1.9 Ancaman

Di Rumah Sakit...

Alif masih terbaring tak sadarkan diri. Menurut dokter keadaannya stabil tetapi entah kenapa yang membuat Alif tak mau membuka kedua mata.

Dinda serta Devin selalu setia menjaga Alif. Mereka bergantian saat jawdal kuliah sudah selesai atau memang kosong.

"Ka Alif..." panggil Dinda lirih.

Ia mengenggam kedua tangan Alif. Ia tak kuat menahan sedih setiap melihat sosok yang sudah dianggapnya kakak sendiri ini belum terbangun.

"Dinda kangen banget sama kakak. Please cepat sadar nya." ucapnya sedih. Setetes air mata jatuh tanpa ia cegah.

Lalu dimana Devin?

Ternyata ia sedang tertidur di sofa ruang rawat Alif. Kemarin dia habis begadang menjaga sahabatnya. Untung saja hari ini tidak ada jadwalnya sedang kosong.

Drtt!

Ponsel Alif selalu berbunyi sejak kemarin. Tetapi baik Dinda dan Devin tak ada yang berani membuka ponsel itu.

Karena rasa penasaran yang tinggi. Akhirnya Dinda memberanikan diri untuk membuka ponsel Alif.

"Kak, maafnya Dinda agak lancang." kata Dinda.

Ponsel Alif tidak pernah diberikan kode ataupun kunci. Jadi, dengan mudahnya ia membuka ponsel milik kakaknya.

Beberapa pesan dari teman mengirimkan pesan menanyakan keadaan Alif. Ada satu hal yang membuat Dinda sangatlah penasaran.

Ia buka sebuah grup chat WA yang bernama The Mistery. Terdapat beberapa obrolan yang membuat dirinya terkejut.

"Apa maksudnya ini?"

Itulah pertanyaan yang terlontar dari mulut Dinda. Ia sangat terkejut dengan isi pesan WA yang membicarakan hal tentang gudang, hantu toilet dan teror.

"Jadi selama ini Kak Alif melakukan penyelidikan tentang teror hantu di kampus." ucap Dinda setelah membaca pesan WA.

"Apa aku tanya saja sama Bang Devin?" tanyanya sambil melirik ke arah sosok pria yang masih tertidur pulas.

Dinda menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun menaruh ponsel Alif kembali, lalu pergi menuju ke toilet.

Setelah kepergian Dinda, kedua mata Devin terbuka lebar. Sebenarnya ia sudah bangun saat Dinda membicarakan pesan WA di ponsel Alif.

"Jadi... Alif masih bergabung sama kelompok itu," gumam Devin kesal.

"Pasti ini ada hubungannya dengan Alif yang tak sadarkan diri." pikirnya.

Dinda keluar dari kamar mandi dan ia melihat Devin telah terbangun.

"Bang Devin," panggil Dinda.

"Kenapa de?" tanya Devin menaikan sebelah alis mata.

"Dinda lapar hehe...," jawab Dinda malu-malu.

Devin tersenyum tipis. Ia pun bangkit keluar untuk mencari makan.

"Yaudah, abang beli makanan dulu. Kamu jagain Kak Alif ya." balas Devin.

Sebelum pergi ia mengacak rambut Dinda pelan, lalu beranjak pergi untuk tak mendengar suara teriakan.

"Bang Devin!!" seru Dinda kesal.

Ia paling tak suka ada orang yang mengacak-acak rambutnya seperti ini. Dan alhasil ia menjadi cemberut.

👻👻👻👻👻

Di waktu bersamaan. KeyB, Malvin dan Bastian telah sampai di toilet.

Bastian mengetuk pintu toilet sedikit kencang. Ia juga berusaha membukanya namun tak bisa terbuka.

"Ahhh! Tolong!" jerit suara Ruth dari dalam toilet.

"Ruth! Buka pintu!" seru Bastian panik.

Malvin segera melirik Bastian memberikan kode. KeyB mundur perlahan dari pintu toilet.

"Satu...

Dua

Tiga!"

Brak! Brak!

Kedua pria itu berusaha mendobrak pintu. Dan untuk ketiga kalinya pintu toilet bisa terbuka.

Hal yang pertama mereka lihat adalah sosok hantu toilet yang menarik tangan Ruth agar masuk ke dalam cermin.

"Kalian? Please... tolongin gw...," ucap Ruth lirih. Kedua air matanya sudah jatuh sejak tadi.

"Loe tenang ajah, pasti kita akan bantu loe." balas Bastian panik.

Ruth tersenyum tipis. Ia telah salah menilai mereka selama ini.

Malvin yang daritadi diam melirik ke arah benda yang ia cari-cari selama ini. Ia pun membungkukan badan, lalu mengambil benda tersebut.

"Akhirnya cermin gw ketemu," kata Malvin senang.

