3.13 Balas Dendam
Ruth serta Ridwan telah keluar dari bayangan masa lalu. Keduanya nampak terkejut dengan kondisi ruang praktek masak yang berantakan tak karuan.
"Ini... apa yang terja-"
Sebelum Ruth menyelesaikan ucapannya. Terlebih dahulu ia telah tubuhnya di dorong oleh Ridwan.
Jleb!
Tiga buah garpu hampir saja mengenai wajah cantik Ruth. Untunglah Ridwan segera menyadarinya.
Kedua bola mata Ruth melebar. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia masih terlihat shock.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Alif.
Alif sudah berdiri di depan keduanya. Ia mengulurkan tangan sebelah.
Ruth langsung mengapai tangan Alif. Ia pun berdiri diikuti oleh Ridwan.
"Thanks," ucap Ridwan singkat.
"Uthe!" panggil Marsha.
Ia langsung memeluk erat tubuh sahabatnya. Ruth membalas pelukannya. Tubuhnya gemetaran hebat.
"Tenang... semua pasti akan baik-baik saja." bisik Marsha lembut.
"Marsha... gw takut. Ka-kalau tadi Ridwan nggak menolong gw, gw pa-pasti sudah..." ungkap Ruth tak kuat melanjutkan perkataan.
Marsha mengelus pelan pungung Ruth memberikan ketenangan. Ruth tersenyum tipis di balik pelukan.
"Semuanya belum kumpul," ucap KeyB datar.
Ia berjalan menghampiri lainnya. Ia tak menemukan sosok Bastian dan kedua orang yang masuk ke dalam terlebih dahulu.
"Apa kalian juga di perlihatkan masa lalu si hantu koki?" tanya Ridwan.
"Iya, gw sama Marsha sudah tahu siapa identitas sang pembunuh." jawab Alif.
"Siapa?" tanya Ridwan penasaran.
"Namanya Diza," jawab Alif.
Dan jawaban Alif membuat Ridwan terkejut bukan main. Pasalnya ia tahu nama dan ia mengenalnya.
"Ada apa Wan?" tanya KeyB.
Ridwan masih terdiam. Ia masih tak percaya bahwa sosok Diza yang ramah adalah sang pelaku pembunuhan.
"Wan!" panggil Alif membuyarkan lamunan Ridwan.
"Gw kenal Diza. Dia adalah teman setim gw di basket kampus ini." ungkap Ridwan jujur.
Semua pun di buat terkejut. Pantas sana namanya tidak asing di kuping mereka.
"Hmm... kita harus membawanya kemari." seru KeyB.
"Tidak bisa. Masalah kita tak bisa keluar dari sini." sahut Marsha.
Ruth yang berada di dalam pelukan mulai tenang. Ia menatap semua teman-temannya.
Tiba-tiba...
🤔🤔🤔🤔🤔
"Ma-mau apa loe?" tanya seorang pria.
"Aku... hanya... ingin... membalas... dendam..." jawab sang wanita penuh jeda.
Pria itu menatap wanita di depannya. Ia merasa pernah bertemu dengannya.
"Ahh! Loe itu kan cewek yang sama Ridwan!" seru pria itu.
Sang wanita menyeringai kecil. Kedua bola mata berwarna putih jernih.
"Aku adalah Ardi." ucap Zalfa alias Ardi. Saat ini tubuhnya dirasuki oleh hantu koki.
Ia mengeluarkan sebuah pisau. Terlihat ada noda darah yang tertempel di sana.
"Mari kita bermain... Diza." ujar Zalfa.
Diza nama pria tersebut. Ia nampak sangat ketakutan.
Tiba-tiba saja sebuah tangan membekap mulutnya. Ia pun tak sadarkan diri.
Saat terbangun ternyata Diza sudah berada di dalam suatu ruangan. Ia seperti mengenali ruangan tersebut.
"Jangan! Gw nggak mau mati!" bentak Diza.
Ia berusaha melarikan diri. Namun, kakinya tak bisa di gerakan seakan ada rantai besi yang menahannya.
"Hahaha... kau harus menerima balasan dariku." kata Zalfa atau hantu Ardi sambil menjilati pisau.
😱😱😱😱😱
Di salah satu rumah sakit...
Malvin berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ia membawa sebuah bingkisan yang berisi buah-buahan.
Sesekali ia tersenyum tipis sambil menikmati bingkisan yang ia bawa. Sampailah ia di depan salah satu pintu ruang rawat.
"Semoga dia suka," gumam Malvin.
Saat Malvin akan membuka pintu. Ia di buat terkejut dengan pemandangan di depan.
Dor! Dor!
Malvin langsung membuka pintu ruangan. Namun, tak bisa terbuka.
Prank!
Terdengar suara sesuatu terjatuh di dalam ruangan. Sebuah monitor jatuh dengan kerasnya di lantai.
Pasien yang tengah di rawat nampak ketakutan dari raut wajahnya. Air mata sudah jatuh bercucuran dari kedua bola mata.
"Tolong! Siapapun tolong gw!" seru wanita berkulit hitam.
Ia berusaha untuk melarikan diri. Namun, beberapa alat yang menempel di tubuhnya begitu mengganggu pergerakannya.
