09 Awal
Setelah mendapatkan penjelasan panjang kali lebar dari Ridwan dan hantu yang merasuki tubuh Zalfa. Mereka semua memutuskan untuk pulang.
Setidaknya esok hari mereka sudah siap untuk melakukan perburuan hantu pertama di ruang musik.
Keesokan harinya...
Aktivitas di Universitas Bhineka terlihat sepi. Sekarang adalah hari Minggu dimana para mahasiswa/i libur. Tetapi ada juga yang masih belajar di kampus. Biasanya orang-orang yang telah berkerja atau mengisi daftar absen di kelas.
Sebuah mobil berwarna hitam terparkir di area kampus. Kedua perempuan keluar dari mobil tersebut.
Mereka adalah Marsha dan Vanya. Kedua sahabat saling merangkul memberi kekuatan.
"Sudah siap?" tanya Vanya.
"Hmm... siap nggak siap," jawab Marsha ragu.
Vanya melangkah maju ke depan diikuti oleh Marsha di sebelahnya. Mereka sudah janjian kumpul di ruang musik pukul 9 pagi.
Keduanya telah sampai di tempat yang akan dituju. Disana sudah ada Ridwan, KeyB serta Malvin.
"Maaf menunggu," ucap Marsha sopan.
"Selow ajah kok. Kita juga baru pada sampai," balas Ridwan santai.
"Dimana si cewek misterius itu?" tanya Vanya melihat sekelilingnya. Namun, ia tak juga menemukan keberadaan Zalfa.
"Maksud loe Zalfa?" tanya balik Malvin.
KeyB yang datitadi diam ikut nimbrung. "Zalfa bilang dia nggak bisa ikut. Soalnya orang tuanya baru balik dari Bandung." jawabnya.
Vanya ber-oh ria singkat. Semuanya pun menatap ruang musik yang terlihat berantakan.
Satu persatu mulai memasuki ruang musik. Walau masih pagi hari, suasana di dalam nampak menyeramkan. Apalagi beberapa alat musik berserakan hancur di lantai.
"Gila, serem amat yak." ungkap Malvin merasakan bulu kuduknya berdiri.
Malvin telah membawa beberapa peralatan serta barang kuno yang mungkin bisa menolong mereka di saat berbahaya. Ia simpan semuanya di dalam tas selempangnya.
"Sha, loe lihat hantunya nggak?" bisik Vanya.
"Gw belum lihat apa-apa." jawab Marsha pelan.
😱😱😱😱😱
Brak!!
Pintu ruang musik tertutup kencang. Semua yang di dalam dibuat terkejut bukan main.
"Buseh dah! Biasa aja kali!" sahut Malvin kesal.
Para perempuan mengelus dadanya.
Jreng!
Lagi-lagi suara keras berasal dari piano tersebut. "Tolong aku...," terdengar suara parau.
"Hantunya udah muncul tuh!" seru Malvin. Ia melihat sosok hantu di dekat piano menggunakan cermin kunonya.
"Kita harus segera mengurungnya kembali ke dalam buku hitam!" usul KeyB.
Sebuah bingkai foto melayang, lalu melesat cepat ke arah KeyB. "Menunduk!"
Mereka pun serempak menunduk. KeyB menatap tajam sosok hantu tersebut menggunakan cermin kuno milik Malvin.
"Jangan membuat kekacauan lagi!" serunya tajam.
"KeyB... hantunya marah sama loe kayanya," ucap Marsha yang bisa melihat sosok hantu itu.
Ridwan berjalan santai ke arah piano. Ia merasa sangat berani di antara yang lain.
"Sebenarnya apa mau kamu?" tanya Ridwan serius.
Beberapa tunts piano bergerak dengan sendirinya. Lalu berhenti sendiri.
"Aku ingin kau membalaskan dendamku...," jawab hantu itu.
"Aaaahhh!" Marsha menjerit kencang. Ia melihat sosok hantu perempuan tersebut kini tengah berada di samping Ridwan.
"Kenapa Sha?" tanya Vanya penasaran.
Marsha tak menjawab. Ia terlihat sangat ketakutan.
"Cih! Hantu ini merepotkan sekali!" kata KeyB dingin.
Jreng!
Tunts piano menekan kuat yang menghasilkan suara keras. Sebuah bingkai foto kembali melayang ke arah KeyB.
"Kenapa? Loe tersingung sama ucapan gw?" tantang KeyB.
Sosok hantu perempuan berpindah tempat ke depan KeyB langsung. Ia menatap KeyB dengan amarah. Wajahnya terlihat sangat pucat dan menyeramkan.
"Aaaa!" tiba-tiba Vanya berteriak histeris.
Ternyata kakinya di tarik oleh sebuah tangan tak kasat mata. Ia tertarik cukup kencang hingga menabrak meja.
"Vanya!" teriak Marsha dan Malvin yang langsung menghampirinya.
Ridwan serta KeyB tak bergeming. "Jangan sakiti dia!" teriak Ridwan.
"Menurut penglihatanku, ia tengah merencanakan sesuatu yang berbahaya." ucap KeyB serius.
