kecil. "Kau yang paling tahu tabiat si sialan Ieyasu," jawabnya.

...

Pada saat yang sama, di sisi lain mansion. Ieyasu dan kelompoknya berada di salah satu ruangan kosong. Chosokabe turut hadir. Meskipun belum meresmikan dirinya akan mengikuti Ieyasu namun semua yang ada di ruangan tersebut sudah meramalkan pilihannya, tidak ada yang menolaknya untuk menetap di dalam sana.

"Bukannya ini berarti pernyataan cintamu sudah di tolak?" tanya Masamune dengan nada jahil. Di saat yang sama Chosokabe dan Kojuro menoleh kearah Ieyasu, memberikan tatapan tak percaya pada pria berbaju kuning tersebut.

"Hahaha... Kau tahu betul bagaimana cara mengejek orang huh, naga mata satu." Ieyasu tapi tidak menyangkal pertanyaan Masamune barusan. "Andai saja aku berhasil membawa Sanada kamari, kau pasti sudah berada di kubu Mitsunari kan?"

"....Dari dulu keluarga ku selalu bergerak sendirian. Jujur saja aku tidak begitu tertarik dengan Basara Company atau apalah itu, selama ada undangan pesta seru, dengan senang hati aku akan mendatanginya."

Chosokabe menyeringai lebar. "Liar seperti biasa huh?" komennya. Masamune adalah pria yang bersemangat tinggi, jenis semangat yang sedikit berbeda dengan semangat membara Yukimura. Dan Chosokabe suka dengan orang-orang yang memiliki semangat dan romansa seorang laki-laki jantan.

Berbeda dengan Mori Motonari, lelaki dingin yang hanya peduli dengan kesempurnaan dan keberhasilan. Meskipun mereka memiliki ikatan kekeluargaan, kepribadian mereka bagaikan air dan minyak. Sampai kapanpun mereka tidak bisa akrab.

Chosokabe melirik kearah Ieyasu duduk. "Yaah aku juga menyukai bocah dari Kai itu, tapi Ieyasu..." di tengah pembicaraan, matanya bersinar tajam dan mendingin. "Kalau kau terlalu menyayanginya lebih baik kau segera menyeretnya kemari. Bakal jadi masalah kalau kau tidak bisa membunuhnya di saat kau harus membunuhnya," lanjutnya.

"Dari awal kompetesi ini bukan permainan anak-anak. Aku yakin Sanada menyadarinya." Kali ini Kojuro mengungkapkan pikirannya. "Membawa seseorang masuk ke dalam kubu hanya karena perasaan juga sama tidak baiknya. Terlebih lagi kita semua tahu siapa sebenarnya Sanada. Dia tidak akan semudah itu untuk mengkhianati Mitsunari."

Ieyasu mengangguk setuju, senyumannya mengembang semakin lebar. "Sedikit di sayangkan karena kita tidak bisa bertemu Sanada untuk beberapa saat kan?" katanya dengan suara riang.

"Kau... Tidak mendengarkan penjelasan Kojuro ya?" tanya Masamune dengan malas. Ieyasu lebih keras kepala daripada kelihatannya. "Apalagi apa maksudmu dengan kita? Jangan samakan aku denganmu."

"Oh kau benar. Kau masih punya banyak kesempatan untuk bertemu dengan Sanada," balas Ieyasu yang masih terlewat santai. "Dalam pertempuran ini aku akan kerepotan menangani Mitsunari dan Chosokabe masih harus berurusan dengan Mori...."

"....Kau ingin aku mengurusi Sanada kan?" tebak Masamune dengan wajah datar.

Sekali lagi Ieyasu mengangguk mantap. "Sesuai keinginan mu kan?" katanya dengan tatapan penuh arti. "Aku tidak memintamu untuk tidak membunuhnya karena aku yakin dia tidak akan semudah itu untuk di bunuh," lanjutnya lalu pindah pandangan kearah Chosokabe, memberikan jawaban tidak langsung terhadap keraguan pria bersurai perak yang sebelumnya.

Beberapa saat mereka bertukar pandang. Chosokabe bergidik bahu, menunjukan dirinya tidak keberatan atas keputusan Ieyasu. Masamune dan Kojuro tidak mengatakan apapun pula.

Sesi pertama menuju awal mula kompetesi telah selesai. Kurang lebih kedua kubu sudah mengetahui sebaiknya mereka pergi kemana.

OXO

Sasuke masuk ke dalam kamar Yukimura. Pemuda berikat kepala merah itu duduk di meja belajarnya, membolak-balik halaman demi halaman buku di depannya.

Nampaknya si macan muda sedang tidak bisa berkonsentrasi terhadap pelajarannya. Kalau seperti ini terus Yukimura bisa terlambat mengumpulkan tugasnya atau berakhir dengan nilai yang anjlok.

Sasuke diam, mengamati gerak-gerik tuannya yang tambah frustasi. Saat ini kegelisahan yang di alami Yukimura sangatlah di butuhkan. Dibandingkan urusan pendidikan formal pemuda tersebut, kompetesi ini jauh lebih penting dari apapun.

Tidak hanya kebanggaan dan gelar namun kompetesi ini membawa nyawa para pesertanya.

Seperti keluarga Date, Mori, dan Chosokabe. Keluarga Takeda juga punya alasan lain ketimbang hadiah utama kompetesi ini. Saat ini hanya Sasuke yang mengetahui alasan tersebut. Shingen bukan tidak mempercayai Yukimura namun beliau hanya tidak ingin menambahkan beban lain terhadap anak asuhnya.

Yukimura adalah pemuda yang polos, cara berpikirnya sangatlah sederhana. Ia hidup dengan mengandalkan kekuatan dan insting, bagaikan babi hutan yang melindungi wilayahnya. Maka karna itu, tugas yang rumit dan bertele-tele lebih baik di serahkan kepada Sasuke yang dikatakan seperti gagak hitam di malam hari.

Sasuke tersenyum simpul. "Danna," panggilnya yang langsung membuat Yukimura menoleh ke belakang. "Apa yang membuatmu gelisah? Ini bukan pertama kalinya kau bertarung...." tanyanya.

Meskipun tidak terlihat demikian. Mungkin tidak sebanyak Sasuke namun Yukimura telah membunuh banyak orang. Di mata orang normal, bisnis mereka sangatlah biasa namun tidak pernah ada yang membayangkan di baliknya.

Perusahan satu dan yang lainnya, setiap harinya selalu berselisih. Demi kekayaan dan kejayaan, nyawa para pemimpin perusahaan selalu menjadi taruhannya.

Sebagai tangan kanan Takeda Shingen, banyak hal yang di kerjakan oleh Yukimura. Dari melindungi tuannya sampai menjadi pion keberhasilan keluarganya.

Kemampuan Yukimura tidak kalah dari kandidat yang lainnya. Namun ada hal lain yang mengganjal perasaan pemuda itu saar ini.

"Sasuke..." Yukimura memutar tubuhnya, menghadap langsung ke arah lelaki yan beberapa tahun lebih tua daripadanya. "Sudah lama aku tidak dikirim dalam medan pertemuran seperti ini. Mungkin aku terdengar egois tapi...."

Pupil Sasuke melebar saat bertemu pandang dengan mata Yukimura yang bersinar bagaikan terbakar. "Danna..." Sasuke menghela nafas panjang. "Pada akhirnya kau sama saja dengan mereka, maniak perang."

To be Continue. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top