1.0 Teror Baru

Dua hari setelah teror di ruang musik selesai, lingkungan kampus menjadi tenang dan damai kembali. Ruang musik sekarang dapat digunakan oleh mahasiswa/i manapun tanpa harus takut lagi dengan hantu Della.

Marsha berjalan santai melewati ruang musik. Ia melirik ke dalam melalui jendela. Di sana ia bisa melihat orang-orang bermain alat musik dengan riang gembira.

"Akhirnya semuanya berakhir damai," ucap Marsha tersenyum.

Ia pun melangkah kaki menuju ke kelasnya. Jam pelajatan pertama Bahasa Sastra akan segera di mulai.

Sesampainya di kelas, Marsha duduk di tempat seperti biasanya. Ia melirik ke arah samping bangkunya. Ia tak menemukan sosok temannya.

"Tumben banget si Uthe belum datang," gumamnya heran.

Marsha membuka buku pelajaran sebelum pelajaran akan di mulai.

Tiba-tiba Uthe datang dengan wajah pucat. Keringat dingin membasahi hampir seluruh pakaiannya hingga tubuhnya gemetaran hebat.

"Loe kenapa Uthe?" tanya Marsha penasaran.

"Nih Uthe kaya habis ngeliat hantu ajah." batinnya.

Ruth membaca isi pikiran Marsha. Ia pun mulai menjawab.

"Iya, gw bener habis lihat hantu," jawabnya.

Marsha terkejut. Bagaimana Uthe bisa tahu apa yang dipikirkannya barusan.

"Ah! Mungkin kebetulan ajah." batin Marsha menyakinkan.

"Gw serius kok habis lihat hantu. Udah 2 hari ini gw di teror sama hantu cewek yang wajahnya hancur." kata Ruth ketakutan.

Kedua mata Marsha membulat sempurna. Ia merasakan firasat buruk yang akan menimpa kampus ini kembali.

"Seriusan loe? Emang ngeliat dimana?" tanya Marsha semakin penasaran.

"Setiap gw lagi ngaca, pasti hantu itu nongol mulu." bisik Ruth menjawab. Ia tak mau ada yang tahu masalah ini selain dirinya dan Marsha.

"Hah bener dugaan gw, masalah baru telah muncul kembali," batin Marsha tak bersemangat.

"Gw gamau berurusan lagi sama yang namanya hantu!" batinnya histeris.

Ruth membulatkan matanya. Apa yang baru saja ia dengar dari pikiran Marsha membuatnya terkejut bukan main.

"Jadi... loe selama ini suka berurusan sama hantu," gumam Ruth sangat pelan.

Marsha sedikit mendegar apa yang dikatakan oleh Ruth, tetapi tidak terlalu jelas. "Ruth gw pe-"

Ucapan Marsha terpotong karena dosen telah memasuki ruang kelas. Ia berniat akan menanyakannya nanti saat pelajaran usai.

👻👻👻👻👻

Alif baru saja keluar dari mobilnya. Ia bersama dengan Devin yang numpang dengannya.

"Kuy lah ke kantin dulu," ajak Devin merapikan rambut birunya.

"Ayok dah! Awas jangan ngaca mulu nanti kaca mobil gw retak lagi gara-gara lihat muka loe... hahaha," ledek Alif.

"Sue loe!" sahut Devin kesal.

"Ah lama loe! Gw duluan ya, perut udah bunyi mulu hehe...," pamit Alif. Ia memegang perutnya yang minta diisi makanan.

Alif pun berjalan ke kantin terlebih dahulu meninggalkan Devin yang masih berkaca. Devin bersenandung kecil dengan bersiul-siul.

"Udah tampan dah gw," ucap Devin percaya diri.

Tiba-tiba Devin melihat bayangan wanita di belakang dirinya yang terlihat dari kaca spion. Ia segera membalikan badan, namun nihil hasilnya.

"Cuma perasaan gw kali. Saatnya mengisi perut dulu." kata Devin yang mulai merasakan keanehan.

Sosok wanita yang terdapat banyak luka di wajahnya nampak jelas di kaca spion mobil setelah Devin pergi.

Di Kantin...

Alif sudah sampai di kantin, ia mencari-cari bangku yang masih kosong. Suasana di kantin cukup ramai pada pagi hari ini.

Tak sengaja ia melihat Ridwan dan KeyB yang sedang mengobrol dengan wajah serius.

"Gw samperin ajah deh," gumam Alif.

Saat sudah sampai, ia ingin mengangetkan mereka. Tapi...

"Duduk ajah Lif, gw udah tahu loe akan kemari." sahut KeyB tanpa menatap ke arahnya. Posisi Alif padahal berada di belakangnya.

"Gila nih cewek! Udah tahu ajah gw bakal ngagetin." batin Alif terkejut.

Ridwan terkekeh kecil melihat ekspresi Alif yang seperti orang bodoh.

"Jangan main-main sama Madam KeyB." kata Ridwan santai.

