07 Berkumpul

Tragedi di ruang musik semakin berbahaya. Vanya dan Marsha yang terjebak di dalam. Lalu Alif, Devin serta seorang pemuda yang ingin menolong kedua perempuan tersebut.

Prankk!!!

Sebuah bangkai gitar kayu hancur berkeping-keping bersama kaca jendela yang berhamburan di lantai. Tanpa babibu lagi Alif melepaskan jaketnya, lalu membersihkan sisa pecahan kaca di pinggir jendela yang sudah bolong itu.

"Loe mau ngapain lif?" tanya Devin penasaran.

"Nolongin mereka!" jawab Alif tegas.

Devin tertegun mendengar jawaban Alif. Ia tak melihat sahabatnya seperti ini.

Alif pun berhasil melompat masuk ke dalam ruang musik. Malvin, pria yang berwajah oriental itu juga mengikuti Alif pergi. Tinggalah Devin seorang diri.

"Aduh gw pengen ikut nolongin, tapi... gw trauma sama hal-hal berbau mistis." gumam Devin ragu.

Devin mempunyai masa lalu yang kelam. Ia juga merupakan salah satu orang yang memiliki bakat khusus. Dahulu ia sangat menyukai hal-hal berbau mistis.

Devin dahulu sangat menyukai hal-hal berbau mistis. Ia sudah mencoba beberapa permainan pemanggil arwah dari yang kecil hingga besar yang ada di Indonesia. Ia juga mencoba permainan itu hampir dari seluruh negara termasuk Jepang.

Dan berawal dari situlah Devin menjadi trauma akan berbau hal mistis hingga bertemu dengan Alif yang kini menjadi seorang sahabatnya. (no spoiler :v)

Hampir limabelas ia merenungi diri hingga suara alunan musik piano menyadarkannya. "Suara ini bikin gw merinding deh," ucapnya ketakutan.

Dengan keberanian dan persahabatan ia memutuskan untuk ikut serta menolong mereka. Ia menaiki jendela, lalu melompat masuk ke dalam ruang musik.

😱😱😱😱😱

Ridwan dan KeyB masih dalam perjalanan ke ruang musik. Mereka hampir saja beberapa kali menabrak mahasiswa/i yang melintas di setiap lorong.

"Aku semakin memiliki firasat buruk tentang mereka," ucap KeyB di sela-sela berlari.

"Masih berguna juga kemampuanmu itu," sindir halus Ridwan.

Keiza Alissya B. Biasanya di panggil KeyB. Seorang mahasiswi jurusan Seni semester 4. Ia sangat suka berpenampilan serba hitam.

KeyB sungguh tertarik dengan hal-hal yang berbau mistis. Ia memiliki kemampuan khusus yaitu dapat meramal masa depan walau hanya singkat. Kartu Tarot menjadi andalannya untuk meramal.

KeyB memutar bola mata jengah. Ia kembali fokus berlari hingga menabrak seorang wanita misterius.

Untungnya ada Ridwan yang berada dibelakang KeyB. Posisi Ridwan seolah-olah tengah memeluknya.

"Lepasin gw!" seru KeyB dingin.

Wanita misterius yang di tabrak hanya terdiam. Ia pun akan berlalu pergi sebelum sebuah tangan memegang pundaknya.

Drttt!!!

Seakan tersetrum wanita misterius itu aka Zalfa menoleh ke pemilik tangan tersebut. Ia merasakan punggungnya terasa lebih ringan dan wajahnya nampak ceria.

"Kau salah satu dari kami," ucap KeyB tersenyum tipis.

Zalfa hanya mengangguk mengerti. Memang ia sudah tahu akan bertemu dengan orang-orang spesial sepertinya di kampus ini.

"Terima kasih," ucap Zalfa tulus.

Ridwan melepaskan tangan yang tadi berada di pundak Zalfa. Ia juga merasakan sensasi tersebut.

"Sama-sama," balas Ridwan santai.

Ridwan Al-Hafidz. Sering di panggil Aa Iban atau Aiban. Mahasiswa jurusan Biologi semester 4. Seorang lelaki yang memiliki tubuh proposional. Ia merupakan salah satu cowok populer di kampus.

Sebuah ikat kepala selalu ia gunakan atau biasa disebut Headband. Ia juga memiliki kemampuan khusus yang tak dimiliki orang banyak. Salah satunya dapat menetralisir roh-roh jahat yang mengganggu manusia seperti Zalfa.

"Ayo kita harus cepat!" seru KeyB. Ia sudah berlari semakin menjauh dan tak terlihat.

Ridwan melirik Zalfa sekilas. Lalu ia menarik pelan tangan Zalfa untuk ikut berlari bersama mereka.

