13 Selangkah Lagi

Zalfa akhirnya tersadar dari pingsannya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan pandangan. Aroma khas obat tercium jelas.

"Ughh! Dimana aku?" tanya Zalfa parau.

"Syukurlah loe udah sadar," ucap Alif tersenyum lega.

Zalfa melihat Alif, lalu di sebelahnya Ridwan, KeyB, Malvin, dan satu orang yang asing baginya. "Aku dimana?" tanyanya kembali.

"Loe di Ruang UKS Zal," jawab KeyB datar.

Bastian maju selangkah. Ia memperkenalkan dirinya. "Nama gw Bastian, gw baru bergabung di sini,"

Zalfa hanya mengangguk singkat. Kepalanya masih terasa pusing, ia pun teringat akan kejadian di ruang musik.

"Hantu itu gimana?" tanya Zalfa penasaran.

"Gw udah dengar cerita dari Alif. Sekarang kita harus mencari Reza dan mengungkapkan kelakuan busuknya." jawab Ridwan menjelaskan.

Suasana menjadi hening beberapa saat hingga Vanya dan Marsha tiba di ruang UKS. "Sorry, kita telat," ucap Vanya tak enak.

Marsha hanya diam. Ia membuang muka saat Alif menatapnya intens.

"Dia kenapa?" batin Alif cemas.

"Oke, karena semua udah kumpul kita bikin rencana untuk menangkap Reza." usul KeyB.

Semua pun mendengarkan apa yang direncanakan oleh KeyB, tak lupa pintu ruang UKS di tutup sebelumnya.

"Bastian kita berharap banyak sama loe," ucap KeyB.

Bastian bersikap hormat layaknya tertara. "Siap! Gw bakal laksanain tugas ini dengan sebaiknya. Mohon bantuannya... Vanya," sahutnya melirik ke arah cewek blonde.

"Oke... oke...," kata Vanya pasrah.

Vanya serta Bastian berpamitan untuk datang mencari keberadaan Reza di area kampus atau rumahnya. Bagaimana cara mereka mempunyai alamatnya? Itu semua berkat Ridwan yang mencuri data dari komputer di ruang administrasi.

Sedangkan Ridwan, Marsha dan Alif menuju ke arah ruang musik. Tersisa Zalfa, KeyB dan Malvin yang masih di ruang UKS.

"Fa, Vin gw mau ke toilet sebentar," pamit KeyB tak tahan.

Ia pun pergi tanpa mendengar jawaban dari keduanya. Suasana kembali hening.

Malvin tak suka berada berdua saja dengan Zalfa. Ia merasa bulu kudungnya merinding bisa bersama dengan cewek misterius itu.

"Aduh sial banget gw harus berdua sama dia." batin Malvin menggerutu.

Zalfa melirik sejenak ke arah pria berwajah oriental. Ia teringat kembali akan kebersamaan mereka dulu di suatu tempat.

Namun, Zalfa harus menelan rasa kecewa akibat Malvin yang tak ingat apapun tentang dirinya.

"Gw kangen sama loe yang dulu vin," gumam Zalfa pelan.

Ia pun memustukan untuk merebahkan diri kembali, lalu memejamkan kedua matanya.

"Yaelah dia malah tidur," ucap Malvin berbisik.

Tiba-tiba sebuah tangan berwarna pucat memegang kakinya. Tubuh Malvin langsung menegang.

"Please, jangan setan lagi yang nganggu gw," batin Malvin berdoa.

Ia melirik ke arah bawah. Di lihatnya menggunakan cermin kuno nya, lalu muncullah sosok hantu yang memegang kakinya itu.

Wajah yang pucat dan mulut yang mengeluarkan cairan berwarna merah membuat ia jijik. Rasa takut langsung menjalar di seluruh tubuhnya.

"Setan!!!" jerit Malvin histeris.

Ia segera pergi meninggalkan ruang UKS dan Zalfa yang tertidur pulas.

👻👻👻👻👻

Di tempat Bastian dan Vanya...

Keduanya sedang mencari keberadaan Reza di sekitar area fakultas IT. Beberapa orang sudah di tanyakan hingga ada yang mengetahui keberadaan Reza.

"Bro, loe tahu dimana Reza senior kita nggak?" tanya Bastian.

Pria yang menggunakan kacamata terlihat berpikir. "Oh si Reza yang suka main gitar itu," jawabnya.

"Iya bro, loe tahu dimana?" tanya Bastian kembali.

"Tadi gw lihat dia ada di depan kelas," jawab pria itu.

Vanya tersenyum cerah. "Thanks ya... emmm,"

"Nama gw Angga, sama-sama." balas pria yang bernama Angga.

Bastian menepuk pelan bahu Angga. Keduanya segera pergi menuju ke kelas jurusan IT.

Setelah beberapa menit, mereka melihat seorang pria berkulit hitam manis tengah memainkan sebuah gitar.

"Itu yang namanya Reza," ujar Vanya memastikan.

"Iya Van. Seratus persen dia yang namanya Reza." sahut Bastian yakin.

Reza masih fokus memetik senar gitarnya hingga ia merasakan kedatangan keduanya.

"Permisi ka," sapa Vanya sopan.

"Iya, ada apa nih?" tanya Reza mengangkat sebelah alisnya.

"Saya Bastian adik kelas kakak di fakultas IT. Kalau yang ini Vanya pacar saya," jawab Bastian santai.

