3.10 Penyelidikan (2)
Marsha bergegas menuju ke ruang praktek masak. Ia beberapa kali menabrak orang yang berlalu lalang.
Perasaan makin mencekam di kala hati tak bisa berbohong. Firasat buruk. Itulah yang terbenak dalam pikirannya saat ini.
"Gw harus cepat!" seru Marsha.
"Woi, kalau lari jangan di sini!" omel seorang mahasiswi kesal.
"Huh! Nggak punya mata kali!" umpat mahasiswa lain.
Tiba-tiba saat ia berbelok, Marsha menabrak seseorang. Insiden terjatuh pun tak bisa mereka elakan.
"Awwh!" ringis Marsha memegang punggungnya yang sakit.
Orang yang di tabrak hanya meringis dalam diam. Tercetak jelas dalam wajahnya.
"Marsha/Ridwan!" seru keduanya kompak.
Ridwan berdiri terlebih dahulu. Lalu ia menolong Marsha untuk bangkit berdiri pula.
"Loe kenapa dah harus lari-larian di lorong kampus?" tanya Ridwan heran dengan kelakukan Marsha yang seperti anak kecil.
"Gw buru-buru. Alif dan yang lain dalam bahaya." jawab Marsha lantang.
Kedua bola mata Ridwan membulat sempurna. Hal yang tak dia inginkan pun terjadi.
Ridwan langsung menarik tangan Marsha erat. Marsha yang terkejut dengan kelakuan pria itu hanya bisa pasrah.
"Emang loe tahu mereka dimana?" tanya Marsha berteriak agak kencang.
"Gw tahu. Dan tempat itu jelas sangat berbahaya." jawab Ridwan tak kalah keras.
Ridwan serta Marsha melintasi beberapa ruang agar sampai di tempat tujuan yaitu, ruang praktek masak jurusan Tata Boga. Tempat itu sudah memakan dua korban jiwa dan tiga lainnya terluka.
😱😱😱😱😱
KeyB, Ruth serta Bastian telah berada di depan pintu. Ketiganya sudah mempunyai keputusan bulat.
"Apapun yang terjadi kita harus selalu bersama." kata KeyB berpesan.
Ia merasakan ada sesuatu yang buruk akan menimpa mereka di depan. Walau ia tak dapat penghilatan sedikit pun.
"Siap!" seru Ruth.
"Gw sebagai laki-laki di sini akan selalu menjaga kalian." sahut Bastian lantang.
"Oke, kita masuk sekarang." ucap KeyB.
Ruth menganggukan kepala. Bastian sudah siap dengan kamera SLR-nya.
Saat KeyB memegang ganggang pintu. Ia merasakan sensasi yang aneh.
Klek!
Pintu terbuka lebar. Ketiganya pun masuk ke dalam. Lalu pintu tertutup rapat dengan sendirinya.
Di saat bersamaan Alif muncul dari balik lorong. Ia kehilangan jejak Dinda serta Ait.
"Apa mereka sudah masuk ke dalam?" tanya Alif.
Ia memperhatikan pintu ruang praktek masak yang sudah tertutup. Ia menyakinkan diri untuk masuk ke dalam.
"Alif!"
Namun, suara seseorang yang ia kenal menghentikan aksinya. Alif mencari-cari orang yang memanggilnya.
Senyuman tipis terukir di wajah tampan Alif. Namun, langsung menghilang setelah melihat wanita itu bergandengan tangan dengan seorang pria yang ia kenal pula.
"Marsha," ucap Alif.
"Sorry ya telat." balas Marsha.
"Gw juga baru datang kok." kata Alif.
Marsha merasakan ada yang berbeda dengan nada bicara Alif. "Kenapa dia?" tanyanya bingung.
Saat Marsha melirik tangannya yang belum terlepas oleh pria di sebelahnya. Ia langsung menarik tangannya agak kasar.
"Aku tadi ketemu sama Ridwan. Jadi sekalian ajah aku bawa ke sini." kata Marsha menutupi kecangungan ini.
"Iya. Gapapa kok." sahut Alif.
"Gw rasa kedatangan gw di sini nggak di harapkan." ujar Ridwan tiba-tiba.
Alif menatap Ridwan. Lalu ia menepuk pundak pria itu pelan.
"Santai ajah bro. Gw tahu kenapa loe bisa ikut ke sini." ucap Alif santai.
Ridwan hanya menganggukan kepala kecil. Suasana semakin terasa menegangkan bagi Marsha.
"Dinda kemana?" tanya Marsha mengalihkan pembicaraan.
"Dia sepertinya udah masuk sama temennya." jawab Alif sambil menunjuk ke arah pintu.
"Gw mau masuk." seru Ridwan.
"Yaudah kita bareng saja." sahut Marsha.
"Semoga mereka tidak apa-apa." kata Ridwan.
Alif menaikan alis mata. Ia penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Ridwan tentang 'mereka'.
"Gw ngerasa kalau KeyB dan yang lain juga berada di dalam." ucap Ridwan.
Deg!
Detak jantung Marsha bergetar kencang. Sepertinya hal yang tidak di harapkannya terjadi. Dia masih belum sanggup untuk bertemu dengan yang lain.
"Ayo kita masuk. Perasaan gw semakin nggak enak." seru Alif.
