3.2 Mimpi Buruk

Suasana malam yang terang karena cahaya rembulan purnama. Sekelompok remaja berkumpul di salah satu gedung tak terpakai.

Keenam remaja membuat satu lingkaran. Suasana nampak tegang nan sunyi. Tak ada yang berbicara sepatah kata pun.

"Apa nasip kita akan seperti ini?" tanya wanita berambut panjang.

"Entahlah. Hanya takdir yang bisa menjawab." jawab wanita lain berwajah bule.

"Tenanglah. Kita tak boleh sampai putus asa seperti ini." sahut pria berambut biru.

"Hmmm..." gumam pria lain berkulit hitam.

Drtt!

Terdengar suara pesan dari ponsel. Tak ada yang berani mengeluarkan ponsel, hingga salah satupun melakukannya.

Pria berbadan gendut membuka pesan itu dengan gemetaran. Keringat bercucuran membasahi wajah.

"Apa isi pesannya?" tanya wanita berambut keriting panjang penasaran.

Brak!

"Tidak! Aku takkan mau melakukan hal itu!" seru pira gendut histeris. Ekspresinya sangat ketakutan. Sampai-sampai ia membuang ponsel miliknya.

"Apa? Apa isi pesan itu?" tanya pria berkulit hitam.

"Tidak! Aku harus pergi dari sini!" jerit pria gendut keras. Ia pun bangkit berdiri menuju ke arah pintu.

Pria berambut biru sempat mencegahnya, namun tangannya di tepis kasar. Dengan keberanian yang setengah-setengah, wanita berwajah bule mengambil ponsel milik si pria gendut.

Kedua matanya melotot lebar. Hampir saja ia menjatuhkan ponsel bila pria berkulit hitam tak menangkapnya.

"Ini gila!" seru pria berkulit hitam.

Semua pun ikut membaca isi pesan tersebut. Rasa takut langsung menjalar ke seluruh tubuh.

Isi pesannya yaitu...

"Saatnya giliranmu mati! Kamu harus melompat dari gedung. Kalau tidak kirim pesan ini ke temanmu!"

Setelah membaca pesan tersebut. "Dika!" seru pria berambut biru.

"Kita harus menolongnya." sambung wanita berambut keriting.

"Tidak! Lebih baik aku pulang saja!" sahut wanita bule.

"Iya! Biarkan saja dia!" lanjut pria berkulit hitam.

Kedua orang itu memandang temannya tak percaya. Inikah yang dinamakan sahabat.

"Aku... hiks... tidak mau mati... hiks..." tangis pecah dari wanita berambut panjang.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan pria. Mereka sangat mengenal suara tersebut.

"Dika!"

Semua langsung menuju ke arah luar gedung. Kedua bola mata mereka melotot lebar.

Para wanita menangis histeris. Di bawah sana, sosok teman mereka yaitu Dika si pria gendung. Terbaring tak bernyawa lagi dengan wajah tak karuan lagi dan bermandikan darah segar.

Pria berambur biru lirih menatap sahabatnya. Ia langsung memeluk wanita berambut keriting erat seakan tak ingin berpisah darinya.

😱😱😱😱😱

"Dika!"

Devin terbangun dari tidurnya. Baru saja ia mendapatkan mimpi buruk.

Peluh keringat bercucuran membasahi sebagian wajah dan bajunya. Tampak wajah ketakutan dan kesedihan.

"Kenapa gw akhir-akhir ini mimpi buruk?" tanya Devin lirih.

Ia harus mengingat kembali setiap kejadian di masa lalu yang sangat kelam. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Fara... aku kangen sama kamu." ucap Devin lirih.

Keesokan paginya...

Devin memutuskan untuk masuk kuliah. Sebenarnya semenjak ia terbangun di tengah malam, ia tak dapat tidur kembali.

Setiap ingin tidur, setiap itu pula mimpi buruk datang terus-menerus. Mungkin saat ini kedua matanya seperti mata panda.

Devin menatap cermin sejenak. Lalu ia menuju ke halaman rumah. Sang sahabat yaitu Alif sudah datang menjemput.

Tiba-tiba muncul sosok bayangan wanita berbaju putih. Wajahnya sangat pucat. Ia menata Devin sendu.

"Woi Vin, tuh muka kusut amat pagi-pagi," ledek Alif.

Devin tak membalas. Ia harus menahan kantuk.

Pletak!

"Yee, si bocah malah diam bae di ajak ngobrol." kesal Alif. Ia pun harus menjitak kepala Devin lumayan keras.

"Anjir! Sakit bego!" umpat Devin mengelus kepalanya.

"Hahaha... syukurin," tawa Alif tanpa dosa.

"Lagian loe bukan ngajak ngobrol tapi ngeledek!" sahut Devin kesal.

Alif langsung saja menancap gas mobil tanpa membalas kekesalan Devin. Mobil merah melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalan raya menuju kampus tercinta.

