2.7 Bangkit
Fauzan atau Ait sedang duduk di dekat ruang praktek tata boga. Ia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan.
Dia tengah menunggu seseorang di sana. Entah siapa yang di tunggu oleh pemuda berkulit putih itu.
"Maaf lama," ujar seorang wanita yang tersenyum tipis.
Ait mengadahkan kepala ke atas. Ia juga membalas dengan senyuman.
"Santai ajah. Baru 10 menit kok gw nungguin loe." sahut Ait.
"Hehehe... maaf ya sekali lagi. Gw tadi kesiangan, jadinya telat deh." balas wanita itu cengegesan.
"Yaudah yuk!" ajak Ait.
Dinda, sosok wanita itu. Ia menatap Ait bingung.
"Mau kemana?" tanya Dinda.
"Ke ruang praktek tata boga. Loe kan pengen tahu apa kemampuan khusus loe itu." jawab Ait.
Dinda sedikit gugup. Ia pun memberanikan diri menyetujui ajakan Ait.
"Semoga nggak terjadi apa-apa." batin Dinda berharap.
Keduanya telah sampai di ruang praktek tata boga. Di sana terdapat garis polisi berwarna kuning yang menandakan bahwa tidak boleh di masuki area tersebut.
Ait mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya. Di masukannya kunci itu ke dalam lubang dan pintu pun telah terbuka.
Dinda menatap heran pria tersebut. Bagaimana caranya ia mendapatkan kunci tersebut? Itulah yang menjadi pertanyaan di benaknya.
"Ayo masuk," ajak Ait membuyarkan lamunan Dinda.
"I-iya." jawab Dinda gugup dan takut.
Setelah berhasil masuk ke dalam ruangan. Pintu segera di tutup rapat oleh Ait.
Bau anyir langsung menyeruak ke dalam indera penciuman mereka. Bekas noda darah yang berada di lantai maupun meja masih tertempel jelas di sana.
"Huek!"
Dinda rasanya ingin mengeluarkan sarapan paginya. Ia tak tahan dengan bau anyir darah.
"Tahan sebentar." kata Ait pelan.
Tiba-tiba sosok hantu penunggu ruang praktek tata boga memunculkan diri di hadapan keduanya. Tentu saja ini pertama kalinya bagi Dinda melihat hantu.
"Mati! Mati! Mati!"
"Ahhh!" jeritan Dinda bersamaan dengan pintu yang tertutup rapat.
😱😱😱😱😱
Zalfa berjalan seorang diri. Hari ini ia terlihat tak semangat.
Beban di punggungnya juga semakin berat. Entah sudah berada arwah yang menempel di sana.
"Aku... tak kuat lagi." ucap Zalfa lirih.
Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat di salah satu bangku kampus. Ia menatap dirinya dari banyangan kaca jendela.
Hitam. Aura negatif berwarna hitam menempel lekat di punggung. Ia sudah tak kuat menahan beban itu semua di tambah pikirannya yang bercabang.
"Wan... kamu dimana? Aku membutuhkan... dirimu," gumam Zalfa.
Pandangan mata Zalfa mulai berbayang. Kedua matanya sudah tak kuat untuk terbuka dan akhirnya tertutup rapat.
"To-tolong ak-,"
Zalfa pun tak sadarkan diri. Hampir saja ia terjatuh di lantai bila tak ada sepasang tangan yang menangkap tubuhnya.
"Tenang saja aku pasti akan menolongmu." kata seseorang tersenyum misterius.
👻👻👻👻👻
Brak!
Pintu ruang praktek tata boga tertutup rapat dengan sendirinya. Sosok hantu pria telah menampakkan dirinya.
Tubuh Dinda bergetar hebat. Baru kali ini ia merasakan sensasi menegangkan, menyeramkan dan menakutkan pada dirinya.
"Ait... aku takut," ucap Dinda pelan.
Ait masih mendengar suara Dinda yang gemetara. Ia jadi merasa bersalah pada wanita di sebelahnya itu.
"Tenang saja, aku pasti akan melindungi." bisik Ait lembut.
Sosok hantu koki menatap tajam mereka. Ia mengacungkan sebuah pisau yang berlumuran darah.
"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa meneror sampai membunuh orang?" tanya Ait bertubi-tubi.
"Hahaha... aku adalah seorang koki yang terkenal." jawab hantu koki.
"Mereka pantas untuk di bunuh." lanjutnya bernada tajam.
Beberapa benda tiba-tiba saja bergerak melayang di udara. Garpu, berbagai macam pisau mengarah kepada mereka.
"Mati! Mati! Mati!" seru hantu koki.
"Ait, kita harus pergi dari sini!" kata Dinda panik.
Ait tak mejawab. Ia memejamkan kedua mata untuk berkosentrasi.
Benda-benda itu sudah bergerak melesat ke arah mereka. Dinda semakin takut dibuatnya.
