05 Wanita Misterius

Vanya dan Marsha yang tak sengaja menabrak seseorang terhenti. Saat Vanya ingin meminta maaf. Ia terkejut melihat warna aura orang yang di tabrak.

"Lagi-lagi gw nemu orang yang punya aura dua warna," batin Vanya kaget.

"Putih pucat dan hitam pekat," gumam Vanya.

"Eeh? Beneran warna auranya begitu?" tanya Marsha berbisik.

Vanya hanya menganggukan kepala kecil. Wanita yang ditabrak keduanya hanya diam menunduk.

Aura di sekitar menjadi begitu sunyi dan menakutkan dari penampilan wanita itu sendiri.

"Maaf," suara parau wanita itu begitu menyeramkan.

"I-iya, gw ju-juga mau minta ma-maaf," jawab Vanya terbata-bata.

Marsha yang melihat wanita itu mendadak bungkam. Di belakang wanita itu terdapat tiga sama empat roh halus yang menempel padanya.

Ada seorang anak kecil yang kepalanya berlumuran darah. Wanita belasteran yang setengah mukanya hancur. Lelaki yang kedua matanya bolong serta kakek tua yang berwajah penuh belatung.

"Uweekk!"

Marsha rasanya ingin muntah. Ia pun menarik kuat tangan Marsha untuk menjauhi wanita itu.

Sedangkan wanita itu hanya melihat kepergian mereka dengan senyum tipis. "Kita sudah di takdirkan bertemu pada hari ini," ucapnya misterius.

Ia segera melanjutkan perjalanan menuju ke kelas dengan badan yang menuduk serta wajah yang tertutupi hampir keseluruhan oleh rambut hitam panjangnya.

Di tempat Vanya dan Marsha...

Marsha terhenti. Ia terlihat sangat kelelahan. Ia mengatur napasnya pelan.

"Gila! Gw tadi rasanya mau muntah!" seru Marsha masih mengingat empat roh itu.

"Memangnya apa yang loe lihat?" tanya Vanya penasaran.

Ia mengelap keringat di wajahnya menggunakan tisu yang selalu ia bawa di dalam tas.

"Gw... ngeliat hantu sekaligus empat di belakang tubuh cewek aneh itu." jawab Marsha sudah sedikit tenang.

"What?? Jangan-jangan dia ditempelin sama tuh hantu-hantu!" seru Vanya terkejut.

"Bisa jadi sih. Soalnya aura saat di dekat dia tuh bikin gw merinding disko." sahut Marsha.

"Hmm... Iya juga sih. Apalagi warna aura itu gelap." sambung Vanya.

Marsha dan Vanya kembali melanjutkan perjalanan ke ruang musik. Sekitar limabelas akhirnya mereka sampai.

😱😱😱😱😱

Di Kantin...

Terlihat seorang pria berambut hitam menatap gelas dengan mata kosong. Ia masih tak percaya akan perkataan wanita yang dulu pernah ia cintai.

"Aarghh!" serunya sambil mengacak-ngacak rambut.

Untungnya kondisi kantin cukup sepi. Hanya beberapa mahasiswa/i saja yang berada di sana.

"Sha, maafin gw." ucap Alif lirih.

Tiba-tiba seorang pria berambut biru mengagetkan dirinya.

"Woii! Diem bae! Ngopi ngapa ngopi!"

Alif menatap tajam pria itu. Bila ia tak menganggapnya teman, udah pasti ia akan membuatnya menjadi daging panggang.

"Yaelah Lif galau mulu. Senyum ngapa!" seru pria itu. Ia duduk di depan Alif.

"Ahh ganggu gw ajah loe!" umpat Alif kesal.

Ia meneguk gelas yang berisi teh manis dalam satu kali minum hingga habis.

"Hauus banget bang." ledek pria itu.

"Berisik! Dasar Babu pelawak receh!" sindir Alif.

Pria yang di panggil Babu tersenyum kecut. Ia menghirup oksigen lalu membuangnya perlahan.

"Nama gw Devin Aditya, bukan Babu." seru Devin tegas.

"Hahaha... Babu itu singkatan Baby Blue," tawa pecah dari Alif.

"Serah lu bang! Serah!" balas Devin kesal.

Devin Aditya Sanjaya. Biasanya di panggil Devin atau Babu. Seorang pria yang mewarnai rambutnya berwarna biru. Ia satu jurusan dengan Alif di bidang Management semester 3.

"Cabut yuk! Pelajaran Pak Arman mau di mulai nih bentar lagi!" ajak Devin.

Alif segera berdiri. Sebelum meninggalkan kantin, ia membayar terlebih dahulu.

Alif dan Devin berjalan meninggalkan area kantin. Namun, keduanya melihat sosok bayangan hitam melintas cepat di hadapan mereka.

"Lif, loe tadi lihat kan?" tanya Devin ketakutan.

