04 Sebuah Petunjuk

Di Ruang UKS...

Seorang perempuan terbaring lemah di salah satu brankar UKS. Wajahnya terlihat sangat pucat.

Di sana dua orang berbeda jenis kelamin menatap sendu perempuan itu. Salah satunya yaitu membelai rambutnya khawatir.

"Sha, loe kenapa bisa gini sih?" tanya Vanya sang sahabat Marsha.

"Sorry... gw nggak di saat lu kaya gini," lanjutnya meneteskan air mata.

Sang pria menepuk pundak Vanya pelan. Ia memberikan kekuatan agar ia bisa tegar.

Drtt!

Sontak tubuh Vanya menegang. Ia merasakan tubuhnya seperti tersetrum setelah pria itu menyentuh pundaknya pelan.

"Aww!" rintihnya merasa kesemutan.

"Ada apa?" tanya Alif panik.

"Tolong jauhin tangan lu dari pundak gw!" seru Vanya dingin.

Alif langsung menjauhkan tangannya. Ia juga merasakan suatu energi di tubuh Vanya.

"Apa dia juga salah satu dari kita?" batin Alif bertanya-tanya.

Ia menatap wajah Marsha sedih. Baru saja bertemu ia sudah merasakan firasat buruk yang menimpa Marsha. Dan ia telat sebagai seorang sahabat untuk menolongnya.

"Maafin gw Sha," gumam Alif lirih.

Vanya agak sedikit menjauh dari Alif. Ia tak mau merasakan sensasi itu lagi.

"Sebenarnya dia itu siapa? Kok gw bisa ngerasain hal aneh seperti tadi?" batin Vanya juga bertanya-tanya.

☻☻☻☻☻

Di Alam bawah sadar Marsha...

Ia berada di sebuah ruang yang tak asing baginya. Ia melihat sekeliling ruangan yang berisi peralatan musik.

"Bukannya ini ruang musik," kata Marsha heran.

Marsha melangkahkan kakinya menuju ke sebuah piano yang terlihat agak usang. Seperti sudah tak pernah di sentuh maupun di rawat.

"Kenapa gw bisa ada di sini?" tanya Marsha bingung.

Tiba-tiba tunts piano bergerak dengan sendirinya. Hal itu membuat Marsha terkejut sekaligus ketakutan.

Ia tak bisa mengerakan badannya. "Aduh! Badan gw kenapa nih?"

Marsha terlihat sangat panik. Namun, ia mulai tertarik dengan permainan piano berhantu itu.

Alunan melodinya begitu indah dan merdu. "Pasti dulunya si hantu orang yang berbakat memainkan piano." gumam Marsha.

Jreng!!!

Suara tunts piano membuat Marsha menutup kedua telinganya erat. Tubuhnya menegang ketika melihat sosok seorang wanita mengenakan drees putih pendek tengah menatapnya intens.

"Pergi! Gw mohon jangan ngganggu gw!" jerit Marsha kencang.

Hantu wanita itu mulai berjalan mendekati Marsha. Marsha yang tak bisa menggerakan tubuhnya hanya bisa pasrah.

"Tolong aku...," bisik hantu wanita itu lirih.

Ia pun menghilang. Tubuh Marsha sudah mulai bisa di gerakan kembali. Ia terduduk lemas tak kuat menahan beban di tubuhnya.

"Ma... Pa... Marsha takut sekali," ucap Marsha lirih.

Di sampingnya terdapat sebuah gelang berwarna putih. Tangan Marsha yang tak sengaja menyengolnya menatap heran gelang tersebut.

Karena rasa penasaran yang tinggi. Ia mengambil gelang putih itu. Dan ia tiba-tiba pingsan.

"Aaaahhh!" jerit Marsha histeris.

Vanya dan Alif yang masih setia menunggu Marsha terkejut akan jeritan gadis itu. Keduanya langsung menghampirinya.

"Marsha! Loe kenapa?" tanya Vanya.

Marsha langsung memeluk erat pinggang Vanya. Tubuhnya gemetaran dan keringat sudah membasahi seluruh badan.

"Cejo... aku takut," jawab Marsha di balik pelukan.

"Sha...," panggil Alif cemas.

Marsha yang mengenali suara itu melepaskan pelukan. Ia menatap terkejut sosok pria itu.

Wajahnya mulai mengeras. Tatapannya begitu tajam dan sedih.

"Pergi! Jangan ngganggu gw lagi!" bnetak Marsha.

Alif yang ingin mendekati Marsha terhenti. Ia terkejut akan bentakan Marsha.

"Jadi... loe belum bisa maafin gw, sha." ucap Alif sedih.

"Pergi! Gw nggak mau lihat wajah loe lagi di hadapan gw!" bentak Marsha kembali.

