3.8 Kembali

KeyB baru saja mendengar adanya kecelakaan antar mobil di dekat kampus. Ia langsung melajukan mobil hitamnya ke rumah sakit terdekat.

"Gw nggak berguna," ucap KeyB lirih.

"Ridwan... loe nggak boleh sampai mati," lanjutnya.

Hanya menempuh 30 menit, mobil hitam KeyB tiba di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobil, ia segera menuju ke ruang informasi.

"Sore Mbak, ada yang bisa saya bantu." kata petugas informasi ramah.

"Mbak, korban kecelakaan atas nama Ridwan di rawat di ruang apa?" tanya KeyB.

"Owh... Pasien atas nama Ridwan ada di ruang ICU." jawab petugas infomarsi.

"Terima kasih Mbak," balas KeyB.

Tanpa menunggu jawaban, KeyB langsung pergi meninggalkan ruang informasi. Sepanjang perjalanan ia terus berdoa untuk keselamatan sahabatnya.

Tibalah ia di ruang ICU. Petugas polisi dan perawat tak memperbolehkannya untuk masuk. Ridwan sedang di tangani oleh dokter serta perawat.

"Ridwan... sorry gw nggak berguna," ucap KeyB lirih.

Baru pertama kali ia menangis. Sesedih itukah KeyB atas keselamatan Ridwan sebagai sahabat atau lebih?

Hanya KeyB dan Tuhan saja yang tahu. KeyB duduk di sebelah pintu ruang ICU. Ia berusaha menghubungi teman-teman lainnya untuk segera kemari.

Group The Mistery 👻 (7)

KeyB🔮
Guys! Ada berita buruk. Ridwan kecelakaan dan sekarang dia berada di rumah sakit Jakarta. Dia lagi ditangani sama dokter dan perawat di ruang ICU.

Gw tunggu kalian di sini...

Bastian🎥
Hah?
Oke, gw sama Ruth otw sekarang.

Ruth😺
Semoga Ridwan baik-baik saja 😭😭

Malvin🎭
Gw lagi ada kelas. Nanti selesai langsung otw ke sana.

Vanya🌸
Aiban 😭
Maaf aku masih di kampus. Tiba-tiba saja Marsha pingsan. Semoga saja aku bisa ke sana walau agak telat.

KeyB🔮
Terima kasih 😊

KeyB tersenyum tipis. Setidaknya teman-temannya masih saling peduli dengan Ridwan walau tak bisa seperti dulu.

🚑🚑🚑🚑🚑

Zalfa sudah terlihat rapi. Ia bercermin sesekali memakai perias di wajah agar tak terlihat bekas ia menangis.

"Oke, aku mau menjenguk Ridwan dan meminta maaf." ucap Zalfa penuh tekad.

Drtt!

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Saat ia lihat adalah grup chat TM.

"Tumben berisik," gumamnya.

Saat ia melihat isi chat di grup. Setetes liquid bening keluar dari bola mata yang indah.

"Beginikah rasanya sakit? Aku nggak mau sampai harus memecah ikatan persahabatan demi perasaan cinta." ucap Zalfa lirih.

Dadanya terasa sesak. Ia sampai tak mampu menahan beban tubuhnya sendiri.

"Hiks... aku memang tak pantas berada di sisinya. Sudah ada wanita lain yang lebih pantas untuknya." ucap Zalfa lirih. Ia semakin terisak.

Dan ia memilih untuk mengurung diri kembali di kamar. Di tempat ia bisa mencurahkan isi hatinya sepuas yang ia mau.

"Ridwan..."

😭😭😭😭😭

Darly bersama Andy menatap pintu ruang rumah sakit. Keduanya sedang berduka atas meninggalnya seorang sahabat.

"Kak Ina... hiks... kenapa dia juga harus tewas?" tangis pecah dari sosok Darly. Walau ia tak begitu dekat Ina, ia masih menganggapnya sebagai kakak perempuannya sendiri.

Andi mengelus punggung Darly lembut. Ia harus kuat di depannya walau ia juga rapuh.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan saat ini. Tetapi kita tidak boleh bersedih terus." ucap Andi lembut.

"Iya," jawab Darly pelan.

Tak lama ketiga orang lainnya tiba di ruang jenazah. Angel yang pertama kali mendekati mereka.

"Apa benar Ina sudah mati?" tanyanya memastikan.

Keduanya hanya menganggukan kepala kecil. Angel pun tak dapat menahan tangis.

"Gila! Ini benar-benar nggak masuk akal!" seru Rio keras.

"Woii jangan berisik! Ingat tempat!" sahut kekasih Angel.

Rio menatap tajam. Ia mengepalkan kedua tangan erat.

"Sudah tiga korban! Loe tahu kan?" serunya emosi.

"Sudah... jangan bertengkar di saat seperti ini!" kata Darly mencoba melerai.

"Hmm... benar apa yang dikatakan Darly." ujar Andi.

Angel memeluk erat kekasihnya. Saat ini ia hanya butuh tempat untuk berlindung.

"Ini semua gara-gara permainan itu! Kenapa gw bisa terjebak lagi?" batin Angel emosi.