🚘🚘🚘🚘🚘

KeyB, wanita si penyuka warna hitam tengah berada di ruang pribadi. Hanya cahaya terang lilin yang menerangi ruangan tersebut.

Ia sedang fokus mengocok kartu Tarot miliknya. Mungkin ia akan meramal sebelum melakukan aktivitas.

Satu kartu KeyB ambil. Ia pun meletakan di atas meja. Terlihat gambar pria berwajah sedih yang di kelilingi oleh bayangan gelap di belakang.

"Hmm... masa lalu yang kelam akan muncul kembali." ucap KeyB datar.

Sebuah seringai tipis terukir indah di bibirnya. Hari yang di tunggu akan segera tiba.

"Sebentar lagi kisah menarik akan terjadi."

"Satu persatu orang-orang terpilih yang memiliki kemampuan khusus akan berkumpul. Setidaknya gw harus menyelesaikan kasus ini." kata KeyB antusias.

KeyB yang memiliki kemampuan meramal masa depan akan semakin meningkat bila semua pemilik kemampuan menjadi satu. Untuk saat ini mungkin belum waktu yang tepat.

"Ini harus segera di laksanakan sebelum bulan purnama merah muncul." gumam KeyB.

KeyB langsung beranjak dari ruangan pribadi. Ia akan menuju ke kampus untuk membahas teror baru yang sudah mulai muncul secara perlahan.

🔮🔮🔮🔮🔮

Ruth berjalan seorang diri. Ia terlihat sangat terburu-buru. Sesekali melirik jam tangan yang menunjukan pukul 08.00.

"Aduh sial! Telat dah gw!" gerutu Ruth.

Ia terus berlari hingga tak sengaja menabrak seorang mahasiswa berkacamata. Keduanya pun terjatuh cukup keras.

"Awwh!" rintih Ruth merasakan sakit di bagian bokong.

Pria yang juga tertabrak tengah sibuk mencari kacamata miliknya yang terlepas. "Aduh, kacamata gw dimana."

Sebuah tangan menjulur ke wajah pria itu. Kacamata yang ia cari sudah berada di tangan Ruth.

"Nih kacamata loe," kata Ruth.

Tanpa menunggu jawaban sang pria, Ruth kembali melanjutkan lomba larinya menuju kelas. Ia tak mempedulikan rasa nyeri di tubuh bekas terjatuh tadi.

Pria itu langsung memakai kacamata kembali. Ia menatap sosok Ruth yang sudah menjauh.

Deg!

"Malaikat tanpa sayap," ucap pria itu tersenyum lebar. Sebelah tangan memegang dada kiri yang berdetak kencang.

Ia juga bangkit berdiri, lalu berjalan menuju ke arah kantin kampus. Mungkin ia akan bertemu dengan seseorang di sana.

Beberapa menit kemudian...

Ruth sudah sampai di depan kelas. Sejenak ia mengatur napasnya.

"Oke! Pertemuan hari ini selesai. Sampai jumpa di kelas berikutnya." kata dosen.

Dosen itu langsung pergi meninggalkan ruang kelas. Ruth bersembunyi di balik tembok.

"Yah kelasnya udah selesai. Mampus dah gw nggak dapat nilai bagus." keluh Ruth sedih.

Marsha keluar dari kelas. Ia melihat sosok sahabat yaitu Ruth yang tengah melamun.

"Ahh, gw kagetin ahh." Ide jail muncul di kepala Marsha.

Satu...

Dua...

Tiga...

"Dorrr!"

Marsha pun berhasil mengagetkan Ruth. Ruth sendiri melompat kecil hingga hampir terjatuh.

"Aahh! Marsha! Bikin gw mati mendadak nih!" seru Ruth kesal. Ia mengelus dadanya pelan.

"Hehehe..."

Si gadis penyuka oreo hanya tertawa kecil. Namun, tawanya langsung menghilang di saat ia melihat penampakan hantu wanita yang berwajah menyeramkan.

"Aaahhh!" jerit Marsha histeris.

Ia langsung lari kencang meninggalkan Ruth. Wanita berwajah mirip kucing menatap heran sahabatnya.

"Lah! Bocah ngapanya?" tanya Ruth.

Ia merasakan bulu kuduknya merinding. "Jangan-jangan Marsha habis lihat hantu lagi!" serunya.

Tanpa menunggu aba-aba, Ruth pun mengambil langkah seribu. Ia menyusul kemana Marsha pergi.

"Hahaha... kamu harus mati!" kata sosok hantu wanita sambil tertawa.

Sosok itu langsung menghilang. Siang hari pun tak menjadi masalah para hantu untuk menampakkan diri.

👻👻👻👻😈😱😱😈😈😱😱😈👻👻👻👻

Holla!

Lama tak jumpa :v

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!

(20/08/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top