"Woii sipit! Cepat bantu gw tarik Ruth!" seru Bastian agak kesal.

Ternyata sejak tadi Bastian berusaha menolong Ruth dengan menarik tangan satunya. Tetapi tenaga hantu cermin sangatlah kuat.

"Pergilah kalian!" seru hantu cermin menatap ketiga tajam.

"Tidak! Kami akan menolong teman kami!" balas Bastian tak mau kalah.

Malvin pun ikut menolong dengan menarik tubuh Bastian. KeyB sendiri sedang memejamkan mata.

"Aahh sakit!" ringis Ruth kesakitan. Bagaimana tidak? Kedua tangannya di tarik di satu sisi berbeda.

Hantu cermin terlihat sangat marah. Ia pun berusaha menghempaskan tubuh kedua pria itu.

"Dasar hantu sialan!" seru Bastian kesal.

"Kesel gw sama nih hantu!" sewot Malvin.

Tiba-tiba KeyB membuka mata lebar. Ia menatap lurus ke arah sang hantu cermin dengan senyuman misterius.

"Sebentar lagi misteri hantu cermin akan selesai." ucapnya datar.

Hantu cermin menatap tak suka KeyB. Ia pun akhirnya melepaskan tangan Ruth lalu menghilang.

Bruk!

Malvin, Bastian dan Ruth kompak terjatuh di lantai. Ketiganya meringis kesakitan.

"Tuh hantu kaga bilang-bilang dulu!" gerutu Malvin merasakan paling sakit karena posisi di paling bawah dan harus ditiban oleh kedua orang di atasnya.

Ruth segera bangkit berdiri. Ia masih merasakan nyeri di kedua tangannya.

Bastian juga telah berdiri. Ia langsung memeluk tubuh Ruth.

Awalnya Ruth terkejut. Namun, ia mulai terasa nyaman di pelukan itu.

"Loe tenang ajah. Gw dan lainnya pasti akan membantu loe." ucap Bastian lembut.

Deg!

Jantung Ruth berdetak kencang. Wajahnya pasti sudah memerah antara malu dan senang.

"Terima kasih," balas Ruth terisak.

Malvin membersihkan debu yang menempel di pakaiannya. Ia menatap kedua orang itu dengan kesal.

"Enak ya... dunia berasa milik berdua yang lainnya ngontrak!" sindir Malvin.

Keduanya langsung melepaskan pelukan itu. Semburat merah menghiasi wajah kedua sejoli.

Tiba-tiba sosok hantu cermin muncul di belakang KeyB. Ia berniat untuk mencekik lehernya.

Tetapi... hantu cermin terpental. Untung saja KeyB masih membawa kalung penangkal hantu.

"Kalian akan merasakan pembalasanku!" seru hantu cermin hingga menggelegar di ruangan.

"Setidaknya kita sudah aman untuk sementara," ucap KeyB menghela napas lega.

Mereka pun pergi dari toilet wanita yang berhantu lalu menuju ke ruang kesehatan kampus.

😱😱😱😱😱

Di dalam dunia cermin...

Alif dan Vanya masih berusaha mencari jalan keluar. Namun usaha mereka hanyalah sia-sia.

"Gw udah nggak kuat," ujar Vanya lirih.

"Jangan menyerah!" seru Alif masih semangat. Tetapi dalam hatinya juga mulai merasakan hal yang sama dengannya.

Vanya menatap Alif lalu menundukan kepala. Tubuhnya bergetar dan terdengar suara tangisan.

"Gw janji pasti kita bisa keluar dari sini." kata Alif tegas.

Saat Alif akan memegang pundak Vanya ternyata hanya menembus saja. Kedua matanya melotot lebar. Ia tak percaya dengan apa yang terjadi.

Sekali lagi mencoba namun tak dapat menyentuh tubuh Vanya. Ia menghela napas kasar.

"Apa yang terjadi sama tubuh gw?" batin Alif heran serta terkejut.

Vanya melihat ke arah Alif. Ia agak heran kenapa tiba-tiba menjadi diam.

"Lif," panggil Vanya cemas.

"Iya kenapa Van?" balas Alif.

"Loe kenapa?" tanya Vanya.

"Nggak kenapa-kenapa. Udah yuk lanjut cari jalan keluar." jawab Alif cepat. Ia pun melangkah maju ke depan terlebih dahulu.

Vanya menatap punggung Alif penasaran. "Kok Alif jadi aneh begitu?" batinya heran.

Ia pun menyusul Alif yang sudah mulai tak terlihat.

"Lif, tunggu gw!" serunya.

😱😱😱😱😱😱👻👻👻👻👻😱😱😱😱😱😱

Oke! Saya kembali lagi hehe...

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!

Oh iya, beberapa chapter lagi cerita ini akan selesai....

(21/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top