2.5 Korban
Marsha tengah memeluk seorang pria. Ia mencurahkan isi hatinya dengan menangis sepuas-puasanya.
Baju yang dikenakan sang pria sebagian sudah basah. Tetapi ia tak peduli, ia hanya ingin Marsha kembali tersenyum.
"Udah nangis ya?" tanya pria itu lembut.
Marsha tak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis di balik pelukan yang terasa hangat baginya.
"Katanya nggak mau ketemu atau bicara sama gw lagi," ledek sang pria.
Bugh! Bugh!
"Aww! Sakit Sha!" rintih pria itu kesakitan.
Punggungnya di pukul-pukul oleh Marsha. Marsha melepaskan pelukan, lalu ia membuang muka.
"Ciee yang ngambek. Jadi kangen dulu deh tapi sayang..." jeda pria itu. Ia mengingat kembali masa-masa berdua dengan wanita di hadapannya.
"Biarin! Habis loe ngeselin!" seru Marsha mengembungkan kedua pipi serta bibir yang dimajukan ke depan seperti bebek.
Sang pria tiba-tiba mengambil tas di atas meja, lalu pergi meninggalkan kelas begitu saja. Marsha terkejut atas sikap pria itu.
"Ihh nyebelin! Malah ninggalin gw sendiri!" umpatnya kesal.
Sang pria tak menghiraukan, ia tetap berjalan hingga sampai di dekat pintu. Marsha menghantamkan kaki kecilnya ke lantai.
"Duh! Males banget sih kejar tuh cowok!" batin Marsha gengsi.
Dan akhirnya... "Mas Paijo! Jangan tinggallin Maca sendiri!" seruan Marsha terdengar jelas di telinga sang pria.
Diam-diam ia tertawa kecil. "Hehehe... akhirnya dia buang gengsinya juga." batinnya senang.
Marsha pun menghampiri sang pria. Ia memukul kecil lengannya.
Lalu keduanya tertawa kecil. Teringat masa lalu yang dulunya terasa indah dan menyenangkan.
❤❤❤❤❤
Devin sedang menunggu Dinda di parkiran mobil. Ia melirik jam tangan yang telah menunjukan angka 3.
"Si Dinda lama bener ya." keluhnya.
"Maaf telat dikit hehe..." ucap Dinda cengegesan.
Pria berambut biru itu mengelengkan kepalanya. Ia pun mengacak rambut Dinda gemas.
"Kebiasaan kan sukanya ngacak-ngacak rambut aku terus." sewot Dinda.
Ia mundur beberapa menjauhi Devin yang selalu usil kepadanya. "Jadi pergi nggak?" tanyanya masih kesal.
"Jadilah, ayo cepat masuk ke mobil." ajak Devin.
"Bukain pintunya." rengek Dinda manja.
"Dasar manja," ledek Devin.
"Biarin... wleee." sahut Dinda menjulurkan lidahnya.
Devin segera membukakan pintu. Ia pun juga masuk ke dalam mobil.
Sebelum menutup pintu, sekilas ia melihat sosok wanita berbaju putih seakan menatap dirinya. Karena Devin yang cuek ia mengabaikan begitu saja.
Mobil bercat biru melaju meninggalkan kawasan kampus lalu menuju ke arah jalan raya. Tujuannya kali ini adalah toko buku di salah satu mall Jakarta Pusat.
"Kakak mau beli buku apa?" tanya Dinda memandangi jalanan di sore hari.
"Hmm... mau beli buku mata kuliah sama komik." jawab Devin fokus menyetir.
"Lah Kak Alif mana, kok nggak bareng cari bukunya?" tanya Dinda heran.
"Tadi sih masih ngerjain tugas di kelas. Terus suruh tinggalin dia ajah katanya." jawab Devin kembali.
Dinda ber-oh ria. Ia melirik ke arah spion tengah. Di belakang mereka nampak seorang wanita berbaju putih menatap dirinya sedih.
"Ahh! Mungkin hanya halusinasi saja!" batin Dinda berpikir positif.
Devin menyadari Dinda yang bersikap aneh. "Ada apa?" tanyanya khawatir.
"Enggak kok, hehehe... Udah lanjut ajah fokus nyetir." jawab Dinda tersenyum tipis.
"Hmm..." gumam Devin datar.
Sosok wanita itu sudah menghilang. Siapakah sebenarnya dia?
😞😞😞😞😞
Vanya berusaha berdiri. Ia membersihkan debu yang menempel pada pakaian.
Ia lirik sedikit ke arah belakang. Nafasnya tercekat melihat pisau kecil menancap pintu kelas.
"Syukur gw selamat." batinnya agak lega.
"Loe baik-baik saja?" tanya pria yang ditabrak oleh Vanya.
"Eh iya! Gw baik-baik ajah kok." jawab Vanya berbohong.
Vanya menatap lekat sosok pria tersebut. Sepintas ia ingat dengan wajah pria di hadapannya.
"Loe Angga bukan?" tanya Vanya memastikan.
Pria itu menganggukan kepala kecil sebagai jawaban 'iya'. "Kirain loe lupa sama gw." ujar Angga.
"Hehehe... sedikit." balas Vanya malu.
Angga melirik jam tangan sekilas. Ia pun terlihat panik.
"Eh sorry ya gw duluan. Udah di tunggu sama saudara nih." pamit Angga.