😱😱😱😱😱
Vanya tak sadarkan diri. Ia mengalami luka kecil di keningnya.
Marsha terlihat kesal dan sedih. Ia berdiri lalu berteriak.
"Sebenarnya apa maumu sampai-sampai membuat sahabatku menjadi korban? Hah!"
"Tolong aku...," bisik hantu itu di telinga Marsha.
"Iya, kamu mau minta tolong apa?" tanya Marsha menahan rasa takutnya.
"Aku ingin kau membalaskan dendamku," jawab hantu itu penuh amarah.
Malvin yang sejak tadi menolong Vanya hanya bisa berharap banyak dari Marsha.
KeyB dan Ridwan yang hendak berjalan ke arah mereka dihempaskan sang hantu.
Brakk!
Ridwan menabrak meja kayu seperti Vanya. Sedangkan KeyB menghantam dinding, tetapi ia masih sadar.
"Hentikan!" teriak Marsha lantang.
"Kamu mau membalas dendam untuk apa?" tanya Marsha kembali.
Kini sosok hantu itu berpindah ke hadapan Marsha. Ia menatap tajam dirinya.
"Dia... telah membunuhku di sini. Aku ingin dia," jeda sang hantu.
"MATI!!!" suara jeritan hantu itu membuat Marsha menutup kedua telingannya.
Sosok hantu perempuan pun menghilang. Marsha terduduk lemas. Ia bingung harus melakukan apalagi.
"Hiks... aku takut...," ucapnya lirih. Ia menangis tersedu-sedu.
Namun, tiba-tiba seorang pemuda masuk ke dalam ruang musik. Untungnya saja pintu itu dapat di buka dengan mudah.
"Gw bisa tolong kalian," kata pemuda itu.
Marsha menolehkan kepalanya. Kedua matanya membulat sempurna.
"Apa yang bisa loe lakukan? Hah!" tanya Malvin tersulut emosi.
"Gw bisa melihat masa lalu baik yang sudah tidak ada maupun masih hidup." jawab pemuda itu penuh keyakinan.
KeyB tersenyum tipis. Ia melirik ke arah Ridwan.
"Alif," gumamnya pelan.
😱😱😱😱😱
Sehari sebelumnya...
Alif berhasil mengejar Devin yang pergi begitu saja. "Vin!" panggilnya.
"Apa? Gw kaga mau ikut-ikutan kaya gitu!" balas Devin terus berjalan.
"Iya, gw tahu alasan loe kenapa. Tapi..." ucapnya Alif mengantung.
Akhirnya Devin berhenti. Ia membalikan badan menatap sahabatnya.
"Tapi apa? Karena ada Marsha?" tanya Devin dingin.
Alif tak menjawab. Ia hanya bisa tersenyum kecut.
"Terserah loe mau ikut sama mereka apa nggak! Tapi, yang jelas gw kaga bakal ikut!" seru Devin.
Ia pun pergi meninggalkan Alif sendiri. Alif menatap punggung sahabatnya yang mulai menghilang.
"Entah kenapa... gw nggak bisa ngelupain dia," gumam Alif lirih.
Keesekoan harinya...
Alif tengah bermalas-malasan di kamar. Ia memainkan game ML di ponselnya.
"Ahh! Kaga ada yang seru!" serunya bosan.
Ia pun merebahkan dirinya di atas kasur berukuran Queen Size. Tiba-tibanya ponsel pintarnya berbunyi.
Sebuah notifikasi pesan dari nomor yang tak kenal. Karena sedikit penasaran, Alif membuka pesan tersebut.
0898xxxxxxxx
Kita akan kumpul di ruang musik pukul 9 pagi. Kutunggu kehadiranmu.
KeyB
Alif tak membalas pesan dari KeyB. Ia berada dalam situasi gundah gulana sekarang.
"Ahh gw datang apa nggaknya," ucapnya sambil mondar mandir tak jelas.
Setelah berpikir sekitar hampir setengah jam. Ia pun memutuskan untuk pergi ke ruang musik.
Alif segera memakai jaket kulitnya, lalu meraih kunci mobil. Ia bergegas menuju ke sana. Ada perasaan tak enak di lubuk hatinya.
"Semoga gw nggak telat," doanya.
Alif melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Ia masih berpikir waras untuk hal ini.
Sesampainya di kampus. Ia langsung memarkirkan mobilnya, lalu menuju ke ruang musik.
"Hiks... aku takut...," ucap Marsha lirih. Ia menangis tersedu-sedu.
Alif segera melindungi Marsha dari terjangan kursi kayu.
Brak!
Marsha membulatkan matanya. Ia tak percaya apa yang dilakukan Alif dengan melukai diri hanya untuk dirinya.
"Alif...," panggil Marsha menangis.
Alif hanya tersenyum. Ia memeluk erat tubuh Marsha mengabaikan rasa sakit yang ia terima.
"Gw pasti akan selalu melindungi loe," ucap Alif tulus.
😱😱😱😱😱😱
Hai-hai...
Saya balik lagi nih. The Mistery sudah mencapai 09 chapter...
Hore!!! #tepuktangan 👏👏👏
Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak vommet kalian di sini!
Salam #Boomz
(08/07/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top