Ia pun membuka pintu perlahan. Lalu ketiganya memantapkan hati untuk masuk ke dalam.
😏😏😏😏😏
Di dunia entah berantah...
Saat Ait dan Dinda masuk ke dalam. Bukannya mereka di ruang praktek masak tetapi malah berada di tempat entah dimana.
"Ini dimana?" tanya Dinda.
"Aku nggak tahu." jawab Ait tenang.
Sebuah cahaya terang muncul di hadapan mereka. Mau tak mau mereka berjalan mengarah ke cahaya tersebut.
Semakin dekat dengan cahaya itu semakin pula cahaya terasa begitu terang. Ait dan Dinda sampai harus memejamkan mata dan bergandengan tangan agar tidak terpisah.
Tiba-tiba cahaya terang itu menghilang di gantikan dengan suasana ruangan yang serba putih. Di sana terdapat berbagai macam alat untuk memasak.
"Ini..." gumam Dinda tak percaya.
"Kita sepertinya masuk ke dimensi lain." kata Ait.
Dinda menolehkan kepala cepat. Ia tak begitu mengerti apa yang di bicarakan oleh pria di sampingnya.
Prank!!
Sebuah peralatan seperti sendok dan garpu berhamburan di lantai. Keduanya terkejut melihat beberapa orang muncul begitu saja di hadapan mereka.
"Si-siapa mereka?" tanya Dinda takut. Ia mengait lengan Ait erat.
"Kamu tenang saja." bisik Ait lembut.
Orang-orang yang tak mereka kenal terlihat sedang berdebat. Dua orang wanita di antara berusaha mencegah ketiga pria.
"Loe apa-apaan sih!" seru pria berkacamata.
"Gw? Pura-pura nggak tahu lagi loe." seru pria berwajah tampan.
"Gw emang gatau apa-apa Diz." balas pria berkacamata bingung.
"Cih! Males gw berteman sama pengkhianat seperti loe!" bentak pria tampan sambil menunjuk tepat ke wajahnya.
Salah satu wanita berdiri di antara keduanya. Air mata sudah bercucuran menghiasi wajah cantiknya.
"Stop! Kalian berdua jangan bertengkar lagi!" lerai wanita itu.
"Iya! Kita semua ini sahabat!" sagut wanita berkulit hitam.
"Cih! Gw nggak mau punya sahabat kaya dia!" tunjuk pria tampan lagi.
Ia pun pergi meninggalkan mereka. Pria berambut keriting yang daritadi hanya diam menyusul pria itu pergi.
"Loe yang sabar ya." kata wanita berambut pendek.
"Iya, gw yakin ini cuma salah paham saja." sambung wanita berkulit hitam.
Keduanya langsung menyusul kemana kedua pria itu pergi. Meninggalkan pria berkacamata seorang diri di sana.
"Gw harus buktiin ini semua demi persahabatan." ucap pria itu tulus.
Pandangan menjadi hitam. Dinda dan Ait mengerjapkan kedua mata.
"Kemana mereka pergi?" tanya Dinda.
"Sepertinya tadi itu hanya sepenggal masa lalu sosok hantu koki." jawab Ait.
Dinda menatap Ait sambil tersenyum tipis. Ia merasa sangat nyaman berdua dengan pria di sebelahnya. Seakan semua masalah dapat terselesaikan dengan mudah dan baik-baik saja.
🔎🔎🔎🔎🔎
Bastian terbangun dari pingsannya. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Gw dimana?" tanyanya entah pada siapa.
Ia melihat kamera SLR-nya di dekat ia pingsan. Lalu ia mencari keberadaan dua wanita yang tadi bersamanya.
"Ruth! KeyB! Kalian dimana?" seruan Bastian begitu menggema.
Tak ada jawaban. Sepertinya ia berada sendirian di sana.
"Ini aneh. Bukannya gw tadi bertiga kenapa sekarang cuma sendirian." gumam Bastian heran.
Ia pun memutuskan untuk mencari keberadaan kedua wanita itu. Tentu saja sambil merekam.
Di dalam penglihatan lensa kameranya merekam sesuatu yang terlihat mencurigakan. Sosok bayangan bertopeng yang membawa sebilah pisau daging.
"Ehh!"
Bastian terkejut. Ia menghentikan rekamanan untuk melihat, tetapi tidak ada apa-apa di sana. Hanya nuansa putih yang dipenuhi berbagai macam peralatan masak.
Saat ia melihat kembali lewat lensa SLR. Ia melihat sosok bayangan bertopeng itu mengacungkan pisau daging kepada seseorang dari belakang.
"Ehh! Ini aneh!" gumam Bastian heran.
Ia pun memutuskan untuk melihat menggunakan lensa kamera yang bisa merekam segala hal yang tak bisa dilihat oleh kasat mata biasa saja.
🎥🎥🎥🎥🎥
😱😱😱😱😱👻👻👻👻👻👻😱😱😱😱😱
Hallo saya kembali lagi. Hari ini spesial saya update sebanyak 3kali hehe...
Kenapa bisa begitu?
Karena besok ada hari spesial untuk saya sendiri 😀😀😀 #Abaikan
So?
Kemungkinan besok tidak update sepertinya... 😢😢😢
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!
(05/08/2018)'"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top