KeyB menatap tajam Ridwan, namun ia tak peduli. Alif menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu segera bergabung bersama mereka.

Ketiganya pun sarapan pagi dengan tenang. Devin yang ingin menghampiri Alif mengurungkan niatnya.

Ia tak mau bergabung dengan kedua orang yang bersama sahabatnya.

"Ahh! Mood gw langsung hilang." gerutu Devin menatap mereka datar.

Devin langsung pergi dari kantin menuju ke kantin fakultas lain yang jaraknya cukup jauh dari sana.

👻👻👻👻👻

Malvin terus berjalan lurus ke depan. Ia tak mempedulikan tatapan aneh yang ditunjukan kepada dirinya oleh mahasiswa/i yang ia lewati.

"Aduh dimana tuh cermin? Kenapa bisa gw hilangin sih?" gerutu Malvin sekaligus bertanya-tanya.

Dua hari yang lalu pasca ia digangguin oleh hantu, ia tak sengaja menjatuhkan sebuah barang penting miliknya.

"Cermin itu satu-satunya peninggalan kakek gw yang gw suka," ucapnya lirih.

Hingga Malvin tak sengaja menabrak seseorang. Keduanya reflek terjatuh ke lantai.

"Aww!" rintih suara seorang perempuan.

Malvin menatap wajah perempuan itu. Ia terpesona akan kecantikannya.

"Cantik," gumam Malvin tanpa sadar.

Perempuan itu terlihat merona di area pipinya. Langsung saja ia bangkit berdiri, lalu merapikan buku-bukunya yang berserakan di lantai.

"So-sorry gw nggak sengaja. Biar gw bantu," ujar Malvin gugup.

Ia pun membantu membereskan buku milik perempuan itu. Tak sengaja kedua tangan saling bersentuhan saat mengambil satu buku yang tersisa.

Drrtt!!

Terasa seperti tersetrum listrik. Itulah yang mereka pikirkan.

"Maaf gw nggak sengaja lagi," kata Malvin tak enak.

"Nggak apa-apa kok." balas sang perempuan.

Ia melirik ke arah jam tangan merahnya. "Aduh jam segini! Maafnya aku lagi buru-buru." serunya.

Sang perempuan langsung pergi begitu saja. Ia terlihat terburu-buru entah mau kemana.

"Sepertinya gw jatuh cinta pada pandangan yang pertama sama tuh cewek," gumam Malvin tersenyum tipis.

Tiba-tiba punggung Malvin terasa berat. Ia tak mampu menahan beban di punggungnya.

"Pasti ini ulah si tuyul lagi," batin Malvin ketakutan.

"Gw nggak bisa lihat karena nggak ada cermin itu. Sebaiknya gw.... kabur!

Malvin mengambil langkah seribu alias kabur untuk kesekian kalian. Hantu yang menempel di punggungnya terlihat sangat senang di ajak main balap lari.

"Yeee... uyul senang," ucap sang hantu riang.

👻👻👻👻👻

Pelajaran telah usai, mahasiswa/i kelas jurusan Sastra mulai meninggalkan kelas. Dan kini hanya tersisa dua cewek cantik saja.

"Apa yang mau loe omongin ke gw?" tanya Ruth masih membereskan peralatan tulisnya.

"Hmm... anu..." jawab Marsha tak jelas.

Ruth memutar bola matanya malas. "Yang jelas ngapa, gw kaga ngerti loe mau ngomong apa!" sewotnya.

Marsha hanya menyengir kuda saja.

"Hehehe... gw bingung mau ngomong darimana," ucap Marsha menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Ruth menghela napas kasar. Ia pun beranjak meninggalkan kelas.

"Eh! Mau kemana Uthe?" tanya Marsha kaget.

Ia tak sengaja memegang lengan Ruth.

Drtt!!

Terasa sensasi tersetrum listrik saat dia memegang lengan Ruth. Ruth langsung melepaskannya begitu saja.

"Apa dia salah satu pemilik kemampuan khusus?" batin Marsha bertanya-tanya sekaligus penasaran.

"Udah ahh! Gw mau pergi, nggak betah lama-lama di kampus. Rasanya cuma bikin gw ketakutan dan merinding." seru Ruth.

Ia pun pergi meninggalkan Marsha seorang diri di dalam kelas. Hingga sosok Ruth tak terlihat lagi.

"Gw harus tanya KeyB." kata Marsha lalu bergegas mengambil tas. Ia segera mencari keberadaan lainnya.

Sementara Ruth, ia terlihat menyender di dinding. Ia mengusap wajahnya yang kelelahan dan kurang tidur.

"Mungkin Sha... tapi gw nggak mau menerima kemampuan ini," ucap Ruth lirih.

😱😱😱😱😱😱

Chapter 1.0 terbaru The Mistery telah selesai kubuat. Saya masih tak menyangka dapat melanjutkan cerita ini loh... hehehe :v

Oke! Tanpa berlama-lama, selamat membaca kuy!

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian di sini! Oke oke oke

#Boomzz

(13/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top