"Hiks... Ardi, gw mohon jangan bunuh gw." ujar wanita tersebut.
Sosok pria berdiri tak jauh darinya. Tubuhnya yang berlumuran darah begitu menakutkan.
Seringai lebar terukir jelas di bibirnya. Hantu koki atau Ardi menatap intens wanita itu.
(Chindy, mantan hotseat season 1)
"Chindy... kau harus membalas apa yang telah kau perbuat padaku." kata hantu Ardi parau.
"Ng-nggak! Gw nggak pernah bermaksud untuk loe mati!" seru Chindy ketakutan.
Malvin yang melihat di balik jendela luar nampak kesal. Ia menjatuhkan bingkisan buah-buahan yang ia pegang.
"Gawat! Chindy dalam bahaya!" keluh Malvin.
Ia tak bisa melihat sosok hantu Ardi. Ia ambilah cermin kuno miliknya.
Nampak terlihat sosok hantu koki yang berlumuran darah. Ia memegang pisau yang juga ternodai oleh darah.
"Serem amat!" ungkap Malvin menatap ngeri.
Hantu Ardi semakin mendekat ke tempat Chindy terbaring. Linangan air mata tak henti-hentinya keluar dari bola matanya.
"Hiks... Ardi, gw minta maaf apa yang telah gw perbuat kepada loe. Tapi, gw nggak ada niatan buat bunuh loe." kata Chindy jujur.
Seringai hantu Ardi semakin lebar. Ia sangat menyukai ekspresi dari para mantan sahabatnya.
Sebilah pisau ia angkat ke atas. Lalu dalam sekali ayunan, pisau itu menancap tepat di dada kiri atau jantung Chindy.
Darah merembas membasahi pakaian pasien yang dikenakan oleh Chindy. Kondisinya sangat memprihatinkan.
"Maafin gw... Ardi," kata Chindy untuk terakhir kalinya.
Sosok hantu Ardi menghilang setelah membalaskan dendamnya. Pintu ruangan kini bisa terbuka.
Langsung saja Malvin menghampiri tubuh Chindy yang terbaring tak bernyawa lagi.
"Chin... semoga loe tenang di sana." ucap Malvin lirih.
Baru kali ini ia merasakan kehilangan di saat ia mulai jatuh hati kepada sang wanita di depannya. Tak kuasa air mata mengalir keluar tanpa ia mau.
🔪🔪🔪🔪🔪
Tiba-tiba...
Dinda dan Ait muncul di hadapan yang lain. Keduanya nampak kelelahan.
"Dinda!" panggil Alif khawatir. Ia menghampiri adik sepupunya. Marsha mengikuti dari belakang di susul oleh yang lain.
"Kak Alif, Kak Marsha... kenapa kalian ada di sini?" tanya Dinda kaget.
"Aku ke sini karena khawatir sama kamu." jawab Alif. Raut wajahnya begitu cemas dan panik.
"Maafin Dinda ya kak, udah buat kakak cemas." balas Dinda sedih.
Marsha langsung memeluk erat Dinda. Ia tahu saat ini Dinda butuh pengertian.
"Kak, maafin gw nya karena ngajakin Dinda atas kejadian ini." kata Ait gentle.
Ia merasa tak enak dengan kakak dari sepupu Dinda. Ia juga melihat beberapa orang tak di kenal menatapnya intens.
"Hmm..." gumam Alif cuek.
Ridwan maju ke depan. Ia sangat penasaran dengan sosok pria yang tengah berbicara kepada Alif.
"Kita harus cepat pergi dari sini sebelum terlambat!" seru KeyB tiba-tiba.
Baru saja ia mendapatkan sebuah penglihatan di waktu yang akan datang. Ia melihat gambaran bahwa sosok pria tengah di siksa oleh hantu koki.
"Ada apa?" tanya Marsha penasaran.
"Gw melihat bahwa Diza dalam bahaya. Sepertinya ia di bawa oleh hantu koki di suatu ruangan di kampus ini." jawab KeyB.
Niat Ridwan untuk berbicara dengan Ait di urungkan. Saat ini kondisinya sedang dalam keadaan gawat.
"Tapi... Kobas belum muncul juga." ucap Ruth lirih.
Dan orang yang dibicarakan telah tiba. Ia muncul secara mendadak di sebelah sang kekasih.
"Kobas!" seru Ruth senang.
Ia langsung memeluk tubuh Bastian erat seakan tak mau kehilangan. Bastian membalas pelukan itu dengan penuh kasih sayang.
Ketujuh mahasiswa kampus Bhineka mulai mencari keberadaan Diza. Mereka tak tahu dimana Diza di tangkap oleh sang hantu koki alias hantu Ardi.
Ait hanya mengikuti di belakang. Ia tak mau terlalu dekat dengan sosok Ridwan.
"Mungkin ini bukan waktu yang tepat." batin Ait.
👻👻👻👻👻
😱😱😱😱😱👻👻👻👻👻👻😱😱😱😱😱
Hai guys!
Saya kembali lagi hehe...
Maaf baru bisa update lagi.
Cerita ini tentang Teror Hantu Koki akan segera berakhir. So?
Semoga kalian terhibur dan tetap menunggu kelanjutannya...
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!
(12/08/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top