06. What The Power Is


"Danna," Sasuke yang duduk di seberang terlihat bosan. "Tidak sepertimu untuk seharian penuh duduk di dalam ruangan," omelnya sambil memukul meja dengan sebuah pena.

"Sebentar lagi ulangan tengah semester," balas Yukimura tanpa mengalihkan pandangan dari buku paket Fisikanya. "Kau janji akan mengajariku kan?"

"Ukh," Sasuke berwajah masam. "Aku memang bilang begitu tapi kau bukan tipe yang perlu belajar sekeras ini, meskipun itu FISIKA!"

"pfft..." Yukimura terkekeh geli, wajahnya merah karena menahan tawanya. "Padahal biasanya kau mengomeli ku habis-habisan di pelajaran ini dan sekarang kau bilang aku tidak perlu belajar keras?" tanyanya seraya mengangkat salah satu alisnya.

"Otakmu lebih encer daripada kelihatannya," balas Sasuke sambil cemberut. Padahal beberapa hari ini setelah kepulangannya Yukimura tidak pernah tertawa dan sekarang pemuda itu menertawakannya!

"Apaan sih hahaha," Yukimura tertawa. "Bukannya yang tidak biasanya itu malah kau sendiri? Memujiku seperti ini."

"A-aku tidak sedang memujimu!" Sasuke berusaha membela dirinya, sekarang wajahnya memerah. Dia senang kalau Yukimura sudah bisa kembali tersenyum tapi rasanya ia sedang mempermalukan dirinya sendiri—seolah-olah pemuda itu yang sedang menjahilinya.

Yukimura menutup bukunya. "Kalau begitu mau menemaniku jalan-jalan?" tawar pemuda itu tiba-tiba, sambil merapikan seluruh peralatan belajarnya.

"Ja-jalan?" Sasuke dibuatnya binggung. Biasanya pemuda itu minta ditemani latihan, tapi jalan-jalan itu...Mau kemana?

"Apa Danna berniat keluar mansion?"

Yukimura menggeleng. "Aku mau lihat-lihat bengkel Chosokabe-dono."

Tanpa sepengetahuan Sasuke si pria berpenampilan 'seperti' bajak laut itu mengajak Yukimura melihat-lihat bengkelnya. Tentu saja Sasuke harus ikut, selama dia berada di mansion ini ia harus mengawasi Yukimura selama mungkin.

Terutama jika ada nyamuk yang mendekati tuan mudanya. Sasuke tidak ingin terlihat posesif tapi kenyataannya ia memang demikian,

Kalau saja ia mengetahui kenyataan jika Ieyasu malam-malam datang ke kamar Yukimura dan menyatakan rasa suka pada pemuda tersebut—Entah apa yang akan dilakukannya.

Bengkel Chosokabe ada di bagian belakang mansion, tidak jauh dari bangunan dojo.

Bangunan bengkel tersebut tidak terlalu besar dan terlihat semakin sempit karena berbagai barang rongsokan berukuran besar. Kerdus-kerdus tertumpuk tinggi, bercak-bercak dan bau oli hitam memenuhi ruangan. Bahkan dari kejauhan suara bising mesin dapat terdengar.

Tempat itu benar-benar terbanding terbalik dari bangunan utama mansion.

"Chosokabe-dono?"

Yukimura mengintip dari celah pintu. Sasuke berdiri di belakangnya, ikut mengintip dari balik tubuh tuannya. Pria ninja itu melotot terkejut, tiba-tiba saja sebuah benda tajam melesat ke arah mereka. Sasuke menarik Yukimura ke belakangnya dan segera menangkap benda berbahaya tersebut sebelum ujungnya mengenai dahinya.

Benda itu rupanya anak panah.

Yukimura dan Sasuke bersama menatap benda tersebut dengan heran. Mengingat pengalaman mereka, hal ini terjadi karena seseorang menyerang mereka. Apakah Chosokabe akhirnya berniat menyakiti Yukimura?

