3.7 Heboh

Prang!!

Baru saja sebuah gelas kaca terjatuh dari gengaman seseorang. Saat di bersihkan pecahan kaca menggores jarinya. Cairan kental merah keluar dari luka gores.

"Kenapa ini?" tanya seorang pria.

Ia merasakan sebuah firasat buruk. Tapi, ia tak tahu hal itu apa.

"Semoga ini hanya perasaan saja." gumamnya.

Setelah membereskan semua pecahan kaca, pria tersebut memilih untuk mengambil gelas lain. Ia duduk di salah satu meja di pinggir kolam renang.

Menikmati makan siang dengan di temani hembusan angin dan terik matahari. "Perasaan gw kok nggak tenang gini ya,"

Ia pun membuang pikiran negatif jauh-jauh. Ia tak mau sampai hal itu terjadi.

Drrtt!!

Suara getaran ponsel membuyarkan lamunannya. Pria itu langsung meraih ponsel miliknya.

"Dinda, tumben dia telepon." ucap pria tersebut bingung.

Saat akan mengangkat telepon. Sosok bayangan hitam melintas cepat di depannya.

"Ehh!"

😱😱😱😱😱

Waktu telah menjelang sore. Ketiga mahasiswa/i kampus Bhineka berkumpul di taman kampus.

"Van, loe nggak ada kepikiran buat cari pacar?" tanya Marsha.

"Hah? Pacar?" sahut Vanya memasang wajah bengong.

"Hahaha... wajah loe Van, pengen banget gw tampol." ledek Alif.

Vanya melirik tajam Alif. Ia pun tak segan untuk menginjak kaki pria itu keras.

"Arghh! Sakit woii!" seru Alif kesakitan.

"Syukurin!"

Marsha hanya tertawa kecil. Ia merasa harinya semakin bahagia. Tidak ada lagi masalah hantu ataupun teror yang akan mereka selidiki.

"Cejo, jawab pertanyaan aku." kata Marsha.

"Hmm... untuk sekarang nggak dulu deh." jawab Vanya cuek.

"Bilang saja nggak laku!" sahut Alif meledek.

Dan akhirnya momen kejar-kejaran ala Tom & Jerry terjadi. Alif berusaha lari dari kejaran Vanya yang sudah memegang sebelah sepatunya.

Saat Marsha berusaha menghentikannya. Tiba-tiba hembusan angin yang besar menerpa wajahnya.

Bulu kuduknya berdiri sendiri. Tubuhnya gemetaran hebat.

"Kenapa gw jadi merinding nya?" gumam Marsha bertanya-tanya. Ia melihat sekelilingnya tetapi tak terjadi hal yang aneh.

Whuzzz!!

Sekelebat bayangan hitam melintas cepat di hadapannya. Tubuh Marsha terdiam kaku. Ia terlihat sangat takut.

"Ahhh!" jeritnya kencang.

Saat itulah Marsha kehilangan kesadaran dan tubuhnya lemas. Alif dan Vanya yang mendengar jeritan Marsha langsung menghampirinya.

"Ahh! Syukurlah!" kata Alif agak lega berhasil menangkap Marsha.

Vanya sangat panik. "Ayo cepat bawa dia ke ruang UKS!" serunya.

"Iya, loe bawa tas Marsha." sahut Alif menggendong Marsha ala bride style.

Vanya mengikuti dari belakang. Ia juga merasakan hawa tak enak di sekitarnya.

"Semoga Marsha nggak kenapa-kenapa." batin Vanya panik.

🤔🤔🤔🤔🤔

Devin berjalan seorang diri. Ia daritadi merasakan perasaan tak enak. Namun, entah apa yang ia rasakan.

Tiba-tiba ia melihat sosok wanita berbaju putih kembali. Sosok wanita itu berjalan menyusuri lorong kampus.

"Gw harus ikuti dia." seru Devin. Ia merasa ada sesuatu hal yang membuat dirinya harus mengikuti sosok wanita tersebut.

Beberapa menit kemudian...

Sosok wanita itu berhenti di depan sebuah pintu. Di atasnya tertulis ruang gudang.

Devin bersembunyi di balik tembok. "Kenapa dia berhenti di gudang?" tanyanya penasaran. Pasalnya gudang adalah tempat dimana para anggota The Mistery biasa berkumpul.

Sosok wanita itu masuk ke dalam gudang dengan menembus pintu. Hal itu tak membuat Devin terkejut.

"Apa gw masuk ke dalam juga? Tapi..."

Devin merasa ragu dan bingung. Tetapi akhirnya ia memilih untuk masuk ke dalam membuang rasa egonya.

Saat akan masuk ke dalam. Pintu gudang terbuka. Di sana terdapat dua mahasiswa yang sepertinya akan keluar.

Devin di buat terkejut. Ia merasa seperti seorang penjahat yang sudah tertangkap basah.

"Loh! Bukannya loe Devin ya." ucap Ruth heran.