"Ky, sebaiknya kita bicarakan ini di tempat lain." saran Andi.

"Oke! Loe mau ikut nggak?" tanya Eky, nama sang kekasih Angel.

"Hmm..."

Semuanya pun memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit. Mereka akan menuju ke suatu tempat yang pas untuk membicarakan hal di luar nalar manusia.

😱😱😱😱😱

Di alam mimpi...

Seorang wanita bertubuh mungil berlarian menyusuri lorong kampus. Ia terus berlari tanpa mempedulikan sosok bayangan hitam di belakang.

Suasana malam purnama yang begitu terang sekaligus menakutkan membuat ia semakin tak karuan.

"Kau jangan lari!" seru sosok bayangan hitam.

Ia terlihat melayang-layang di atas. Tak nampak sepasang kaki, namun sebuah jubah hitam yang bergoyang-goyang.

"Tidak! Jangan mengejarku!" seru wanita itu.

"Hahaha... kau takkan bisa lari dariku." balas sosok hitam.

"Ahhh! Siapapun tolong aku!" jerit wanita itu histeris.

Nafasnya sudah tersenggal-senggal. Ia sudah tak kuat untuk berlari lagi. Namun, bayangan hitam itu tak menyerah mengejarnya.

Wanita itu berhenti. Ia memilih bersembunyi di balik pohon besar.

"Owh... kau mau main petak umpet denganku. Aku siap untuk menangkapmu."

"Semoga dia tak menemukan-"

"Ketemu! Kau harus menuruti semua permainanku, kalau tidak... teman-temanmu akan mati!" bisik sosok bayangan hitam.

"Ahhh! Tidak! Aku nggak mau mengikuti permainanmu itu! Aku juga tak mau teman-temanku mati!" seru wanita itu ketakutan.

Sosok bayangan hitam menyeringai. Ia membuat udara di sekitar menjadi panas.

"Kamu harus mengikuti, Marsha. Atau temanmu yang bernama Ridwan akan mati! Hahahaha...."

Marsha terdiam. Setelah mendengar perkataan tentang Ridwan. Ia berpikir keras di dalam hati.

"Bagaimana?" tanya sosok bayangan hitam itu.

"Ba-baik, aku akan mengikuti permainanmu. Tapi... jangan sakiti teman-temanku!" jawab Marsha akhirnya.

Sosok bayangan itu menyeringai semakin lebar. "Kamu memang anak yang penurut."

Tiba-tiba sosok bayangan itu menghilang. Marsha menghela napas lega.

"Akhirnya... Ahhh!"

Di Ruang UKS....

"Ahhh!"

Suara jeritan Marsha membuat Alif dan Vanya segera menghampirinya. Keringat bercucuran membasahi wajah dan badannya.

"Ayo kamu minum air putih ini dulu." kata Vanya lembut.

Marsha mengambil segelas air putih. Ia meminum hingga habis.

"Sudah baikan?" tanya Alif. Ia mengelus lembut rambut sang kekasih.

"Iya, terima kasih." jawab Marsha.

Alif menghela napas lega. Namun tidak untuk Vanya, daritadi ia merasa resah tak karuan.

"Loe kenapa Van?" tanya Alif jengah melihat tingkah lakunya.

"Gw baru saja dapat berita gawat. Ridwan... dia kecelakaan dan sekarang lagi di rawat di ruang ICU." jawab Vanya sedih.

Deg!

Detak jantung Marsha berdebar kencang. Mimpi yang ia baru saja alami benar adanya.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang!" seru Marsha tiba-tiba.

"Tapi... kamu baru saja sadar." sahut Alif.

"Aku sudah baikan kok." balas Marsha tersenyum menyakinkan.

"Oke, ayo kita ke rumah sakit." kata Alif menyerah. Ia tak mau sampai Marsha kenapa-kenapa, tetapi ia juga prihatin dengan keadaan Ridwan.

"Kita naik mobil loe aja, Lif." saran Vanya.

Alif menganggukan kepala kecil. Kedua wanita itu segera mengikuti kemana Alif pergi menuju parkiran mobil.

"Gw harus kembali menyelesaikan teror ini. Gw nggak mau sampai orang-orang sekitar gw menderita apalagi sampai mati terbunuh oleh sosok bayangan hitam itu." batin Marsha resah.

"Sebenarnya apa yang loe sembunyiin dari kita, Sha?" batin Alif bertanya-tanya. Ia mengetahui bahwa sang kekasih menyembunyikan sesuatu.

"Semoga AIban nggak kenapa-kenapa." batin Vanya berdoa.

Mereka pun sudah berada di dalam mobil. Mobil merah milik Alif melaju ke jalan raya menuju arah rumah sakit Jakarta.

😊😊😊😊😊

👻👻👻👻😈😈😱😱😱😱😈😈👻👻👻👻

Hai!

Hari ini saya update dua kali nih...

Semoga kalian tambah terhibur dengan cerita TM.

Bila ada saran silahkan beritahu saja hehe...

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!

(29/08/2018)"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top