Sasuke jadi sebal sendiri. Pria bersurai merah itu mematahkan anak panah di tangannya lalu membuka pintu bengkel dengan kasar. Kali ini Yukimura ikut di belakang, tidak mengatakan apapun. Di saat seperti ini Sasuke sangat galak, kalau ia membantah ia akan kena omelan panjang kali lebar.

Ruangan tersebut remang. Meskipun di siang hari tempat tersebut tidak tertembus matahari, sangat lembab. "Chosokabe Motochika no danna dimana kau?" serunya sambil melihat-lihat sekeliling.

"...Siapa yang menyerang kita?" bisik Yukimura sendirian. Ia yakin kalau penyerangnya bukan Chosokabe. Selama ini ia memiliki hubungan yang baik dengan pria tersebut, terlebih lagi Chosokabe bukanlah pengecut yang suka melakukan serangan kejutan sambil bersembunyi.

Tentu saja ia tidak bisa mengutarakan pemikirannya tersebut pada Sasuke, si pria ninja itu akan mengejeknya sebagai bocah naif.

"Danna tetaplah dibelakangku," titah Sasuke dengan tatapan tajam. Yukimura menurutinya tanpa menurunkan kewaspadaannya pula.

Tidak lama kemudian terdengar suara barang berjatuhan lalu diikuti suara familiar Chosokabe. "Eh? Tu-tunggu apa yang sedang kau lakukan!?" pria itu seperti sedang berbicara dengan seseorang, arahnya berasal dari balik tumpukan rongsokan besi.

Sasuke memutar tubuhnya ke arah tersebut bersamaan dengan tangannya menuntun tubuh Yukimura untuk tetap menempel ke punggungnya. Sesuai dugaannya tak lama kemudian sebuah anak panah yang sama melesat ke arahnya, kali ini lima buah sekaligus.

Sasuke menangkisnya dengan kunai yang selama ini disimpannya sambil melangkah mundur, ia bisa bergerak bebas karena Yukimura dapat mengikuti gerakannya dan tetap di belakangnya.

"Ranmaru!" sekali lagi teriakan Chosokabe terdengar. "Berapa kali kubilang untuk tidak menyerang orang sembarangan!?"

Yukimura menaikan salah satu alisnya. "Ranmaru?" Sedangkan Sasuke menghela nafas panjang, ia mulai paham apa yang sedang terjadi di sini.

Lampu menyala, Sasuke yang menekan saklarnya. Akhirnya mereka menemukan Chosokabe di tengah ruangan yang sedang mengangkat tubuh anak kecil.

"Lepaskan aku! Mereka berhasil menghindari semua seranganku, apa yang kau khawatirkan?" omel anak tersebut sambil meronta-ronta.

"Bodoh! Kau tetap tidak boleh menyerang orang seenaknya tahu!" tegur Chosokabe, masih tidak melepaskan cengkramannya.

"A-anu," Yukimura mengulurkan tangannya, mencoba menarik perhatian keduanya. "Chosokabe-dono anak ini..."

"Oh Sanada dan Sarutobi!" akhirnya Motochika menyadari kedatangan kedua tamunya. " Maafkan kelakuan anak ini," ujarnya terlihat kewalahan. "Dia keponakanku."

"Keponakanmu!?" seru Yukimura dan Sasuke bersamaan, sungguh terkejut.

Motochika mengangguk. "Sana minta maaf dan juga jangan lupa perkenalkan dirimu," mintanya sambil menurunkan anak bernama Ranmaru itu.

Ranmaru menoleh sebentar ke Chosokabe, mengembungkan pipinya dan cemberut.

Chosokabemengabaikannya malah pria tersebut memelototinya, menyuruhnya cepat melakukan apa yang dimintanya tadi.

"Namaku Mori Ranmaru," kata anak itu ogah-ogahan. Ia bahkan tidak mengatakannya sambil melihat Yukimura ataupun Sasuke, tidak minta maaf pula.