Zalfa terkejut. Namun, ia mau mengikuti mereka. Keduanya berlari menyusul KeyB yang sudah duluan menuju ke ruang musik.

😱😱😱😱😱

Di dalam Ruang Musik...

Vanya berhasil selamat dari lemparan gitar kayu yang mana mengenai kaca jendela hingga pecah. Vanya terduduk lemas sambil memeluk dirinya yang gemetaran.

Marsha berusaha menenangkan sahabatnya itu. Ia juga telah berusaha untuk menyelamatkannya.

"Kita pasti baik-baik saja," ucap Marsha tenang. Padahal ia juga sama takutnya dengan Vanya.

Vanya memeluk erat tubuh sang sahabat. "Iya semoga saja," balasnya berharap.

Tiba-tiba mereka mendengar suara beberapa orang dari balik jendela. Alif muncul di hadapan mereka setelah melompati jendela disusul oleh Malvin.

"Kalian gapapa kan?" tanya Alif cemas.

Marsha menatap benci Alif. "Kenapa harus dia yang datang nyelamatin?" batinnya kesal.

Malvin mendekati keduanya. Ia memberikan sebuah kalung jimat untuk membuat kedua mahasiswi ini terlindungi walau tak cukup ampuh.

"Makasih," kata Vanya setelah melepaskan pelukan.

Malvin hanya tersenyum. Rona tipis berwarna merah muncul di kedua pipi Vanya.

"Senyuman pria itu bikin gw meleleh," batin Vanya senang.

Alif terlihat begitu khawatir atas keadaan sang mantan. Namun, Marsha tak mengubrisnya sama sekali. Ia malah membuang mukanya tak mau melihat Alif sedikitpun.

Jreng!

Alunan musik tunts piano kembali terdengar. Suara itu begitu merdu tetapi juga mematikan.

Dan saat itulah Devin muncul di hadapan mereka. "Sorry gw telat," ucapnya tak enak hati.

"Aku takut!" seru Marsha.

Ia yang ketakutan langsung memeluk erat lengan Devin. Hal itu membuat mereka terkejut terutama Alif.

Sesak dan sakit. Itulah yang ia rasakan saat ini. "Mungkin dia udah ngelupain gw sepenuhnya. Oke, gw berjanji nggak akan mengganggu loe lagi... sha." batin Alif terasa hatinya teriris pisau.

Hantu wanita pemain piano mulai menampakan dirinya. Wajahnya yang pucat dan gaun putihnya yang sudah ternodai oleh darah di bagian perut membuat mereka merinding disko.

"Tolong aku...," kata hantu itu lirih.

Suara begitu sedih dan menyakitkan telinga mereka. Tak ada satupun yang beranjak dari tempat itu.

"Kamu mau minta tolong apa sama kami?" tanya Marsha memberanikan diri. Ia sudah lelah dihantui olehnya.

Hantu itu melirik gelang putih yang melingkari tangan Marsha. Marsha yang tahu tatapan itu segera menunjukan gelang tersebut.

"Ini punya kamu?" tanyanya memastikan.

"Iiyaa... tolong aku...," jawab hantu itu bersuara parau.

Tiba-tiba...

😱😱😱😱😱

Brakk!

Pintu ruang musik terbuka keras. Di sana nampak tiga orang. Yap! Mereka adalah Ridwan, KeyB dan Zalfa.

Ketiganya segera masuk ke dalam. Hantu pemain piano melirik ke arah buku hitam yang dibawa oleh Ridwan.

Sontak ia terlihat ketakutan lalu menghilang. Mereka yang di dalam dibuat kebingungan.

"Ke-kenapa hantunya hilang saat lihat tuh buku hitam?" tanya Vanya membuka suara.

"Gw akan jelasin. Tapi nggak di sini." jawab Ridwan santai.

Karena rasa penasaran yang tinggi mereka menurut saja. Satu persatu melangkah pergi meninggalkan ruang musik yang sudah berantakan.

Namun, salah satu di antara mereka terkejut dengan melihat buku hitam itu saja.

"Rasa-rasanya gw tahu tentang buku itu," gumamnya lalu beranjak pergi.

Mereka semua telah pergi. Sosok hantu perempuan piano muncul kembali. Ia menatap sendu kepergian mereka.

"Tolong aku....," ucapnya lirih lalu menghilang kembali.


😱😱😱😱😱😱

Saya kembali hadir dengan chapter terbaru tentunya. Hehe...

Satu persatu mereka telah muncul dan kini berkumpul. Apakah yang akan mereka bicarakan tentang buku hitam tersebut? Lalu bagaimana cara mereka menyelesaikan teror di ruang musik???

Penasaran? #samasayajuga :v :v :v

Oke! Selamat membaca yak! #Boomz

Jangan lupa tinggalkan jejak vommet kalian yaa...

(06/07/2018)"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top