Tiba-tiba saja Ait memegang salah satu tangan Dinda. Kedua mata ia buka perlahan.
Jleb! Jleb! Jleb!
Benda-benda tersebut berhasil menancap sesuatu yaitu pintu ruangan. Dinda dan Ait tiba-tiba menghilang, lalu kembali muncul di tempat semula.
"Hah!"
Deruh napas Ait terdengar jelas. Ia terlihat sangat kelelahan. Buliran keringat membasahi wajahnya.
"Se-sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Dinda terkejut.
Benda-benda tajam itu kembali bergerak setelah menancap pintu.
"Oh tidak! Jangan lagi!" seru Dinda panik.
Ia membantu Ait untuk segera menyingkir dari benda-benda tajam tersebut. "Ait... kamu harus bertahan," ujarnya tetap berusaha.
"Lebih baik kamu tinggalkan aku sendiri." kata Ait lemas.
"Tidak! Aku akan membawamu juga pergi dari sini!" bantah Dinda keras.
Ait tersenyum tipis. Ia baru kali merasakan seseorang yang benar-benar tulus padanya.
"Terima kasih," ucap Ait pelan.
Trang!
"Matilah kalian!" seru hantu koki menyeringai.
Dinda memikirkan cara untuk bisa selamat. Ia teringat akan perkataan Ait untuk mengetahui apa kemampuan khusus yang ia miliki.
"Semoga saja aku bisa," doa Dinda.
😱😱😱😱😱
Devin telah selesai mengobati wajah Alif. Sebenarnya sih petugas kesehatan yang berada di UKS yang menyembuhkannya.
"Udah enakan?" tanya Devin.
"Yoi. Pukulannya cukup keras juga. Bikin nyut-nyutan di pipi." jawab Alif.
"Hahaha... gaya-gayaan sih loe." balas Devin.
Ia menoyor kepala Alif. Dan di balas pukulan hangat di wajah.
"Sue loe!" umpat Devin.
"Hahaha... 1 sama bro," ucap Alif.
Saat keduanya sedang asyik bercanda. Tak sengaja mereka mendengar suara jeritan seorang wanita di dekat sana.
"Eh! Loe dengar suara jeritan cewek kagak?" tanya Devin.
"Iya. Dan suara itu mirip..." sahut Alif.
"Dinda!" seru keduanya kompak.
Alif dan Devin langsung mencari sumber suara yang berasal dari Dinda. Keduanya merasa ada kejadian buruk yang menimpanya.
😯😯😯😯😯
Beberapa benda tajam sudah hampir mendekati Dinda serta Ait. Dinda masih memikirkan cara untuk membangkitkan kemampuan khususnya.
"Ayo Din, loe pasti bisa!" batin Dinda berjuang.
Drtt!!
Terasa sebuah aliran energi menyeruak di dalam tubuh Dinda. Ia merasakan mendapatkan sebuah energi positif.
"Matilah kalian!" seru sosok hantu koki menyeringai semakin lebar.
"Tidak! Kami takkan mati semudah itu!" sahut Dinda tegas.
Semua benda-benda tajam itu terpantul oleh sesuatu tak kasat mata. Dan serangan tersebut tergeletak di lantai begitu saja.
"I-inikah kemampuan khususku," ujar Dinda tak percaya.
Ait yang melihat itu semua tersenyum. "Selamat Din, tapi kekuatan loe belum sepenuhnya bangkit." gumamnya senang.
Sosok hantu koki geram. Ia menatap tajam keduanya.
"Kalian akan membalas perbuatan ini!" serunya penuh amarah.
Brakk!!!
Pintu ruang praktek terbuka lebar. Ternyata ada yang mendobrak dari luar.
"Dinda!" panggil kedua pria itu kompak.
Dinda langsung menolehkan kepala. Ia tersenyum tipis akan kehadiran dua sosok pria yang ia sangat sayangi.
"Kak Alif! Bang Devin!" balas Dinda senang.
Alif menatap tajam sosok hantu koki. "Jangan pernah mencoba membunuh dia!" serunya.
"Hahaha... kalian takkan bisa hidup dengan tenang." kata sosok hantu koki lalu menghilang dari pandangan mereka.
"Din, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Devin cemas.
"Aku nggak apa-apa kok Bang." jawab Dinda tersenyum.
"Sebaiknya kita cepat keluar dari sini. Aura negatif di ruangan ini sangat kuat." kata Alif.
"Iya kak. Tapi tolong bawa Ait juga." mohon Dinda.
Alif melirik ke arah pria berkulit putih yang terlihat lemas. Ia pun membawa Ait ke luar bersama dengan Devin dan Dinda.
😱😱😱😱😱👻👻👻👻👻👻😱😱😱😱😱
Selamat membaca!
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!
(04/08/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top