"O-oh namamu Mori Ranmaru," Yukimura tersenyum canggung melihat Chosokabe yang sudah geram dengan anak tersebut. Ranmaru masih acuh tak acuh, berdiri sambil meletakan kedua tangannya di belakang kepala.

"Tidak kusangka Chosokabe-dono sudah punya keponakan," ujarnya cepat agar Chosokabe membatalkan niatnya untuk menjitak kepala anak bengal tersebut.

Sasuke menyeringai jahil. "jii-san huh?" ejeknya.

"Dia anak kakak ku!" jelas Chosokabe risih. Kenapa semua orang selalu mengejeknya hanya karena ia sudah punya keponakan?

"Tapi tadi dia bilang kalau dia berasal dari keluarga Mori." Sasuke menunjuk Ranmaru. "Jangan bilang kalau sebenarnya kau dan Mori no danna bersaudara?"

Motochika terdiam, nampaknya ia tidak bisa menjawab pertanyaan Sasuke.

"Ouch!" Yukimura menyikut perut samping Sasuke, secara tidak langsung memarahinya karena telah bertanya sesuatu yang tidak penting.

Sasuke mengosok-gosok bagian yang di sikut sambil memasang wajah masam, ada perasaan cemburu yang aneh karena Yukimura yang biasanya pekok alias tidak peka kini dapat membaca perasaan Chosokabe.

"Chosokabe-dono memang jenius dalam hal mesin ya."

Yukimura berjalan mengitari ruangan, mengamati setiap mesin-mesin asing ciptaan Chosokabe. Ia mengatakannya demi mengalihkan topik dan kembali ke tujuan awalnya, yaitu: jalan-jalan.

"E-enggak kok." Motochika jadi canggung. Ia segera mengikuti Yukimura, berjalan di sebelah pemuda tersebut sambil mulai mengoceh menjelaskan segala ciptaannya yang unik.

Sasuke ditinggal bersama Ranmaru, mereka berdua saling menatap tidak suka.

"Mengenai yang tadi." Tidak disangka Ranmaru memulai pembicaraan. "Motonari juga merupakan pamanku tapi dari sisi ibuku," terangnya. "Kau pasti tahu hubungan mereka berdua kan?"

Sasuke memutar bola matanya malas. "Jangan remehkan aku," ujarnya sambil menaruh kedua tangannya ke dalam saku celana. "Informasi seperti itu tidak akan luput dariku. Aku cuma sedikit mengerjai pamanmu itu."

OXO

Di dunia ini tidak selamanya berjalan di jalan yang terang, terkadang untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan adanya pengorbanan. Dunia ini bukan lah tempat yang bersih dan bercahaya, karena dengan adanya cahaya maka munculah bayangan.

Yakuza adalah kelompok lain yang muncul setelah selesainya era Samurai. Dibandingkan jalan hidup Samurai yang dianggap kuno, Yakuza muncul sebagai sekelompok orang yang dianggap melenceng dari norma yang ada.

Yakuza menguasai dunia bawah, dan saling memperebutkan wilayah kekuasaan. Pada jaman dulu setiap panglima dan jendral melakukannya dan dianggap sebagai pahlawan, namun sekarang 'perang' tersebut ada di dunia bawah, di tempat tersembunyi dimana orang sipil tidak ada yang mengetahuinya.

Pada jaman modern ini manusia beranggapan jika dunia telah menjadi damai. Tidak ada kesengsaraan, tidak ada penderitaan, hanya ada kemakmuran, akhirnya setiap orang bisa menjadi sebuah individu yang bebas.

Kenyataannya perang bertumpahkan darah tidak pernah berhenti.

Klan Chosokabe dan Mori adalah dua keluarga Yakuza terbesar se-Jepang. Jika Chosokabe di timur, maka Mori ada di barat. Sejak pada Jaman Showa kedua klan besar ini saling memperebutkan wilayah.

Chosokabe memiliki jalur penjualan Norkoba dan senjata terbesar di Asia timur. Berkat pernikahan kakak laki-laki Motochika dan kakak perempuan Motonari, sekarang jalur tersebut terbagi rata sebagai bukti janji persaudaraan kedua klan yang sudah lama saling bersaing ini.

