1.10 Masa Lalu
Alif dan Vanya masih berusaha mencari jalan keluar. Cermin-cermin di sekelilingnya sangatlah berbeda bentuk. Tetapi keduanya merasa mereka hanya mengitari tempat yang sama.
"Van," panggil Alif.
"Iya, kenapa Lif?" sahut Vanya.
"Loe ngerasa nggak kalau kita cuma muter-muter di tempat yang sama." ungkap Alif.
Vanya berpikir sejenak. Ia menengok ke arah kanan dan kiri.
"Hmm... gw rasa iya deh," jawab Vanya sedih. Ia menutup wajahnya agar tak dilihat oleh Alif bahwa ia akan menangis kembali.
Alif ingin menenangkan Vanya, tetapi ia tak mau kejadian yang sama terulang lagi. Ia merasa sesak bahwa dirinya tak bisa menyentuh sahabat dari mantannya.
"Loe tenang saja, gw janji bakal lindungi loe." ucap Alif lembut.
Vanya hanya menganggukan kelapa singkat. Ia menghapus jejak air mata yang membasahi wajahnya.
Setitik harapan masih menyelimuti hati keduanya. Alif pun mengamati sekitarnya.
Tiba-tiba terdengar suara tangis seorang perempuan. Ia melirik ke arah Vanya yang ternyata juga menatap dirinya.
"Gw nggak nangis kok," kata Vanya jujur.
"Terus siapa yang nangis?" tanya Alif penasaran.
"Mana gw tahu," jawab Vanya mengangkat bahu.
Keduanya pun mencari sumber suara tangisan tersebut. Akhirnya mereka melihat seorang wanita yang terduduk membelakangi mereka.
"Gw takut Lif," bisik Vanya. Bulu kuduknya sudah berdiri ketakutan.
"Coba gw deketin tuh cewek. Loe disini ajah," ujar Alif berani.
Alif segera menghampiri cewek itu. Mengambil napas lalu menghela napas perlahan.
"Permisi mbak," ucap Alif agak takut.
Wanita itu menolehkan kepala. Alangkah terkejutnya wajah wanita itu nampak menyeramkan dengan luka-luka sayatan disana.
"Ahh!" seru Alif hampir terjatuh.
Vanya merasa heran. Ia melihat sosok wanita itu memiliki warna aura berupa kegelapan pekat.
"Kenapa warnanya hitam semua?" batinnya penasaran.
Vanya langsung menghampiri Alif. Dan ia tahu kenapa Alif tadi berteriak. Ternyata sosok wanita itu adalah hantu yang membuat dirinya terjebak di sini.
"Hantuuu!!!" jerit Vanya ketakutan.
"Hiks... tolong aku," ucap hantu itu parau.
Alif dan Vanya saling melirik satu sama lain. "Kamu hantu cermin itu kan?" tanya Vanya berani.
"Namaku Gressa. Tolong aku! Aku tak mau terjebak di sini selamanya!" jawab hantu wanita yang bernama Gressa.
"Kenapa kamu bisa terjebak di sini?" tanya Alif penasaran.
Tak sengaja Alif menyentuh tangan hantu Gressa. Dan ia terasa masuk ke dalam masa lalu.
👻👻👻👻👻
Flashback On...
Setahun yang lalu...
Seorang wanita berparas cantik bersama dengan seorang wanita berwajah mirip kucing tengah asyik bercanda ria. Keduanya merupakan sahabat satu fakultas yang sama sejak OSPEK di mulai.
"Ruth!" panggil wanita satunya.
"Ada apa Gressa?" tanya Ruth.
"Aku hari senang banget loh!" jawab Gressa tersenyum lebar.
"Ciee... yang tadi berangkat bareng sama Christo." goda Ruth mencoel pipi Gressa.
Wajah Gressa tersipu malu. Ia mengingat kembali saat tadi pagi di jemput oleh pria yang di taksir.
Yap! Gressa menyukai seorang pria berbeda fakultas dengannya. Christo namanya. Ia berada di fakultas Pariwisata.
Gressa mengenal sosok Christo saat tak sengaja menabrak dirinya di kantin. Dan pandangan pertama membuat wanita itu mulai menyukai Christo.
Keduanya pun menjadi sangat akrab dari saling berhubungan melalui aplikasi media sosial hingga saling menelepon satu sama lain.
"Woii!" seru Ruth.
Dan bayangan dua bulan yang lalu menghilang karena sahabatnya berteriak tepat di telinga.
"Ihh berisik banget sih! Sakit tahu telinga aku!" omel Gressa memegang telinganya yang terasa sakit.
"Hehehe... lagian sih di panggil daritadi malah bengong bae." sahut Ruth cengegesan.
"Huh! Ruth nyebelin deh. Ganggu ajah sih!" gerutu Gressa kesal.
"Pasti tadi lagi mikirin ayang Christo ya," ledek Ruth tersenyum jahil.
Semburat merah tipis muncul di kedua pipi Gressa. Ia hanya tersenyum tipis.
Hingga obloran mereka berdua harus terhenti karena dosen telah masuk ke dalam kelas. Setelah selesai pelajaran usai keduanya pergi menuju keluar kelas.
"Gressa aku pulang duluan ya," pamit Ruth.
