1.5 Toilet Berhantu
Wanita itu selalu setia menemani Alif. Ia tak habisnya berdoa dan mengajak Alif berbicara walau Alif masih tak sadarkan diri.
"Ka, cepet sadar ya. Dinda kangen sama bercandaan kakak tahu kalau lagi gini." ucap wanita itu lirih yang ternyata bernama Dinda.
Adinda Angkasa Pramudi. Seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan OSPEK di Universitas Bhineka sama seperti Alif. Namun, ia berbeda jurusan.
Dinda berada di jurusan Hukum tepatnya semester 1. Ia merupakan adik sepupu Alif. Ia sudah menganggapnya sebagai abangnya sendiri.
Penampilannya seperti anak kekinian membuat dirinya menjadi pusat perhatian baik temen satu angkatan sampai kakak senior di kampus. Ia memakai behel yang menghiasi gigi putihnya.
"Bang," Dinda meneteskan air mata untuk kesekian kalinya.
Ia memegang erat tangan Alif. Ada rasa aneh saat tangan mereka bersentuhan, seakan terkena sengatan listrik beskala kecil.
Pintu ruangan dimana Alif terbuka. Masuk seorang pria berambut biru menatap Alif cemas.
"Dia kenapa bisa begini?" tanya pria itu khawatir.
"Bang Alif kecelakaan di daerah Bintaro. Kata dokter bang Alif baik-baik saja, tetapi sampai sekarang belum sadarkan diri." jawab Dinda menjelaskan.
"Pasti ini ulah hantu!" batin Devin marah.
Devin menatap lembut Dinda. Ia juga sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri.
"Kita doakan saja semoga Alif baik-baik saja dan cepat sadar." kata Devin tulus.
Dinda tersenyum tipis. Ia selalu berdoa akan kesembuhan abangnya tercinta.
Devin memegang pundak Dinda untuk memberikan kekuatan baginya. Namun, sebuah perasaan seperti tersetrum menjalar di lengan.
"Kenapa kak?" tanya Dinda bingung melihat raut wajah Devin.
"Ehh enggak kok. Udah kamu istirahat dulu sana. Biar kakak gantian yang jagain." jawab Devin cepat.
"Aku masih belum capek kok." balas Dinda tersenyum tipis.
Deg!
Detak jantungan berdetak kencang saat ia melihat senyumam manis Dinda. Entah kenapa hal itu bisa terjadi.
"Yaudah, kakak beli makanan dulu ya." pamit Devin.
Ia pun meninggalkan ruangan Alif di rawat untuk mencari makanan buat dirinya dan Dinda.
🙃🙃🙃🙃🙃
Malvin rasanya ingin menyerah. Ia sudah beberapa hari ini mencari keberadaan cermin kuno miliknya. Belum lagi ia harus diganggui oleh hantu penunggu kampus terutama si tuyul botak.
"Gw udah nggak sanggup lagi dah," ucap Malvin terengah-engah.
Ia habis berlari setelah di ganggu oleh arwah-arwah penasaran. Ia pun duduk di salah satu lorong kampus.
Keadaan semakin sepi di kampus. Waktu juga telah menunjukkan sore hari. Langit mulai berwarna keorenan.
"Lebih baik gw pulang sebelu-"
"Malvin," sebuah suara parau memotong pembicaraannya.
Ternyata di sebelahnya ada sosok hantu wanita dengan wajah berlumuran darah. Ia melirik kecil tak berani menatap sepenuhnya.
Bulu kuduknya sudah berdiri semua. Tubuhnya pun gemetaran hebat.
"Vin, loe cowok. Jadi harus kuat menghadapi ini semua." batin Malvin.
Tetapi lain sikap lain perkataan. Ia telah menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan tempat itu.
"Hihihi... kamu kalau takut, jadi tambah ganteng." ucap hantu wanita itu lalu menghilang dalam sekejap.
👻👻👻👻👻
Di Gudang...
Kelima mahasiswa berbeda jurusan masih berkumpul di sana. Suasana mulai menjadi sunyi dan menegangkan.
"Jadi... apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Bastian memulai pembicaraan.
Semua menatap ke arah KeyB. Selaku dia yang biasa memiliki rencana dan bisa melihat masa depan.
"Apa?" tanya KeyB datar.
Ridwan berdiri. Ia berjalan ke arah pintu gudang.
"Mau kemana?" tanya Zalfa.
"Jelaskan ke tempat hantu itu berada." jawab Ridwan santai.
"Aku ikut!" seru Marsha cepat.
Marsha menghapus sisa air mata. Ia sudah bertekad dalam hati untuk menyelesaikan teror ini demi Vanya dan Alif.
"Tapi sha... kamu-,"
"Aku tak boleh membiarkan sahabatku terjebak di dalam sana." potong Marsha.
Ia memasang raut wajah serius dan penuh tekad. Tak ada keraguan di matanya pula.
"Kamu yakin?" tanya Zalfa khawatir.
Marsha menganggukan kepala sebagai jawaban iya. Kali ini ia akan membuat sifat egois dan lemah pada dirinya.
"Oke! Kita ke sana sekarang!" seru KeyB tiba-tiba.
"Memang loe tahu tempatnya dimana?" tanya Bastian penasaran.