Sayangnya perjanjian tersebut tidak bisa diterima oleh kedua keluarga secara menyeluruh. Terutama para sesepuh di klan Chosokabe. Mereka menolak keras keputusan tersebut dan menimbulkan banyak konflik Internal, menyebabkan anak laki-laki tertua Chosokabe ditolak untuk menjadi kepala klan.

Mereka berharap pada Motochika yang berusia 18 tahun. Semuanya mengira jika remaja berandalan seperti dirinya akan menuruti para orang tua itu.

Motochika memang menyayangkan berkurangnya jalur perdagangan mereka. Perbuatan kakaknya memang membawa kerugian besar bagi klannya, mereka telah kehilangan seperempat dari penghasilan biasa mereka.

Namun sebagai seorang adik, ia ingin menghargai keputusan kakaknya. Apalagi perjanjian tersebut juga membawa keuntungan lain. Karena jalur perdagangan dibagi menjadi rata, sudah tidak ada lagi preman-preman jalanan yang menyelundupkan narkoba dari wilayah lain, korban perkelahian juga berkurang, dan dengan bekerja sama mereka dapat mengurangi resiko tertangkap pihak berwenang.

Pada awalnya narkoba adalah obat biasa, yang menjadi terlarang karena disalah gunakan. Barang tersebut disalah gunakan oleh orang yang salah pula, kenyataannya jika berada si tangan yang benar obat tersebut akan menjadi obat biasa.

Mori mempunyai wilayah besar yang dipakainya sebagai pasar gelap. Semenjak mendapatkan setengah dari jalur perdagangan Chosokabe, mereka mendapatkan untung yang lebih besar.

Banyak yang membutuhkan bahan kimia tersebut, dari para preman bodoh yang tidak memahami kegunaannya sampai para dokter ahli dari rumah sakit terkenal.

Selain narkotika, barang-barang ilegal juga banyak dipakai dalam bisnis mereka. Organ tubuh, senjata, manusia, minuman keras, informasi, dan sebagainya. Tidak ada di dunia ini yang tidak bisa diambil keuntungannya.

Mengenyampingkan keuntungan yang didapat. Klan Mori masih tidak puas dengan perjanjian yang dibuat.

Permasalahannya adalah harga diri mereka yang terlalu tinggi. Klan Mori tidak menginginkan 'pemberian' apapun dari klan Chosokabe.

Motonari adalah salah satu pihak yang menolak pernikahan kakak perempuannya, sebaliknya ayah mereka menyetujuinya. Dibandingkan Motonari yang dingin dan sekeras es batu, ayah mereka adalah orang yang hangat, baginya kebahagian anaknya dan kesejahteraan klannya adalah segalanya.

Peduli setan dengan harga diri, bisa saja pernikahan kakak perempuannya adalah jalan menuju kedamaian antar dua klan.

Mungkin begitu pikir beliau, mendiang kepala klan yang terdahulu.

Setelah ayahnya meninggal karena sakit, Motonari naik sebagai kepala klan. Saat itu usianya hanyalah 15 tahun dan Motochika sudah menjadi kepala klan selama 3 tahun.

Motonari mengusir kakak perempuannya dari klan lalu membuat gerakan bertanda gagalnya perjanjian mereka. Motochika menyadarinya namun belum sepenuhnya dapat mengantisipasinya.

Sekali lagi, dunia tidak selamanya terang.

Basara Company membutuhkan jalur perdagangannya. Chosokabe kenalan lama perusahaan ini, dari masa Oda sampai Tokugawa. Begitu juga dengan klan Mori, pasar gelap mereka selalu menstabilkan perekonomian.

Itulah sebabnya kedua klan tersebut di undang dalam kompetisi.

Chosokabe dan Mori tidak peduli dengan kekayaan perusahaan Basara, inti perekonomian Jepang. Mereka mengikutinya lantaran ingin menyelesaikan urusan klan mereka sendiri, tentang perjanjian persaudaraan mereka.