Bastian yang berdiri di sebelahnya menaikan sebelah alis. "Ada apa loe kemari?" tanyanya tajam.

Ia masih ingat betul dengan pembicaraan mereka sebelumnya. Dan itu membuat Bastian merasa aneh dengan sosok pria yang berusaha untuk menjauhkan para anggota The Mistery.

"Gw..."

"Mampus dah gw!" batin Devin sweatdrop.

"Gw kenapa?" tanya Bastian.

Ruth mencoba membaca pikiran Devin. Ia tersenyum tipis sesekali heran.

"Gw cuma ma-"

"Loe pasti habis ngikutin sosok hantu masuk ke dalam sini kan?" potong Ruth.

Devin semakin diam membeku. Ia sudah ketahuan dan wanita di depannya seperti tahu betul apa isi pikiran dirinya.

"Iya! Sorry gw harus pergi!" serunya.

Ia pun langsung pergi meninggalkan sepasang kekasih. Rasanya ia ingin mengubur dirinya di tanah sekarang.

"Hahaha... lucu banget mukanya," tawa keluar dari Ruth.

"Lucu? Jadi kamu suka sama dia gitu?" sahut Bastian dengan nada tak suka.

"Ihh! Kobas kok bicara kaya gitu. Enggak kok." balas Ruth cemberut.

"Hahaha... kamu lucu deh kalau lagi cemberut." goda Bastian.

Ia mencupit kedua pipi Ruth gemas. Lalu keduanya memutuskan untuk meninggalkan gudang.

"Devin..."

Sosok wanita menatap kepergian mereka sendu. Ia pun menghilang.

👻👻👻👻👻

Kerumunan warga maupun mahasiswa kampus memenuhi lokasi kejadian kecelakaan. Baru saja dua mobil saling bertabrakan cukup kencang.

"Kasihan banget," komentar salah satu kerumanan.

Tak lama beberapa mobil polisi dan  dua buah ambulance datang. Para kerumunan membukakan jalan untuk mereka.

Polisi segera mengamankan korban. Mereka berhasil mengeluarkan sosok pria bertubuh tinggi. Pria tersebut mengalami luka di bagian kepala dan tangan.

"Cepat bawa korban ke rumah sakit!" seru polisi berkumis.

Petugas kesehatan segera membawa tubuh pria itu di atas tandu. Lalu memasukannya ke dalam ambulance.

"Satu korban lagi belum bisa di keluarkan." lapor seorang polisi berpangkat Briptu.

"Cepat keluarkan! Sebelum mobil ini meledak!" perintah polisi berpangkat bintang dua.

"Baik, Pak!" jawab polisi Briptu tersebut.

Beberapa menit kemudian para polisi berhasil mengeluarkan tubuh korban lainnya. Ia adalah seorang wanita namun nyawanya tak tertolong lagi.

"Dia sudah meninggal." ucap salah satu petugas medis.

"Bawa segera jenazah ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan." perintah pak polisi.

Petugas kesehatan di bantu oleh polisi membawa korban ke dalam ambulance. Dan ambulance sudah melaju cepat meninggalkan lokasi kejadian.

Selang berikutnya mobil pemadam tiba. Para petugas damkar segera mematikan api yang berada di mobil sebelum meledak.

Sekitar 2 jam lokasi kejadian berhasil di amankan. Para kerumunan dihimbau untuk tidak mendekati lokasi kejadian. Banyak wartawan yang berusaha mengambil gambar selama proses penyelamatan.

😥😥😥😥😥

Zalfa sudah berada di dalam kamar. Hari ini ia lalui dengan tak semangat dan perasaan sedih.

"Hiks... apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.

Air mata sudah mulai berjatuhan membasahi kedua pipinya. Ia menangisi perasaannya yang sakit.

Sebuah hembusan angin kencang muncul. Satu bingkai foto miliknya pun terjatuh.

Prank!

"Ada apa ini?"

Tiba-tiba TV di dalam kamarnya menyala sendiri. Pandangan Zalfa teralihkan pada satu acara berita.

"Selamat sore. Telah terjadi kecelakaan di Jalan Pemuda. Lokasi ini dekat dengan Universitas Bhineka. Kecelakaan kali ini telah memakan korban. Satu korban yaitu wanita yang identitasnya belum di ketahui telah tewas di dalam mobil. Sedangkan satu korban lainnya masih dalam perawatan di salah satu rumah sakit. Identitas korban yaitu bernama Ridwan Al Hafidz. Dia merupakan salah satu mahasiswa kampus jurusan Biologi semester 4. Sekian berita sore ini. Sampai jumpa."

Zalfa terdiam. Baru saja ia mendengar berita yang membuat ia semakin menangis. Salah satu korban yang ia kenal sedang dalam perawatan kritis.

"Ridwan..." ucapnya lirih.

😭😭😭😭😭

👻👻👻👻😈😈😱😱😱😱😈😈👻👻👻👻

I come back!

Berjumpa lagi dengan author yang tamvan hehe...

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!

See you...

(29/08/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top