"Gw tahu dan loe pernah ke sana." jawab KeyB datar.
Semua pandangan pun tertuju kepada Bastian sekarang. Bastian yang merasa diperhatikan hanya menyengir lebar sebagai kuda.
"Ke toilet," seru KeyB cepat.
KeyB langsung beranjak meninggalkan mereka menuju ke arah toilet belakang kampus. Mau tak mau mereka mengikuti kemana ia pergi.
Bastian tak bergeming. Ia sedikit trauma dengan kejadian tadi pagi yang menimpanya.
"Eh kok sepi?" tanya Bastian heran.
Tiba-tiba terdengar suara musik dangdut yang berjudul 'Buka Sitik Jos'.
🎵Hai kenapa kamu kalau joget sukanya bilang.... buka sitik jos!🎵
"Buseh tega banget gw ditinggal sendiri. Guys, tungguin gw!" serunya menyusul teman-teman yang lain.
😱😱😱😱😱
Sesampainya mereka di toilet wanita yang ternyata menyimpan satu misteri di dalamnya. Tak sengaja mereka bertemu dengan Ruth.
"Ruth!" panggil Marsha, lalu mendekati teman satu jurusannya itu.
"Aduh! Gw males banget ketemu sama orang-orang aneh ini." batin Ruth tak suka.
KeyB tersenyum misterius. Ia pun berjalan mendekati Ruth pula setelah Marsha.
"Jangan deket-deket sama gw!" seru Ruth ketus.
"Seorang pemilik kemampuan yang mampu membaca pikiran seseorang." kata KeyB datar.
Semuanya pun terkejut dengan apa yang dibicarakan oleh KeyB.
"Keren juga tuh kemampuannya." batin Bastian menatap Ruth penuh kagum.
"Biasa ajah kali natap gw!" sindir Ruth. Kemudian ia menatap KeyB.
"Sorry, walaupun gw punya kekuatan itu. Gw nggak mau gabung sama kalian." lanjutnya tersenyum sinis.
Marsha menatap Ruth tak percaya. Jadi selama ini dugaan tentang dia benar.
"Terus masalah sama gw gitu?" sahut Ridwan cuek.
"Sudah... lebih baik kita lanjutkan pencarian ini." sahut Zalfa mencairkan suasana.
KeyB tetap setia berdiri di depan Ruth. Ruth sendiri merasa semakin risih dengan sikap cewek serba hitam itu.
"Aku tahu kenapa kamu selalu di hantui penunggu toilet ini." bisik Key datar.
Mereka pun masuk ke dalam toilet satu persatu meninggalkan Ruth sendiri. Ruth menatap mereka dengan tatapan kesal dan benci.
"Gw akan selesaikan ini sendiri." kata Ruth bertekad bulat.
Bastian tak menyadari cewek yang pernah ia bilang hantu itu adalah Ruth. Jadi ia menatap Ruth seolah baru bertemu sekali.
"Apa loe lihat-lihat?" seru Ruth jutek.
"Jutek amat neng," sahut Bastian.
Ia langsung masuk ke dalam toilet wanita diikuti Ruth. Suasana menjadi tegang.
😱😱😱😱😱
"Gw ngerasain aura negatif yang sangat besar di sini," ucap Ridwan santai.
"Kemungkinan hantu itu terbunuh di sini," sahut Zalfa.
Ia menatap cermin yang sudah agak buram. Seakan tertarik ia maju lebih dekat dengan cermin.
Marsha yang melihat keanehan Zalfa berbisik kepada KeyB yang berada tepat di sebelahnya. "KeyB, itu Zalfa kenapa?"
"Dia dalam bahaya," jawab KeyB serius.
Bastian langsung menghentikan Zalfa yang sudah sampai di depan cermin. "Woy! Sadar woy!" serunya kencang.
Zalfa membalikan badan. Kedua matanya berubah putih. Ia tersenyum sangat lebar.
"Hantu!" jerit Ruth takut.
Ia bersembunyi di belakang tubuh tinggi Ridwan. Sesekali melirik ke arah Zalfa.
"Dia kesurupan." ucap KeyB datar.
"Zal! Sadar woii!" seru Bastian tak menyerah.
Zalfa merentangkan tangan kanan, lalu tubuh Bastian terhempas sampai menabrak dinding toilet.
"Awwh!" rintih Bastian kesakitan.
"Kobas!" panggil Marsha langsung menghampiri Bastian.
Zalfa menatap Ruth tajam. "Serahkan wanita itu kepadaku!" serunya lantang.
"Ti-tidak! Aku ti-tidak mau!" ungkap Ruth ketakutan.
Ridwan berusaha melindunginya. Ia sebagai pria sejati takkan pernah membiarkan seorang wanita terluka.
"Hihihihihi....," tawa Zalfa melengking.
Suasana pun semakin menegangkan. KeyB memejamkan mata. Ia berusaha untuk melihat kilasan masa depan.
😱😱😱😱😱😱👻👻👻😱😱😱😱😱😱
To Be Continue...
Ciee yang udah pada masuk sekolah nih hehe...
Bagaimana cerita TM sampai chapter ini??
Nb: aku butuh jawaban kalian.
Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian guys!
(17/07/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top