Motochika berniat mempertahankannya demi keluarga kecil kakak laki-lakinya, sementara Motonari ingin memutuskannya dengan alasan kakak perempuannya sudah bukan bagian dari klan.

Motonari ingin kemenangan mutlak, dimana klan Chosokabe musnah dan mereka menjadi satu-satunya klan Yakuza di wilayah perdagangan, dunia bawah akan menjadi sepenuhnya milik mereka.

Tapi perjanjian tersebut menghalanginya. Adanya perjanjian itu membuatnya tidak bisa menyerang Chosokabe begitu saja.

Kompetisi ini merupakan kesempatan mereka untuk mengakhiri permasalahan ini. Chosokabe Motochika bergabung di sisi Tokugawa sedangkan Mori Motonari di sisi Ishida. Ieyasu mengenal kakak laki-laki Motochika dan berteman baik dengannya, alasan yang lebih dari cukup untuk bertarung di sisi kuning. Sedangkan Motonari memilih sisi unggu karena keluarga Ishida cukup berpengaruh di dunia bawah, beberapa kelompok kecil yang merupakan pengikut lama Hideyoshi sekarang banyak yang menjalankan bisnis di dunia bawah.

Secara pribadi Motonari tidak berencana membantu Mitsunari sama sekali, pikirannya hanya dipenuhi dengan menghancurkan klan Chosokabe dan mendapatkan seluruh jalur perdagangan. Membuat Yoshitsugu, bawahan setia Mitsunari mewaspadainya.

Mau bagaimanapun perang sebentar lagi akan meletus diantara mereka. Sanada Yukimura adalah pion terakhir yang belum bergerak, setelah pemuda itu dapat mengambil keputusannya, hari-hari damai di mansion akan menghilang, entah sampai ada lagi kandidat baru yang datang atau berakhirnya pertarungan mereka.

OXO

Makan malam telah siap, hidangan 9 porsi ramen sudah tertata rapi di meja makan. Ieyasu dan Chosokabe tidak mempermasalah menu makan malam mereka, namun yang lain duduk mematung sambil memandangi mangkok masing-masing.

Masamune adalah orang pertama yang protes. "Sanada, apa-apaan ini!?" teriaknya sambil memukul meja, hampir membuat gelas minum Ieyasu yang duduk di sebelahnya tumpah.

"Ramen," jawab Yukimura singkat sembari mengangkat sumpitnya, mau bagaiamana pun si naga mata satu protes, ia akan tetap makan. "Ini permintaan Ranmaru. Toh, ini juga bukan ramen instan."

"Danna bahkan sampai membuat sendiri mie nya," timpal Sasuke. "Sayur-sayurnya juga pakai yang ada di kebun Katakura no nii-san," jelasnya untuk membela tuannya.

Mori meletakan sumpitnya. Ia memandang Ranmaru yang di sebelah Chosokabe dengan tatapan sedingin es. "Ranmaru sejak kapan kau datang?" tanyanya.

"Tadi siang," jawab Ranmaru di tengah mengunyah mienya. Anak itu sudah kebal dengan tatapan dingin pamannya yang satu itu. "Hari ini aku mau menginap di kamar Motochika."

"Chosokabe," geram Motonari pada Motochika. "Berhenti memanjakannya!"

"Aku tidak memanjakannya!" sangkal pria bersurai perak itu dengan tatapan memelas. "Dia sendiri yang seenaknya datang..." keluhnya.

Mitsunari tersenyum tipis. "Kalian seperti pasangan yang main rumah-rumahan," sindirnya sinis.

"APA KATAMU!?"

Serentak kedua 'paman' mendobrak meja. Ieyasu yang pertama tertawa terbahak-bahak pada reaksi keduanya. "Memang, daripada paman bukannya lebih seperti suami-istri?" Setelah itu Masamune yang menambahinya, menuang minyak pada api.