Alif menatap sedih Marsha. Lalu ia mulai pergi meninggalkan Marsha dengan hati yang sangat kecewa.

Vanya yang daritadi hanya diam memperhatikan keduanya terkejut. Baru kali ini ia melihat Marsha sangat marah kepada seseorang.

"Sha," panggil Vanya butuh penjelasan.

"Cejo... gw bakal cerita di saat gw siap, oke." kata Marsha tegas.

"Oke, gw tunggu penjelasan loe itu." balas Vanya tersenyum.

Keduanya pun kembali berpelukan. Marsha terisak di dalam pelukan. Tanpa di sadari sebuah gelang putih melingkar di tangan Marsha.

😱😱😱😱😱

Seorang pria berwajah mirip artis Korea berjalan santai menikmati waktunya di siang hari. Bila orang lain menganggap siang itu panas, dia malah sebaliknya.

"Udara siang hari memang terasa nyaman," gumamnya.

Ia duduk di salah satu bangku taman belakang kampus. Sebuah pohon beringin berukuran besar menjadi pemandangan horor di sana.

Banyak mahasiswa/i enggan berkunjung ataupun melewati tempat tersebut. Mereka lebih memilih untuk memutari jalan yang jaraknya lumayan jauh.

Konon katanya taman belakang kampus yang terdapat pohon beringin berumur ratusan tahun menjadi tempat paling angker di area kampus.

"Tempat nyaman gini di bilang angker," ucap pria itu.

Yuk kita kenalin ajah! :v

Bastian Anggoro. Seorang mahasiswa jurusan IT semester 4. Ia berwajah tampan bak artis korea. Dia biasa di panggil Kobas oleh teman-temannya.

Bastian itu sangat menyukai hal-hal yang berbau aneh dan mistis. Ia selalu membawa handycam miliknya untuk menesuluri tempat yang di anggap angker oleh orang-orang. Salah satunya ya di taman belakang kampus.

"Gila guys... di sini gw mulai merasa sensasi merinding," ucap Bastian sambil merekam.

Ia mengambil video di berbagai sudut taman termasuk pohon beringin. Tiba-tiba sebuah bayangan putih terbang melintasi dirinya.

"Wow... gw lihat... kuntilanak guys." kata Bastian heboh.

Ia merekam ke arah sosok kuntilanak itu terbang. Tiba-tiba sebuah wajah menyeramkan terpampang jelas di kameranya.

"Wow! Gila tuh setan pengen banget di rekam sampai segitunya." kata Bastian terkejut bukan main. Ia hampir saja menjatuhkan kameranya.

Dan aktivitas Bastian disibukan dengan merekam sosok hantu di taman belakang kampus hingga sore menjelang.

👻👻👻👻👻

Hari telah berganti...

Sinar matahari menerangi kawasan area Univeritas Bhineka. Para mahasiswa/i melangkahkan kakinya untuk belajar, cuma nongkrong, bercanda dan mencari popularitas saja.

Namun beda dengan Marsha dan Vanya. Keduanya sedang menuju ke Ruang Musik.

Setelah menceritakan semua tentang kejadian yang dialami Marsha baik di dunia nyata maupun mimpi. Kedua wanita cantik ini memutuskan untuk mencari sebuah petunjuk.

"Gelang putih yang loe pakai, pasti ada hubungannya dengan sosok hantu itu." kata Vanya.

"Hmm...," gumam Masrha.

Ia sebenarnya tak semangat untuk melakukan hal ini. Tetapi ia juga tak mau di teror terus menerus oleh sang hantu wanita penunggu piano.

"Maca! Oii Maca!" panggil Vanya yang tak di tanggapi oleh sahabatnya.

Plak!

Vanya memukul pelan lengan Marsha. "Aww! Apa-apaan sih mukul tangan gw ajah?!" kesal Marsha.

Vanya memutar bola mata malas.

"Gw daritadi ngomong sama lu Maca. Tapi loe malah bengong gajelas kaya gitu!" serunya menatap kesal sang sahabat.

"Hehehe... sorry ya. Gw sebenarnya takut buat nyelidikin ini." ucap Marsha jujur.

Vanya menghela napas pelan. Ia sangat mengerti apa yang dirasakan oleh Masrha, tetapi ini juga demi kebaikannya.

"Yaudah yuk! Kita cepat ke sana keburu masuk jam pelajaran nanti!" seru Vanya.

Ia pun menarik tangan Marsha. Dan Marsha hanya pasrah ditarik seperti gerobak oleh si cewek Jawa bergaya korea.

Tiba-tiba mereka menabrak seorang perempuan berambut panjang. Wajahnya tertutupi oleh rambutnya.

😱😱😱😱😱

Chapter 04 The Mistery selesai nih...

Apa udah kerasa serem ya? "Jawab"

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian!

Oke... Oke...

See you next chapter!

(03/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top