2.3 Kasus

KeyB berlari kencang menuju ke fakultas Tata Boga. Setelah ia mendapatkan penglihatan masa depan. Ia segera bergegas menuju lokasi.

KeyB melewati perpustakaan terlama di kampus Bhineka. Dimana pernah terjadi teror hantu perpustakaan yang berhasil mereka tangani.

"Semoga tidak terlambat!" serunya.

Malvin baru saja keluar dari perpustakaan setelah mendata peminjaman buku. Tak sengaja ia sekilas melihat seorang wanita berlari cukup cepat.

"Gw kaya kenal sama wanita itu..." gumam Malvin.

Dan tiba-tiba saja ia merasakan sakit di area punggung setelah menabrak dinding cukup keras. Baru beberapa detik ia di tabrak oleh seseorang entah siapa.

"Aww!" keluhnya sakit.

"Eeh... maaf gw nggak sengaja." kata seorang wanita menyesal.

"Malvin!" panggil seorang pria yang tak asing di telinganya.

Malvin menolehkan kepala. Kedua matanya membulat sempurna.

Ternyata yang menabrak dirinya adalah Zalfa dan yang memanggilnya Bastian. Di belakang keduanya ada Ruth serta Ridwan pula.

"Loe nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Ridwan membantu Malvin berdiri.

"Cuma nyeri di bagian punggung." jawab Malvin memegang bagian belakang tubuh.

"Maaf ya Vin. Aku nggak sengaja." kata Zalfa menundukan kepala menyesal.

"Iya." balas Malvin cepat.

Ia merasakan hal yang tak enak setelah bertemu mereka ditambah tadi ia juga melihat wanita yang dia duga adalah KeyB.

"Vin!" panggil Bastian.

"Iya, kenapa?" tanya Malvin kaget.

"Ayo ikut kita! KeyB baru saja melihat sesuatu yang berbahaya di fakultas Tata Boga." jawab Bastian.

Dan perasaan itu benar adanya. Ia sudah tak ingin membahayakan diri dengan membahas teror-teror hantu di kampus.

"Sorry gw sibuk. Bye!" seru Malvin.

Malvin langsung pergi meninggalkan mereka. Ia mengabaikan rasa perih di punggung hanya untuk menghindari 'mantan' teman menurutnya.

Ruth yang daritadi terdiam tertegun. Ia baru saja mendengarkan suara hati Malvin yang begitu menyedihkan.

"Gw nggak mau ikut terlibat lagi dengan hal-hal yang membuat nyawa melayang begitu saja."

Itulah isi suara hati seorang Malvin.

"Guys! Yuk kita udah telat nih!" seru Bastian.

"Ayo! Semoga kita tak terlambat." kata Ruth berharap.

Mereka pun pergi melanjutkan perjalanan menuju ke fakultas Tata Boga. Zalfa sempat melirik ke arah Malvin pergi. Ia merasa sedih dengan perubahan sikap teman masa kecilnya itu.

😞😞😞😞😞

Prang! Prang!

Suara keributan terjadi di dalam tempat praktik khusus mahasiswa/i fakultas Tata Boga. Beberapa menit yang lalu keadaan menjadi dalam mode gawat.

Semua orang berhamburan ketakutan. Namun, masih ada beberapa yang terjebak di dalam ruangan itu.

Pintu tiba-tiba tertutup keras dengan sendirinya. Dan kegaduhan di sana menjadi pusat perhatian mahasiswa/i yang berada di area sekitar.

"Tolong! Siapapun tolong mereka!" seru wanita berambut gelombang.

Wanita itu dalam kondisi terluka. Terdapat luka-luka sayatan di tangan serta kaki.

"Apa yang terjadi ini?" tanya salah satu dosen yang melintas.

"Kia, Shinta dan San masih terjebak di dalam sana." jawab wanita yang tadi meminta tolong.

"Apa? Bukankah tempat itu dilarang untuk di pakai sementara waktu!" bentak dosen tersebut.

Wanita itu menundukan kepala. Ia merasa menyesal atas perbuatannya bersama teman-teman.

"Maaf Pak. Saya hanya ingin membuktikan tentang teror hantu di ruang praktek." jawab wanita itu terisak.

Bapak Dosen terlihat sangat marah namun ia menahannya. Saat ini priotitas utamanya adalah menyelamatkan mahasiwi-mahasiswi tersebut.

KeyB dapat di saat sudah rumit. Ia menatap pintu ruang praktek memasak yang tertutup rapat.

"Sudah di mulai rupanya." guman KeyB.

"Sebaiknya kamu dan yang lain jangan mendekat. Saya akan mencoba mendobrak pintu ini." kata Pak Dosen.

Datanglah Zalfa, Ridwan, Bastian serta Ruth tepat waktu. Kedua pria itu menawarkan diri untuk membantu mendobrak pintu.

"Sebaiknya kita buka pintu ini cepat!" seru Ridwan.

"Iya, Pak." sambung Bastian.

"Kita dobrak setelah aba-aba dari saya. Satu... dua... tiga..." sahut Pak Dosen

Brak!!