"Kalian harus belajar bersahabat hahaha." Sasuke tidak mau kalah. Kelihatannya dia memang sedikit sensi dengan Chosokabe. Langsung saja perkataannya itu mendapatkan tusukan sikut dari Yukimura.

"Sasuke," geram pemuda itu sambil menunduk.

"Aku cuma bercanda danna." Sasuke masih sedikit tertawa di balik telapak tangannya yang tertumpu diatas meja. "Jarang-jarang kita bisa makan bersama."

"Memang sih." Yukimura bersandar pada kursinya dengan kedua tangan masih berada di atas meja, ia memandang isi mangkoknya yang tinggal setengah.

"Hari ini...Terima kasih sudah melindungiku," ucapnya malu-malu. Akhir-akhir ini Sasuke sering keluar karena tugas, seperti yang dikatakan pria itu sudah lama mereka tidak makan satu meja.

"Sudah tugasku Danna," balas Sasuke lembut. Pria itu mengusap puncak kepala pemuda yang duduk di sebelahnya tersebut.

"Aku bukan anak kecil lagi!" protes Yukimura sambil memegangi kepalanya. "Apalagi aku masih marah padamu..."

Senyum Sasuke menghilang. "Marah kenapa?"

Yukimura melirik sinis. "Kau pasti tahu!" Tanpa sadar ia menaikan volume suaranya. Ruangan itu menjadi hening, kini seluruh perhatian terarah pada remaja tersebut.

"Kalian kelihatannya asyik sendiri," ujar Masamune yangsedari tadi sudah memperhatikan mereka berdua, namun baru sekarang dia buka mulut. Kojuro di sebelahnya bisa merasakan aura bad mood tuannya itu.

"Bukan urusan Date-dono," jawab Yukimura sambil membuang mukanya. Pemuda itu Cuma bersikap seperti itu dengan Masamune, membuat si pria mata satu itu tersinggung. Ieyasu terkekeh geli, terbanding terbalik dengan Masamune ia merasa Yukimura yang seperti itu terlihat manis.

Kojuro menghela nafas. "Sanada nanti aku akan membantumu cuci piring," ujar pria berbekas luka itu sebelum beranjak dari kursinya dan membawa piringnya sendiri ke dapur.

"Terima kasih atas bantuannya Katakura-dono!" seru Yukimura dari tempatnya. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa tuan dan bawahannya bisa bagaikan langit dan bumi?

OXO

Mitsunari ada di teras memandangi taman di tengah malam. Pria berkulit pucat tersebut duduk sambil menikmati secawan sake. Malam yang sepi dan dingin. Angin dengan mudahnya menembus kimono putih yang dikenakannya.

Ia sudah cukup banyak minum, ini sudah botol sake keduanya. Kulit bagai persolennya bersinar di bawah sinar rembulan. Pria itu meneguk setiap tetes sake demi melupakan rasa kesepiannya. Di saat ia sendirian, kenangan indah masa-masa kejayaan Hideyoshi dan Hanbei selalu muncul. Hatinya bagai rumah kosong tak berpenghuni.

Cukup lama Mitsunari meratapi nasibnya yang telah ditinggal untuk selamanya oleh majikannya. Ia mendengar suara langkah kaki. Dua orang berada tidak jauh dari lokasinya, sedang berdebat.

"Kau menyembunyikan segalanya dariku!"

Yukimura jadi keras kepala setelah Sasuke memberitahunya kalau ia mengetahui tentang amnesia yang diidap oleh pemuda tersebut, dan menolak penjelasannya.

"Aku sungguh kecewa padamu!" Yukimura berniat kabur lagi tapi kali ini Sasuke mencegahnya.

Sasuke menarik lengan pemuda itu dan menariknya. "Danna seharusnya juga mengetahuinya!" Ia berusaha menahan volume suaranya, ini tengah malam. Tapi ia masih ingin memberikan penekanan, ia ingin membuat tuan mudanya mengerti. Suaranya terdengar sedikit serak. "Semua orang membicarakannya bagaimana bisa kau tidak mendengarnya!"