Vanya yang di kenalkan sebagai pacar Bastian langsung menginjak kakinya keras. "Aww!" rintih Bastian kesakitan.

"Hahaha... kalian lucu juga," ujar Reza tertawa kecil.

"Maafnya kak, jadi saya kemari bertujuan mewawancarai kakak untuk tugas saya." kata Bastian beralasa. Ia juga masih merasakan cenat cenut di kakinya.

Reza ber-oh ria. Ia berpikir sejenak.

"Bagaimana kak bisa nggak?" tanya Bastian.

"Bisa kok. Mau kapan wawancaranya?" tanya balik Reza.

"Sekarang Kak," jawab Vanya cepat.

Vanya dan Bastian saling melirik satu sama lain. Reza tersenyum tipis.

"Oke!" balas Reza.

"Oh iya, mau wawancara dimana nih?" tanyanya kembali.

"Di ruang musik kak. Soalnya kan kak Reza jago banget main gitarnya." jawab Bastian menekan kata ruang musik.

Seketika wajah Reza terlihat pucat. Ia menjadi seperti orang yang ketakutan dan bingung.

"Gimana kak?" tanya Vanya.

"Hmm... oke," jawab Reza ragu.

Ketiganya pun meninggalkan fakultas IT menuju ke ruang musik. Satu rencana telah berhasil.

Vanya segera mengeluarkan ponselnya. Ia akan memberitahukan pesan kepada yang lain.

Gw sama Bastian berhasil ketemu sama Ka Reza. Sekarang kita mau menuju ke ruang musik.

Vanya 🐞

"Yes! Semoga kasus ini segera selesai." batin Vanya berdoa.

😱😱😱😱😱

Di Ruang Musik...

Marsha terdiam di dekat piano. Ia masih merasakan kecewa di hati.

"Aduh gw jadi mellow gini sih," gerutu Marsha kesal.

Sebutir air mata jatuh dari kelopak matanya yang indah. Ridwan yang tak sengaja melihat segera menghampiri Marsha.

"Cantik-cantik kok cengeng," ledek Ridwan.

Ia menghapus air mata yang hampir saja jatuh mengenai piano. Marsha yang baru menyadari kehadiran Ridwan di buat salah tingkah sekaligus malu.

"Ihh apaan sih pegang-pegang ajah!" sewot Marsha. Ia memajukan bibirnya seperti bebek.

"Jadi gemes deh," goda Ridwan. Ia mencubit kedua pipi Marsha.

"Lepasin Ridwan! Sakit tahu!" jerit Marsha.

Alif yang berada di antara keduanya terasa sesak. Ia seperti tak dianggap oleh mereka.

"Mungkin gw memang harus lupain dia dan menjauh," batin Alif lirih.

Alif memegang dada kirinya yang terasa sakit seakan di tusuk oleh puluhan pisau.

"Mereka lama banget ya." seru Alif.

Kedua orang itu langsung terdiam. Ridwan melirik ke arah pintu masuk ruang musik.

"Bentar lagi kali," sahut Ridwan santai.

Marsha tak menangapi. Ia malah mengelus kedua pipinya yang sudah memerah.

Akhirnya orang-orang yang ditunggu telah hadir telah tiba. Ketiganya memasuki ruang musik.

"Maafnya kita telat," ucap Vanya.

Bastian memberikan kode kepada Alif dan Ridwan. Keduanya mengangguk mengerti.

Reza melihat banyak orang di dalamnya yang ia tak kenal. Ia merasa seperti tengah di kerjai.

"Kok di sini ramai sekali?" tanya Reza bingung.

"Hai kak Reza," sapa Alif sambil menatap tajam ke arah Reza. Ia tak mengubris pertanyaan sang senior.


Tiba-tiba suasana menjadi tegang dan menakutkan. Pintu ruang musik tertutup sendirinya dengan kencang. Hembusan angin begitu terasa menusuk kulit mereka.

Brak!!!

"Ada apa ini?" tanya Reza ketakutan.

Reza sudah lama tak menginjak ruang musik ini setelah meninggalnya sang kekasih. Ia mulai terpancing emosi.

"Sebenarnya ada apa ini?!" tanya Reza kembali dengan nada keras. Ia menatap tajam satu persatu orang di didepannya.

Marsha yang daritadi diam maju selangkah ke depan. "Kak Reza tanyakan saja sendiri kepada Della Saphire." jawabnya berani.

Setelah mendengar nama itu, kedua mata Reza membulat sempurna. Tubuhnya gemetaran dan bulu kudungnya terasa merinding.

"Ma-maksud loe apa?" tanya Reza gagap.

Marsha melirik ke arah belakang Reza. Ternyata di sana sudah berdiri sosok hantu penghuni ruang musik yaitu Della Saphire.

Hantu Della menatap Reza dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Rasa kecewa, kangen, sedih dan marah tercampur menjadi satu.

_________________________________________

Jreng! Jreng! Jreng!

Sosok Reza telah hadir di antara mahasiswa/i yang berusaha mengungkap teror ruang musik yang akan segera berakhir.

Bagaimana mereka menyelesaikan kasus misteri ini?
Apakah mereka berhasil menangkap sang pelaku?

Hmm....

Sebelumnya saya berterima kasih kepada kalian yang sudah mampir baik dari membaca, mengevote dan berkomentar. 😊😊😊

Oke! Selamat membaca dan menikmati cerita ini!

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian! Hehehe...

#Boomzz

(11/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top