Tanpa menunggu jawaban dari Vanya. Angga sudah berlari cepat lalu menghilang di belokan.
"Ahh! Lebih baik gw harus cerita kejadian ini sama Marsha." seru Vanya.
Ia pun mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sahabatnya itu. Namun, panggilannya tak terjawab-jawab.
"Kemana sih nih bocah? Main hilang bae!" gerutu Vanya kesal.
Ia memutuskan untuk mencari keberadaan Marsha di fakultas Sastra Bahasa dimana ia belajar. Seorang pria menatap kepergian Vanya. Ia menyeringai tipis.
"Semakin seru saja." ucapnya. Lalu berlalu begitu saja entah kemana.
👀👀👀👀👀
Di rumah kediaman Malvin...
Setelah berhasil menemukan buku yang ia cari walau dapat bantuan sedikit dari Chindy, wanita yang baru ia kenal. Malvin memutuskan untuk langsung pulang.
Malvin sudah berada di kamarnya. Ia duduk di meja belajar dengan laptop di atasnya serta buku-buku pelajaran.
"Saatnya mengerjakan tugas." serunya semangat.
Ia segera membuka buku itu. Tiba-tiba secarik foto terjatuh dari dalam buku.
"Eh? Foto apa ini?" tanya Malvin yang sudah mengambil foto tersebut.
Nampak lima orang yang terdiri dari tiga pria dan dua wanita. Mereka saling merangkul satu sama lain sambil tertawa bahagia.
Dari lima orang di dalam foto, Malvin mengenal salah satunya.
"Ini bukannya Chindy. Pasti tidak sengaja tertinggal di sini." ujarnya.
Malvin pun berniat untuk mengembalikan foto tersebut kepada Chindy. Namun, ada satu masalah yaitu dia tidak tahu wanita itu berada di fakultas apa.
"Udahlah. Lebih baik gw simpan terus gw cari tahu sendiri." ucap Malvin.
Ia segera melanjutkan tugasnya yang tertunda. Sosok makhluk berwajah pucat menatap punggung Malvin diam.
"Selamatkan aku," kata sosok yang ternyata seorang wanita lirih. Lalu ia menghilang dalam sekejap mata.
📒📒📒📒📒
Vanya berlari menyusuri lorong kampus. Ia tengah mencari keberadaan sahabat yang menghilang entah kemana.
Sudah hampir 30 menit ia mencari namun tak menemukan sosoknya. Ia pun memutuskan istirahat di salah satu bangku lorong.
"Aduh! Kalau begini mending gw balik ajah dah!" gerutu Vanya kesal.
Ia mengatur napas secara perlahan. Saat ia menatap lurus ke depan.
Vanya melihat seorang wanita berambut pendek sebahu memasuki area salah satu ruang praktek. Dari gerak-geriknya terlihat mencurigakan.
"Wahh! Kaya maling ajah tuh cewek!" serun Vanya
"Ahh! Udahlah mending gw balik daripada nanti malah ada kejadian tak terduga." lanjutnya.
Vanya berbalik arah menuju ke gerbang kampus. Ia sudah menyerah untuk mencari Marsha hari ini.
Di ruang praktek...
Sosok wanita yang sebelumnya di lihat oleh Vanya berhasil masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia menutup pintu perlahan.
"Aman." gumamnya setelah melihat situasi di dalam.
Wanit itu lalu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ia terlihat mencari sesuatu barang berharga.
"Ahh! Sial gw lupa lagi naruh tuh cincin dimana." keluhnya kesal.
Prank!
Sebuah bangku terjatuh secara tiba-tiba. Ia langsung menolehkan kepala ke sumber suara.
"Cuma bangku, gw kirain apaan." ujarnya.
Ia kembali melanjutkan percarian cincin. Saat ia menundukan kepala untuk mencari di bawah meja. Ia melihat sepasang kaki.
"Lah nggak ada orang. Tapi tadi itu kaki siapa."
Tanda tanya besar terniang di kelapanya. Ia merasakan bulu kuduknya mulai berdiri.
"Kamu harus mati." bisik suara di telinganya.
Saat wanita itu menolehkan kepala. Kedua matanya melebar sempurna.
"Ka-kau..."
Sosok pria berpakaian ala chef tengah membawa sebuah pisau yang berlumuran darah. Dalam satu gerakan pisau itu berhasil menancap tepat di jantung wanita tersebut.
Jleb!
Cairan berwarna merah kental keluar dari luka tusukan. Pria itu semakin menusukan pisau ke dalam.
"Bu-bukannya ka-kau telah ma-mati." kata wanita itu sebelum menghembuskan napas terakhir kalinya.
Tubuh wanita tersebut terjatuh di lantai yang sudah berlumuran darah miliknya sendiri. Kedua matanya melotot lebar seakan ingin keluar.
"Mati! Mati! Mati!"
Seringai lebar terpampang jelas di bibirnya. Lalu sosok pria itu menghilang meninggalkan tubuh wanita yang sudah tak bernyawa.
👻👻👻👻👻😱😱😱😱😱👻👻👻👻👻
Kali saya update cerita dua kali sebagai penutup bulan Juli ini.
Semoga kalian terhibur selalu dan menantikan cerita ini hehehe...
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!
See you...
(31/07/2018)"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top