Yukimura mengigit bibir bawahnya, ia melotot pada Sasuke tapi di saat bersamaan ia membeku. Sasuke melanjutkan. "Itu kau sendiri yang tidak mendengarkannya, kau tidak ingin mengakuinya."

Apa yang dikatakan Sasuke benar. Selama ini, terutama saat ia kecil. Semua orang di sekelilingnya selalu berbisik-bisik: "Kasihan sekali anak itu hilang ingatan karena syok." Kabar itu selalu menjadi topik pembicaraan di sekelilingnya, tentu saja Sasuke yang selalu bersamanya turut mendengarkannya.

"Kupikir itu Cuma gosip karena selama ini kulihat kau baik-baik saja." Akhirnya Sasuke melepaskan tangan Yukimura. Cengkraman tangannya terlalu kuat sampai meninggalkan cap merah. "Danna, kau yakin kalau kau memang hilang ingatan? Atau selama ini kau mencoba menghilangkan ingatan dimasa itu?"

Tubuh Yukimura mengigil. "Sasuke aku...aku." Pemuda itu jadi kebingungan. Dadanya berdebar kencang, rasa takut mulai menyelimutinya. Yukimura berjongkok sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Tetes demi tetes air matanya jatuh ke lantai kayu.

Melihatnya Sasuke merasa iba. Berada di hadapan orang yang disayanginya sedang kesusahan, ia sendiri jadi ingin ikut menangis. Ia tidak meneteskan air mata, hanya saja hatinya terkoyak.

"Sanada Yukimura," suara pihak ketiga mengagetkan keduanya. Entah sejak kapan Mitsunari berdiri diantara mereka. "Apa benar kau telah memalsukan ingatanmu? Pura-pura hilang ingatan, tindakan yang menyedihkan."

Tatapan maut Mitsunari membuat suasana semakin berat. Sasuke segera berdiri di depan Mitsunari, melindungi Yukimura. "Ishida no danna ini perkiraanku saja," katanya sambil berusaha menutupi kegugupannya sendiri."Danna orang yang jujur tidak mungkin ia membohongimu."

Mitsunari menutup matanya sejenak. "Sanada Yukimura jawab aku." Ia membuka matanya, Sasuke di abaikannya. "Menurutmu, apa itu kekuatan?"

Sasuke melemaskan tubuhnya, kelihatannya Mitsunari sedang mempemasalahkan hal lain. Yukimura mendongak setelah mengusap air matanya. "Kekuatan adalah sesuatu yang dapat melindungi apa yang berharga bagi kita," jawabnya.

"Berkat kekuatan Hideyoshi-sama kau masih bisa hidup sampai detik ini," ujar Mitsunari. "Berterima kasihlah pada beliau dengan bertarung di sisiku."

Sebelumnya Ieyasu yang mengajaknya sekarang Mitsunari. Ajakan pria bermata elang itu tidak sehalus Ieyasu tapi ajakannya membuat debaran lain di dadanya. Ishida Mitsunari membawa Ideologi kekuatan adalah segalanya, pria yang merupakan warisan dari semangat dari mendiang Toyotomi Hideyoshi.

Mitsunari mengulurkan tangannya membuat Sasuke bergerak kesamping, membiarkannya saling berhadapan dengan Yukimura. "Aku tidak menerima penolakan Sanada," tambahnya untuk menambah aura mengintimidasinya.

Sasuke menunggu. Ia sendiri penasaran dengan keputusan yang dibuat Yukimura. Di luar dugaan pemuda itu tersenyum. "Kelompok kalian selalu suka main paksa," ujarnya tapi tetap menerima uluran tangan Mitsunari.

Senyuman Mitsunari mengembang. "Tanpa kekuatan kau tidak akan bisa melindungi apapun." Ia manarik Yukimura membantu pemuda itu untuk berdiri.

"Sanada Yukimura mulai hari ini bergabung dalam kubu Ishida!"

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top