Pintu ruang praktek terbuka. Pemandangan yang pertama mereka lihat cukup membuat bulu kuduk ketakutan.

Ketiga wanita yang terjebak di dalam ditemukan tergelatak di atas lantai. Cairan merah kental membanjiri lantai.

"Mereka masih hidup." ucap Ruth yang tengah memeriksa keadaan ketiga wanita itu.

"Syukurlah." ujar Zalfa sedikit lega.

"Cepat segera bawa mereka ke rumah sakit, Pak!" seru KeyB.

Pak Dosen menganggukan kepala singkat. Dengan di bantu beberapa mahasiswa, ketiga wanita itu langsung di larikan ke rumah sakit terdekat.

Sebuah alat makan berupa garpu terbang melesat ke arah Zalfa. Ridwan yang menyadari hal itu segera menyelamatkan Zalfa dengan cara mendorong tubuhnya.

Keduanya terjatuh di lantai. Garpu tersebut menancap di tengah pintu.

"Aku takut." ungkap Zalfa. Ridwan langsung memeluk erat tubuu wanita itu.

"Aku akan selalu menjagamu." bisik Ridwan lembut.

Kejadian itu menjadi berita hangat di area kampus Bhineka. Tempat praktek fakultas Tata Boga menjadi tempat yang sangat di jauhi oleh penghuni kampus.

😱😱😱😱😱

Devin terlihat ribet dengan tumpukan buku di tangannya. Hingga ia tak dapat melihat ke depan.

Bruk!

Tiba-tiba buku yang di pegang Devin berjatuhan. Devin menghela napas lelah.

"Apes banget dah gw hari ini." gerutunya kesan.

Devin pun segera membereskan buku yang berserakan di lantai. Saat ia mengambil buku terakhir, sebuah tangan pucat juga menyentuh buku itu.

"Ehh! Tangan siapa nih?" tanya Devin heran.

Pria berambut biru itu menatap lurus ke depan. Kosong.

"Kagak ada siapa-siapa," gumam Devin.

Buku terakhir berhasil ia ambil. Devin berdiri dengan membawa tumpukan buku-buku tersebut.

Tanpa ia sadari seorang wanita berpakaian putih dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya berdiri di belakangnya. Seketika Devin merasakan bulu kuduknya berdiri.

"Lebih baik gw pergi dari sini!" seru Devin mulai ketakutan.

Saat punggung Devin sudah tak terlihat. Sosok wanita itu merentangkan satu tangannya.

"Devin..." panggilnya parau. Sosok itu pun menghilang.

👻👻👻👻👻

Di taman kampus...

Setelah berita itu meluas sampai ke seluruh area kampus UB. Kedua wanita cantik yang duduk di semester 1 terlihat kebingungan.

"Din, apa bener dia di sini?" tanya Wanda ragu.

"Iya. Gw yakin kok!" jawab Dinda tegas.

Dan tak berapa lama kedua wanita itu menemukan orang yang di cari. "Tuh kan dia ada di sini," bisik Dinda.

"Iya-iya." balas Wanda pelan.

Seorang pria berkulit putih tengah duduk menyendiri. Ia menghirup lalu menghembuskan napas perlahan.

"Taman ini memang tempat yang bikin gw tenang." gumamnya.

Tiba-tiba sebuah tangan mendarat halus di pundak pria itu. Pria tersebut menolehkan kepalanya. Ia terlihat cukup terkejut.

Deg!

Pria itu dan Dinda merasakan sesuatu sengatan listrik kecil. Entah kenapa itu bisa muncul secara mendadak.

"Kalian." katanya kaget.

"Hai, Ait." sapa Dinda melambaikan tangan.

"Ish! Genit amet loe!" sahut wanda.

Dinda memutar kedua bola mata malas. Keduanya segera berdiri di hadapan Ait, nama panggilan pria itu.

Fauzan Azzam Mujahid. Seorang mahasiswa semester satu jurusan Tata Boga. Ia merupakan pria yang memiliki wajah antara tampan dan cantik.

Ait. Nama panggilannya. Ia seorang prai yang memiliki tubuh proposional dan warna kulit yang sangat putih. Membuat para wanita mengidolakan secara tak langsung.

"It, loe udah dengar berita di fakultas loe?" tanya Dinda hati-hati. Ia tak menyinggung perasaan Ait.

"Hmm... makanya gw ke sini buat nenangin pikiran." jawab Ait memandangan hamparan tumbuhan indah di depannya.

"Loe yang sabar ya." kata Wanda tersenyum tipis.

"Thanks ya." balas Ait ramah.

Ketiganya pun duduk di bangku taman. Mendengarkan segala curahatan hati masing-masing tentang masalah yang baru mereka temui di kampus ini.

👻👻👻👻👻😱😱😱😱😱👻👻👻👻👻

Selamat pagi guys!

Kasus ini semakin seru, tegang serta menyeramkan. Hantu nya belum terlalu nampak tapi terornya bisa membuat nyawa terancam.

Oke! Selamat membaca!

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!

(30/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top