"Iya! Dan gw tiba-tiba merasakan firasat buruk." jawab Alif.

"Gw harus pergi ke sana!" lanjutnya pergi berlari meninggalkan Devin.

Devin yang ketakutan ikut menyusul kemana larinya Alif. Ia berpikir akan ada kejadian yang membuatnya tertarik.

😱😱😱😱😱

Wanita yang dipandang aneh dan misterius oleh mahasiswa/i Universitas Bhineka berjalan melewati lorong yang sepi. Entah, padahal saat ini masih menunjukkan siang hari.

Zalfa Andriani. Biasa di panggil Zalfa. Ia merupakan mahasiswi jurusan Psikolog semester 3. Ia memang memiliki penampilan yang menyeramkan serta misterius. Wajahnya yang ditutupi oleh rambut hitam panjangnya serta jalan yang sedikit membungkuk seakan terdapat beban besar di punggungnya.

Zalfa memiliki kemampuan khusus yang tak dimiliki orang lain. Ia sangat disenangi atau didatangi oleh makhluk-makhluk halus yang menempel pada dirinya. Hal itu yang membuat ia terlihat menyeramkan.

"Tumben sepi sekali," ucap Zalfa.

Walaupun wajahnya tertutupi rambut, ia masih dapat melihat dengan cukup jelas.

Zalfa terus berjalan seorang diri. Ia selalu merasakan bulu kuduknya merinding.

Saat ia terus berjalan, dari arah berlawanan seorang pria berkacamata bulat berjalan ke arahnya. Pria itu terlihat sangat ketakutan.

"Hai, ada apa?" tanya Zalfa dengan suara paraunya dan tersenyum tipis.

Tapi tidak bagi pria itu. Ia mendengar suara dan senyuman Zalfa itu malah sangat ketakutan.

"Ampun... jangan nganggu saya," ucap pria itu.

Zalfa berjalan mendekati pria itu. Ia sangat mengenali sosok pria di hadapannya.

"Malvin," panggilnya parau.

Kedua mata Malvin melebar. "Aduh kenapa nih hantu bisa tahu nama gw," batinnya ketakutan.

"Bu-bukan, nama sa-saya Adipati." balas Malvin gagap.

Zalfa malah tersenyum tipis. "Iya, kamu Malvin Adipati Saputra." katanya.

"Eeehh! Kenapa hantu ini malah tahu nama panjang gw?" batin Malvin semakin ketakutan.

Karena tak kuat lagi, Malvin mengambil langkah seribu alias lari cepat. Ia sampai menabrak tong sampah yang tak bersalah. Malvin terus berlari hingga tak terlihat lagi.

"Hiks... jahatnya Malvin tidak mengenali aku," ujar Zalfa sedih.

Ia pun berjalan dengan hati galau.

😱😱😱😱😱

Malvin yang masih berlari kencang akhirnya berhenti. Ia terlihat sangat kelelahan.

"Sial banget gw dari kemarin dihantui sama hantu penunggu kampus ini," gerutu Malvin kesal.

"Padahal gw udah pakai segala macam penangkal hantu peninggalan kakek gw. Tetap ajah di datangin mulu sama mereka." lanjutnya lirih.

Malvin Adipati Saputra. Pria keturunan oriental khas Cina. Biasanya di panggil Malvin atau Coco. Saat ini ia mahasiswa semester 3 Jurusan Sosiologi.

Malvin selalu memakai segala macam aksesoris peninggalan mendiang kakeknya. Ia sangat mempercayai adanya makhluk halus dan ditakutinya. Malvin mempunyai sebuah cermin kuno yang dapat melihat arwah seseorang yang menghantui dirinya.

"Selama gw jadi mahasiswa kampus ini banyak banget hal yang mengganggu gw setiap saat. Padahal kan gw kaga salah apa-apa coba." kata Malvin curhat.

Ia memutuskan duduk di bangku dekat ruang musik. Ia mengipaskan wajahnya menggunakan lembar kertas yang sudah tak terpakai.

Saat Malvin menetralkan jantung setelah berlarian cukup jauh. Ia melihat dua pria berlari menuju ke arah ruang musik.

Rasa penasaran sekaligus takut berkecamuk di hati. "Pada ngapain dah tuh mereka buru-buru ke ruang musik." ucapnya.

Malvin berlajan pelan mengikuti keduanya. Ia harus melawan ego dan rasa takutnya saat ini.

"Semoga gw kaga lihat yang berbau hantu lagi," doanya.

😱😱😱😱😱

Oke! Selamat malam!

Hari ini saya update 2x khusus untuk kalian hehe...

Satu persatu mahasiswa/i yang memiliki kemampuan khusus mulai bermunculan. Apakah takdir yang akan menunggu mereka di depan?

Bagaimana kah misteri di ruang musik itu? Penasaran? Sama saya juga :v

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak vommet kalian guys!

Salam The Mistery 😊

(03/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top