"Yahh cepet banget sih. Padahal aku masih mau mengobrol banyak juga." sahut Gressa cemberut.
"Maaf ya. Soalnya supir aku udah nunggu di depan kampus." balas Ruth tak enak hati.
"Hmm... iya deh. Yaudah sana, nanti kekasihmu marah lagi." ledek Gressa menahan tawa.
Ruth memutar bola mata malas. "Dia itu supir aku, bukan kekasihku. Huh! Bye!" serunya kesal.
"Ciee yang ngambek." ledek Gressa kembali.
"Wleeh!" balas Ruth menjulurkan lidah. Lalu ia melambaikan tangan kepada sahabatnya.
Dan itulah akhir pertemuan mereka. Karena kejadian sebenarnya telah di mulai.
Flashback Off...
👻👻👻👻👻
Alif membuka kedua mata lebar. Ia membiasakan cahaya di sekitarnya.
"Ini dimana?" tanyanya.
Tiba-tiba ada seseorang yang telah memeluk tubuh Alif erat. Alif sendiri pun bingung lalu ia menolehkan kepala.
"Kak Alif! Akhirnya kamu sadar kak!" seru suara wanita parau.
"Din...da," ucap Alif heran.
Dinda melepaskan pelukan, air mata sudah mengalir deras membasahi wajah. Raut senang terpancar jelas dari senyuman saja.
"Kak Alif. Aku sangat khawatir sekali kak." ujar Dinda masih terisak.
"Memangnya aku kenapa? Arghh!"
Alif memegang kepalanya yang terasa sakit. Dinda tampak panik ia pun memenekan tombol untuk memanggil petugas medis.
Tak lama seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruang dimana Alif di rawat. Dinda sangat panik dan ketakukan melihat kakaknya menjerit kesakitan.
"Dok! Tolongin Ka Alif!" serunya memohon.
"Kamu tenang saja. Sebaiknya kamu tunggu di luar, biar kami menangani pasien." kata dokter tersebut.
Dengan berat hati Dinda keluar dari ruangan. Ia nampak sangat ketakutan sekali.
"Kak Alif... semoga kakak baik-baik saja." doanya tulus.
Tak lama datanglah Devin yang membawa sebungkus makanan. Ia terkejut melihat Dinda berjalan mondar-mandir di depan ruangan.
"Dinda, kamu kenapa?" tanya Devin penasaran.
Dinda mengadahkan kepalanya. Ia langsung memeluk erat tubuh Devin.
Kembali suara isakan tangis di dalam pelukan tersebut. Devin yang bingung berusaha menenangkan Dinda dengan mengelus punggungnya lembut.
"Kamu kenapa? Apa yang terjadi dengan Alif?" tanya Devin pelan.
"Hiks... Bang, Ka Alif tadi sudah sadar tapi...," jeda Dinda.
"Tapi kenapa?" tanya Devin cemas.
"Tiba-tiba Kak Alif menjerit kesakitan di kepala. Sekarang dokter sama perawat sedang berusaha menangani Kak Alif di dalam. Kak... aku takut terjadi kenapa-kenapa." jawab Dinda melanjutkan dengan lirih.
Devin sudah mulai mengerti. Ia pun membisikan kata-kata kepada Dinda untuk terus berdoa untuk kesembuhan Alif.
"Kita harus banyak berdoa." ucapnya bijak.
Dinda menganggukan kepala. Ia sudah merasa sedikit tenang dan nyaman di dalam pelukan Devin.
Keduanya duduk dengan tak hentinya berdoa hingga 30 menit berlalu. Sang dokter dan perawat keluar dari ruang perawatan Alif.
Srek!
Dinda dan Devin langsung menghampiri tim medis. Mereka sangat penasaran dengan keadaan Alif.
"Bagaimana dok?" tanya Devin.
Sang dokter tersenyum tipis. Hal itu membuat keduanya semakin penasaran di buatnya.
"Tenang saja, pasien yang bernama Alif keadaannya sudah mulai stabil. Efek dari kecelakan itu yang membuat kepalanya sakit. Sekarang dia sedang istirahat, kalian jangan dulu untuk mengajaknya bicara." jelas sang dokter.
Keduanya tersenyum tipis.
"Terima kasih dok," ucap Dinda mulai tenang.
"Iya, sama-sama. Kalau begitu kami permisi dulu." balas sang dokter.
Setelah kepergian dokter dan perawat. Devin serta Dinda masuk ke dalam ruangan.
"Kak Alif cepat sembuh ya." kata Dinda lembut.
"Iya bro. Doa kami selalu menyertai kesembuhanmu." sambung Devin.
Selama menunggu Alif, keduanya melanjutkan dengan sarapan yang tertunda.
👻👻👻👻👻👻😱😱😱😱👻👻👻👻👻👻👻
Wokeh!
Masa lalu hantu cermin yaitu Gressa sudah mulai terkuak sedikit demi sedikit. Bagaimanakah cara mereka menyelesaikan kasus ini? Siapakah yang menjadi dalam kejadian ini?
Semuanya akan terkuak di chapter selanjutnya... hehe :v
Beberapa chapter lagi cerita The Mistery akan selesai...
Jadi, jangan lupa untuk tinggalkan jejak vomment kalian guys!
Mohon bagi yang sider tak usah mampir!
(22/08/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top