12 Terungkap
Ridwan telah mendapatkan data yang dicarinya. Ia pindahkan ke dalam flashdisk, lalu menyimpannya ke dalam kantong.
"Kuy, kita pergi!" ajak Ridwan.
Key B juga telah selesai mencatat data ia dapatkan di note hitamnya. "Ayo. Sebaiknya kita berkumpul." sahutnya.
Dimana Malvin?
Malvin telah keluar dari ruangan tersebut. Ia lebih memilih menunggu di depan saja.
Ridwan dan KeyB telah keluar. Tak lupa mereka menutup pintunya.
"Udah selesai?" tanya Malvin.
"Ya." jawab KeyB datar. Ia juga sudah menghubungi teman-teman lainnya.
Malvin bernapas lega. "Kita ke gudang belakang sekarang." ujar Ridwan. Dan itu membuat Malvin cemberut.
Mau tak mau ia harus mengikuti kedua temannya yang sudah jalan terlebih dahulu.
"Semoga di sana kaga ada setan." gumamnya berdoa.
Di Kelompok Marsha...
Keempat mahasiswa/i kampus Bhineka telah berkumpul di dalam gudang. Vanya tengah asyik mendengarkan lagu K-POP.
"Lama banget sih mereka," gerutu Marsha melihat jam tangan merah mudanya.
Waktu sudah menunjukkan jam
1 siang. Perutnya terus berbunyi minta diisi makanan.
Alif bersandar di lemari yang tak terpakai. Ia melirik Marsha sambil tersenyum tipis lalu berubah sedih.
"Kapan loe mau maafin dan dengarin penjelasan gw?" batin Alif lirih.
"Oke guys. Sekarang gw sama temen-temen baru gw ada di gudang belakang kampus. Di sini konon katanya terdapat penghuni seorang pria zaman Belanda." ucap Bastian tengah merekam dirinya.
Bastian mengarahkan handycame-nya ke arah wajah mereka satu-satu. Lalu ia melihat sosok bayangan hitam di belakang Marsha.
"Guys, gw lihat penampakan nih. Sosoknya berwarna hitam, tapi wajahnya tak terlihat." ujar Bastian.
Marsha yang mendengar hal itu menatap penasaran ke arah Bastian. "Ada apa emang?" tanyanya berbisik.
"Dibelakang loe ada setan," jawab Bastian santai.
Kedua mata Marsha melotot lebar. Ia segera beranjak dan berpindah tempat di samping Vanya.
Vanya yang merasa terusik menatap sahabatnya itu penuh tanya. Marsha tak berucap, saat ini ia sangat ketakutan.
"Aduh kenapa sih tuh bayangan hitam masih ajah ngikutin gw terus," gumam Marsha pelan. Bulu kuduknya merinding disko.
Alif yang menatap khawatir Marsha berjalan mendekatinya. Namun, ia merasakan aura negatif di sekitarnya.
"Aura ini... pasti hantu yang selalu ngikutin Marsha dari dulu." ungkap Alif.
Sosok bayangan hitam yang terekam oleh handycame Bastian tiba-tiba menghilang. "Guys... bayangan hitamnya sudah hilang,"
Alif segera menyuruh Bastian untuk berhenti merekam. Bastian pun menuruti karena ia telah mendapat gambar yang bagus.
"Kau curi hatiku..."
Vanya menyenandungkan beberapa lirik lagu yang dengarkan. Tiba-tiba sebuah tangan berada di pundaknya.
"Tangan siapa nih?" tanya Vanya merasa risih
Saat ia akan menghempaskan tangan itu. Muncullah seorang pria berwajah oriental China.
"Dor!" seru Malvin yang mengangetkan Vanya.
"Gak lucu sipit!!" jerit Vanya kesal.
Ternyata Ridwan, KeyB dan Malvin sudah sampai di gudang. Ketiganya menatap heran sosok Bastian di antara mereka.
"Kenalin dia-,
"Selamat bergabung Bastian." potong KeyB menyambut kedatangan Bastian.
"Whoaahh! Loe udah kenal sama gw! Keren!" seru Bastian heboh.
"Loe pasti cenayang ya?" tanyanya antusias.
Key B hanya tersenyum misterius. Semuanya yang di sana merasa ketakutan melihatnya.
Skip!
Setelah membicarakan hasil yang mereka dapatkan hari ini. Semua pun menuju ke rumah masing-masing. Besok mereka akan berkumpul kembali di tempat biasanya.
😱😱😱😱😱
Zalfa berjalan sendirian di lorong. Jelas saja karena waktu masih menunjukan pukul 6 pagi. Mahasiswa/i biasanya datang dua jam berikutnya.
Ia berhenti di salah satu ruangan yang berantakan.
"Aku harus menyelidikanya sendiri." gumamnya.
