05. The Bond Our Bond


10 tahun yang lalu Takeda Shingen membawa seorang anak laki-laki ke rumahnya. Anak laki-laki itu kurus dan lusuh tapi matanya menunjukan semangat yang membara. Mungkin karena sorot mata tersebut yang membuat Shingen tertarik untuk membawanya pulang, bahkan menjadikannya ahli waris kekayaan Takeda.

Anak laki-laki itu bernama Sanada Genjirou Yukimura, keturunan klan Sanada yang hampir musnah. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang keberadaannya entah dimana atau bagaimana. Saat ini semuanya percaya jika keturunan Sanada hanyalah dirinya.

Sasuke sangat tertarik padanya karena kesamaan nasib mereka, sebagai keturunan terakhir dari sebuah keluarga yang memiliki masa kejayaannya dan berakhir hancur secara tragis.

Takeda Shingen membentuk aliansi dengan keluarga Tokugawa. Saat itu Ieyasu masih ada di ada di SMP, satu angkatan dengan Sasuke, meskipun mereka tidak saling mengenal pada saat itu.

Hari itu adalah saat-saat yang damai, dimana mereka tidak perlu memikirkan urusan rumit seperti perang dan kemenangan, mereka hanyalah remaja nakal yang belum tahu susahnya dunia.

Tahun itu, di awal musim semi. Pohon sakura di taman kediaman Takeda Shingen sedang mekar dengan indahnya, ketika angin bertiup sedikit bunganya rontok dan berterbangan menghiasi langit biru.

Pada saat itu Ieyasu sedang berkunjung bersama dengan kedua orang tuanya. Sementara kedua orang tuanya bersama dengan Shingen, ia berkeliaran sendirian dan akhirnya sampai ke taman tersebut. Di sana ia tidak bisa melupakannya. Ia bertemu dengan seorang anak kecil yang berdiri tepat di bawah pohon sakura, sedang mendongak dan melebarkan kedua tangannya. Helai demi helai bunga menjatuhi wajah anak itu, beberapa tersangkut di rambut coklat kemerahannya, memberikan warna kontras yang indah.

Akhirnya pandangan mereka bertemu. Anak itu tersenyum padanya lalu bersembunyi di balik pohon. "Oyakata-sama bilang jangan berbicara dengan orang asing," kata anak itu dari balik pohon.

Ieyasu mulai mempercayai adanya takdir. Hatinya seperti sedang meleleh, wajahnya terasa begitu panas. Kenapa ia bisa sampai seperti ini hanya setelah melihat seorang anak kecil yang sedang bermain di taman?

Ieyasu tidak pernah menemukan jawabannya.

Setelah kematian Hideyoshi, aliansi Tokugawa dan Takeda berakhir. Ieyasu tidak pernah bertemu lagi dengan anak itu. Semakin beranjak dewasa ia jadi semakin sibuk untuk menjadi ahli waris Basara Company, bahkan untuk memimpikan kenangan tersebut dia tidak sempat.

Kekacauan terjadi kembali, keluarga yang dulunya merupakan anak buah Hideyoshi kembali menyerang. Belum lama ini pendapatan Basara Company mengalami penurunan karena adanya gelombang pasar yang diciptakan berbagai perusahaan asing yang tiba-tiba saja memenuhi Jepang.

Kestabilan ekonomi mulai hancur dan Basara Company terpaksa untuk mengganti ahli warisnya.

Ieyasu hanyalah lulusan SMA, ia tidak melanjutkan pendidikannya dan malah memilih menjadi atlit olahraga boxing. Meski demikian orang tuanya masih memilihnya sebagai ahli waris dan memberikan pelatihan khusus padanya.

Sebelumnya tidak ada masalah dengan membiarkan Ieyasu memegang seluruh saham perusahaan di usia muda, namun karena kemunculan Mitsunari yang memiliki potensi yang lebih besar darinya, terpaksa mereka mengadakan kompotesi dimana Yukimura dan yang lainnya harus ikut serta.

Generasi mereka bagaikan sebuah alat pertaruhan, apalagi partisipasi keluarga lainnya hanya untuk membuat permainan ini terlihat lebih adil. Pada dasarnya pion yang paling penting hanyalah Ieyasu dan Mitsunari.

Hasilnya mereka semua terbagi menjadi dua kubu. Kandidat lainnya memiliki latar belakang yang jelas untuk memilih bergabung ke kubu mana, namun Yukimura? Pemuda itu tidak memiliki alasan yang jelas untuk masuk ke kubu mana, itulah yang membuat eksistensinya sangat berbeda dengan yang lainnya.

Takeda Shingen bukan lah tuannya yang sebenarnya, melainkan Toyotomi Hideyoshi lah.

Pemuda itu harus menentukan nasibnya sendiri.