Zalfa pun masuk ke dalam ruangan itu yang tidak lain adalah ruang musik. Beberapa alat musik sudah hancur berserakan di lantai kecuali piano putih.
"Aku tahu kamu pasti di sini." kata Zalfa parau. Ia kembali di tempeli oleh makhluk-makhluk halus di punggungnya.
Hembusan angin kencang tiba-tiba muncul. Suara tunts piano mengelegar di dalam ruangan.
Sosok hantu Della menampak diri. Ia menatap sendu Zalfa.
"Tolong aku...," ujar hantu Della penuh kesedihan.
"Aku bisa membantumu tapi... aku harus tahu bagaimana cara kamu terbunuh." kata Zalfa tenang.
Hantu Della melayang mendekati Zalfa hingga ia masuk ke dalam tubuhnya. Sensasi aneh terasa menjalar di seluruh badan Zalfa.
Tiba-tiba pintu ruang musik terbuka. Muncul sosok Alif yang berjalan mendekati Zalfa yang sudah dirasuki hantu Della.
"Cepat ceritakan!" serunya.
"Pada saat aku sedang bermain piano...
😱😱😱😱😱
Flashback On...
Setelah putus dengan Reza. Della lebih memilih untuk menenangkan dirinya di ruang musik hampir setiap hari. Ia mengutarakan semua perasaan yang berada di benaknya lewat lagu yang ia mainkan di piano.
"Kenapa kamu tega sama aku Za?" tanya Della entah pada siapa.
Cairan bening jatuh membasahi salah satu tunts piano. Della menangis di dalam kesedihannya.
Namun, ia tetap melanjutkan permainan pianonya. Sudah hampir sejam ia tak berhenti bermain hingga...
Seseorang masuk ke dalam ruang musik. Orang itu juga mengunci pintu rapat-rapat.
Wajahnya yang tak terlihat diakibatkan tertutup oleh masker bergambar tengkorak. Della menatap sosok itu dengan takut.
Dilihat dari tinggi dan bentuk tubuhnya dia adalah seorang pria. Tapi, Della tak tahu siapa orang di balik topeng itu.
"Si-siapa kamu?" tanya Della. Ia ingin berdiri. Namun, sosok pria bertopeng sudah lebih dahulu berada di belakangnya.
"Kau harus mati!" serunya tegas.
"Tidak! Aku tak mau mati!" bentak Della kencang.
Sosok pria bertopeng menyeringai tipis di balik topengnya. Ia mengeluarkan sebuah benda tajam dari balik jaketnya.
"Ti-tidak... kumohon ja-jangan bunuh a-aku..." ucap Della menangis serta ketakutan.
Rambut panjangnya di tarik kencang oleh sosok pria bertopeng. Ia mengarahkan pisau tersebut ke leher Della.
"Kau sudah melanggar janjimu. Jadi... kau pantas harus mati!" serunya.
Della berusaha memberontak. Namun, pipinya tergores pisau tersebut. Cairan merah keluar dari luka goresan.
"Awwhh!" rintihnya kesakitan. Rambutnya masih di tarik kencang. Ia merasakan perih di area pipi dan kepala.
"Matilah kau!!!"
Sosok pria bertopeng menusuk punggung Della sebanyak 5 kali. Darah merembas membasahi dress putihnya.
Della tak mampu menahan rasa sakit itu. Ia pun kembali memberontak dengan sisa tenaganya hingga menarik topeng tengkorak sampai terlepas.
Kedua mata Della melebar. Ia tak menyangka siapa di balik sosok pria yang sudah membunuhnya itu.
"Re-reza...," ucap Della untuk terakhir kalinya.
Ia sudah kehabisan banyak darah sampai akhirnya tewas di atas piano putih. Bercak darah bersebaran di beberapa atas piano dan lantai.
Reza. Sang pembunuh Della segera pergi meninggalkan tubuh Della yang tak bernyawa lagi. Tak ada raut menyesal di wajahnya.
"Semoga kau tenang di sana."
Reza pun menghilang di balik pintu. Dan mayat Della di temukan oleh seorang mahasiswi jurusan Kesenian yang akan melakukan latihan biola.
Flashback Off...
Itulah cerita bagaimana Della meninggal dengan cara tak wajar dan menjadi penghuni di ruang musik tepatnya di piano putih yang sering ia mainkan.
Hantu Della keluar dari tubuh Zalfa. Zalfa yang masih lemas langsung ambruk. Untungnya Alif sigap menahan tubuh Zalfa.
Posisi Alif seperti tengah memeluk Zalfa. Tanpa mereka sadari seseorang melihat hal itu. Orang itu segera pergi dengan perasaan kecewa.
😱😱😱😱😱😱
Cerita ini akan segera berakhir...
Selamat membaca!
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys.
Terima kasih 😊
(10/07/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top