OXO

"Haah..."

Pemuda ber-kimono coklat itu menghela nafas sendirian di kamarnya. Sebuah lampu meja, bercahaya remang ke-jinggaan menerangi ruangan berinterior tradisional. Sanada Yukimura galau. Ia baru saja mandi, membiarkan rambutnya yang panjang sepinggul terurai dalam keadaan setengah kering. Dia mengabaikannya, bahkan melupakan rasa kedinginannya. Ia tidak menyadari jika tubuhnya sedikit menggigil lantaran perbuatan angin dingin yang menyelip masuk melalui sela-sela jendela dan pintu geser.

Sepanjang malam ia hanya duduk di pojokan, ditemani oleh bayangannya sendiri. Sasuke pergi disaat yang tidak tepat, di saat seperti ini seharusnya kepada siapa dirinya bisa melampiaskan kegelisahannya?

Tadi siang Mitsunari memberitahunya jika selama ini ia mengalami amnesia, dia selama ini ternyata hidup hanya dengan separuh ingatannya. Kalau saja ada Sasuke pasti ia langsung mempertanyakan kebenarannya, kepada pria yang sudah dianggapnya seperti kakaknya sendiri itu.

"Sasuke pasti tahu sesuatu," gumam Yukimura sendirian seraya memeluk kedua kakinya lebih erat. "Tapi, kalau memang ia mengetahui sesuatu. Bukannya berarti selama ini ia menyembunyikan segalanya dariku?"

Jika memang benar, hatinya pasti akan hancur. Rasanya seperti sudah di khianati.

Tidak lama kemudian pemuda itu mendengar suara langkah semakin dekat, bayangan familiar muncul dari balik pintu gesernya. "Sanada," orang itu memanggil. Suaranya yang ramah kini terdengar berat, terdengar jauh lebih serius, dan lagi pria itu tidak memanggilnya dengan panggilan Yuki-kun.

Orang itu adalah orang terakhir yang ingin ditemui Yukimura saat ini. Pemuda itu diam, tidak menjawab panggilan dari luar. Ia berharap kalau orang itu mengira nya sudah tidur dan menyerah untuk menemuinya.

"...Permisi." Namun perkiraannya meleset. Orang itu menggeser pintunya dan melangkah masuk tanpa seijinnya. Yukimura enggan melihatnya, ia menoleh pada arah yang berlawanan dari tempat Ieyasu berdiri.

"Tokugawa-dono ada urusan apa?" tanya Yukimura dingin. Pemuda itu berbicara lebih lirih dan lemah daripada biasanya. Sikap ini bukan kepribadian pemuda berjiwa panas seperti dirinya, tapi mau bagaimana lagi, sebagai manusia ia juga memiliki saat-saat dimana dirinya merasa lemah dan tidak berdaya.

Tidak ada yang bisa dilakukannya pada kondisi amnesianya. Sudah lebih dari 10 tahun berlalu, ia masih belum mendapatkan ingatannya. Kenangan-kenangannya telah musnah atau mungkin ia sendiri yang menyembunyikannya, tidak ada yang yakin. Pastinya waktu sudah berlalu terlalu lama, itu artinya sudah mustahil untuk mengembalikan potongan memori yang sudah hilang tersebut.

Ingatannya adalah kunci dari keputusannya mengenai caranya bertarung melawan kandidat lain—Ia harus memutuskannya sendiri karena Takeda Shingen bukanlah tuannya yang sebenarnya.

Mungkin kenyataan yang paling menyakitinya adalah hal tersebut.

"Sanada Yukimura bergabunglah bersamaku," ujar Ieyasu tiba-tiba. Pria berjaket kuning itu mendekati Yukimura dan berlutut di depannya, mereka berdua saling bertatapan mata. "Mengingat kepribadianmu kau pasti menolak jalan pikiran Hideyoshi."

Yukimura melotot. "Tokugawa-dono kau pasti sudah tahu situasi ku," balas pemuda itu. Ieyasu mengangguk mantap, membuat Yukimura mengepalkan kedua tangannya erat.

"Waktu Shingen-kou memungutmu kita pernah bertemu sekali." Ieyasu mengulurkan tangannya, mengambil sejumput rambut Yukimura. Mata pria itu bersinar lembut, terlihat sedang prihatin. "Rambutmu masih basah," komennya sebelum mencium surai yang ada di telapak tangannya.

Spontan wajah Yukimura memerah.

"Dari dulu kau selalu membiarkan rambutmu tumbuh panjang. Jujur saja, waktu itu kukira kau anak perempuan."

Ieyasu tersenyum lembut padanya. Senyuman itu memiliki daya tarik yang menyerupai Shingen, terlebih lagi sorot mata penuh semangat pria tersebut.

"Yukimura," panggilnya untuk pertama kalinya. Ieyasu menariknya jatuh kedalam pelukan erat. "Waktu itu aku jatuh cinta padamu dan sekarang aku jatuh cinta padamu kembali," ujar pria itu diringi oleh suara tawa yang terdengar renyah. "Perasaan ini, apalagi kalau bukan cinta?"

Yukimura membeku. Pemuda itu tidak bisa mengatakan apapun, ini semua terlalu tiba-tiba.

"Oleh sebab itu. Kuharap kau bersedia bertarung di sisiku," bisik Ieyasu tepat di sebelah telinga kirinya. Mereka terlalu dekat, Yukimura tidak bisa bergerak.

Bagi Yukimura yang tidak pernah mengenal cinta, terlebih menurutnya perasaan tersebut adalah hal tabu di medan perang, ia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Jantung berdetak kencang, rasanya sedikit membuatnya takut dan binggung di saat yang sama.

"Tokugawa-dono kau terlalu dekat," ujar Yukimura sambil berusaha menjauhkan wajahnya pada Ieyasu yang semakin lama semakin dekat. Jarak sedekat ini, bahkan Sasuke tidak pernah sedekat ini.

Pemuda itu jadi panik, ia jadi tidak kuasa menahan air matanya.

"Kumohon beri aku waktu..." bisik Yukimura sambil menundukan kepalanya, ia berusaha menyembunyikan air matanya yang berlahan jatuh, tetes demi tetes.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku tersesat dan tidak tahu harus pergi kemana." Yukimura mencengkram jaket Ieyasu. "Tidak seperti kalian, aku adalah orang yang kabur dari masa laluku sendiri, aku melupakannya!"

Ieyasu nampak terkejut lalu wajahnya kembali melembut. Tangannya yang besar menepuk puncak kepala Yukimura, lalu ia mencium pipi kanan pemuda tersebut. "Meskipun jika pada akhirnya kau tidak memilihku pun. Perasaan ku tidak akan berubah," katanya tersenyum lembut. "Karena kita bukanlah musuh, ikatan kita lebih dalam daripada itu."

OXO

Akhirnya Yukimura tertidur lelap diatas futonnya. Ieyasu masih belum kembali ke kamarnya, ia masih duduk di samping pemuda itu dan mengamati wajahnya.

Sorot matanya penuh kasih sayang, sesekali tangannya memainkan rambut Yukimura. Melihat wajah polos pemuda itu ketika tidur rasanya gemas sekali.

Terdengar suara benturan kecil. Sedari tadi mereka membiarkan pintu ruangan terbuka seperempat. Ieyasu segera menyadarinya ketika seseorang berdiri di depan ruangan.

"Apa kau butuh sesuatu?" tanyanya pada sosok tersebut.

"Cuma kebetulan lewat," jawab sosok itu. Meskipun berkata demikian sosok itu membuka pintu lebih lebar dan masuk seenaknya. Masamune melihat Yukimura yang sedang tidur untuk beberapa saat, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Sanada Yukimura tujuanmu kan?" tanya Ieyasu lalu beranjak berdiri. "Dia baru saja tidur."

"Hmm..." Masamune hanya berdehem menanggapinya, ia tidak menyangkal.

Kamarnya hanya berjarak tiga kamar dari kamar Yukimura dan tanpa sengaja ia melewati ruangan ini. Setelah menemukan lampu yang masih menyala dan pintu yang sedikit terbuka, ia hanya penasaran dan mencoba mengintip. Siapa sangka ia akan menemukan Ieyasu dan Yukimura yang sedang tidur?

Hal ini membuat perasaannya campur aduk, ia sendiri tidak memahami alasannya. Sebenarnya ia ingin bertanya tapi tidak tahu harus bertanya apa, dan kenapa ia ingin tahu?

Sanada Yukimura berpotensi besar masuk ke kubu Mitsunari, terlebih lagi ia baru saja mengenal Yukimura, tidak ada haknya untuk ikut campur urusan pribadi pemuda tersebut.

Keluarga Date bersama dengan Tokugawa, dulunya adalah aliansi Toyotomi Hideyoshi dan mereka semua berada dibawah naungan Oda Nobunaga.

Oda Nobunaga, pria yang konon katanya akan menguasai seluruh perekonomian Jepang itu, yang berencana membuat pasar monopoli, akhirnya bangkrut karena kesalahan asistennya. Setelah itu Hideyoshi memimpin, kekuasannya tidak jauh berbeda dengan Oda Nobunaga. Saat itu, keluarga Date yang dari dulu memiliki potensial yang besar membuka usahanya sendiri, sementara Tokugawa bergabung dengan keluarga lainnya.

Dan disanalah kejatuhan masa-masa kepemimpinan Hideyoshi. Tokugawa di pilih sebagai pemimpin baru setelahnya karena mereka adalah keturunan kerajaan, terlebih lagi mereka adalah pelakor utama pemberontakan kepada Hideyoshi.

Masamune memang sudah ditakdirkan masuk ke kubu Ieyasu, tapi ia berencana melakukan segalanya sendirian, sebagaimana cara pendahulunya.

"Sanada Yukimura, bagaimana pendapatmu mengenainya?" Ieyasu bertanya pada Masamune. Pria bermata satu itu lengah untuk sesaat, melihat si jaket kuning dengan tatapan binggung. Masamune tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku baru mengenalnya," jawab Masamune. "Kau sendiri kelihatannya sangat menyukainya," tambahnya sambil melemparkan pandangannya kembali ke sosok Yukimura yang tidur pulas. "Kebalikan darimu aku ingin ia berada di kubu Mitsunari jadi aku bisa berduel dengannya."

Ieyasu terkekeh. "Kau terlihat senang sekali ketika melawannya," balasnya. "Padahal biasanya wajahmu jutek, tidak jauh berbeda dengan Mitsunari."

"Well, aku tidak bisa menyangkalnya." Masamune duluan keluar dari kamar dan diikuti Ieyasu di belakang.

Sebelum Masamune berjalan menuju kamarnya sendiri, Ieyasu memanggilnya.

Masamune menoleh ke belakang. "Aku sangat menyukai Sanada Yukimura," tiba-tiba saja Ieyasu memberitahunya akan hal tersebut.

"Kau memang sudah banyak mengatakannya," balas Masamune remeh seraya memasukan salah satu tangannya ke lengan baju kimononya. "Dan kau yang paling tahu jika tidak hanya kau yang merasa demikian pada bocah itu," lanjutnya lalu kembali berjalan, menjauh dari Ieyasu.

OXO

Saat di ambang kehancurannya keluarga Sanada terbagi menjadi dua. Keluarga tersebut mempunyai dua anak laki-laki dan untuk mencegah kepunahan garis keluarga, mereka memisahkan kakak-adik tersebut ke dua kubu yang berbeda.

Kakak Yukimura lah yang seharusnya ada di sisi Shingen namun anak tersebut tidak pernah muncul, sementara Yukimura yang dikirim ke tempat Hideyoshi di saat yang tidak tepat.

Yukimura dirawat oleh keluarga Toyotomi dari bayi, ia diperlakukan sangat baik seperti tuan muda di rumah tersebut. Nasibnya sedikit lebih beruntung daripada kakaknya yang menghilang, namun tidak lama kemudian takdir berkata lain. Keluarga Sanada kembali ke ambang kehancurannya bersama dengan kematian Hideyoshi.

Saat itu terjadi kebakaran hebat di kediaman Totoyomi dan Hideyoshi sang kepala keluarga mengalami luka berat karenanya. Pria itu sekarat dan meninggal tidak lama kemudian.

Hideyoshi sangat menyayangi siapapun yang ada di pihaknya, tidak terkecuali Yukimura. Ketika semua anggota kubunya terpecah belah hanya Yukimura sendiri yang tidak punya tempat kembali—untuk hal itu, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Hideyoshi sudah memerintah salah satu bawahannya yang bernama Yoshitsugu.

Perintahnya adalah untuk menyembunyikan Yukimura di tempat yang aman, dimana kehidupan anak tersebut selalu terjamin. Akhirnya Yoshitsugu menitipkan Yukimura pada petani tua yang sudah dibayarnya, ia meminta pak tua itu untuk mengaku sebagai kerabat jauh anak tersebut.

Yukimura percaya begitu saja, terlebih ia tidak mengingat apapun sebelum ia berada di rumah petani tersebut. Pada saat itu umurnya masih kecil sekali, ia pasti mengalami syok berat yang membuatnya melupakan segalanya di hari tersebut.

Setelah kakek itu meninggal, Yukimura diambil oleh Shingen dan mengangkatnya menjadi ahli waris kekayaan Takeda.

Takeda Shingen tidak punya anak kandung, pria itu pasti punya alasannya sendiri untuk memilih Yukimura sebagai penerusnya.

Latar belakang Yukimura sangatlah spesial, mengingat dia adalah satu-satunya kandidat yang pernah berada di dua kubu. Nasib tersebut membuat pemuda itu merasa bimbang dan gelisah, sebenarnya kemana ia harus membalas budi?

Dirinya yang sekarang ada berkat bantuan Hideyoshi dan Shingen adalah sosok yang merawatnya dan merupakan idolanya sekarang.

Sanada Yukimura, keputusan ada di tanganmu. Ia sudah ada di usia dimana ia harus memutuskan sesuatu yang penting sendirian, tanpa harus mengekor di balik bayangan raksasa milik Shingen maupun orang lain.

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top