02 Bayangan Hitam

Marsha berjalan cepat menuju ke perpustakaan. Entah apa yang membawanya kemari, karena pikirannya saat ini tengah kacau.

Dia harus bertemu dengan hantu perempuan yang meminta tolong dicarikan tangannya. Kemudian harus bertemu kembali dengan seseorang di masa lalu yang selalu menghantuinya di kala sedih.

"Sumpah baru pagi ajah udah pada bikin gw kesel, marah dan ketakutan." gerutunya cukup kencang.

Hal itu membuat sang penjaga perpustakaan kampus menegur dirinya. "Jangan berisik di dalam perpustakaan!" serunya galak.

Marsha langsung terdiam. Ia menundukan kepalanya meminta maaf, lalu pergi ke rak buku khusus Sastra.

"Aahh! Ups!"

Hampir saja ia berteriak kembali. Bagaimana tidak? Ia habis melihat sosok hantu perempuan tua yang memakai pakaian khas mahasiswi jurusan keperawatan. Walaupun sosoknya tak menyeramkan, tetapi itu sudah membuat dirinya ketakutan setengah mati.

"Ya Allah... kenapa sih nasib gw gini banget?" tanyanya frustasi.

Ia sudah tak sanggup harus dihantui oleh mereka yang selalu menampakkan diri tanpa permisi. Rasanya ia ingin mati saja. Namun, pikiran buruk itu ia tepis jauh-jauh.

Akhirnya Marsha bisa berusaha bersikap tenang. Ia tak mau di cap aneh oleh orang-orang.

Marsha membaca buku yang berjudul 'Tokoh Sastra'. Ia membaca  sekaligus memahami setiap tulisan dengan serius.

Tanpa ia sadari seorang pria berambut hitam yang memakai ikatan di kepala memperhatikannya sedari tadi. Ia menatap Marsha intens.

"Dia selalu diikuti oleh sosok bayangan hitam," gumamnya pelan.

😱😱😱😱😱

Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Marsha tengah berjalan menuju ke kelas. Setelah hampir sejam di perpustakan, jam pelajaran kuliah pertama akan segera di mulai.

Sampailah ia di kelas Jurusan Sastra Bahasa...

Suasana di kelas terlihat cukup ramai. Ia pun memutuskan untuk duduk di bangku kesayangannya.

Tiba-tiba seorang wanita yang memiliki berwajah kucing duduk di sebelahnya. Ia tersenyum ke arah Marsha.

"Selamat pagi, Maca...," sapanya lucu.

Marsha mendengus kesal. Ia sangat tak suka di panggil seperti itu.

"Pagi juga, kucing," balas Marsha datar.

Seketika wanita yang tadi menyapanya cemberut. Ia memukul lengan Marsha pelan.

"Namaku tuh Ruth, bukan kucing!" sewotnya kesal.

"Hahaha... lagian sih, Uthe panggil gw begitu. Gw kan paling benci di panggil macam itu." sahut Marsha tertawa kecil.

Ruth Angelica. Seorang wanita yang memiliki rambut pendek sebahu berwarna pirang kehitaman. Wajahnya yang mirip kucing terlihat begitu lucu nan imut bagi kaum pria. Ia merupakan sahabat Marsha juga sejak masuk satu jurusan yang sama.

"Hehe... sorry deh," ucap Ruth.

Seorang dosen pun masuk ke dalam kelas. Ia bernama Pak Nino, dosen mata kuliah Sastra.

"Selamat pagi semua," sapa Pak Nino.

"Pagi pak," balas mahasiswa/i serempak.

"Baik, sekarang kita lanjutkan kembali pelajaran sebelumnya." ujar Pak Nino.

Ruth dan Marsha memperhatikan pelajaran dengan serius. Tiba-tiba Ruth bergumam pelan, namun masih bisa didengar oleh Marsha.

"Palingan di suruh buat kelompok tentang Tokoh Sastra,"

Dan di waktu yang sama Pak Nino menyebutkan hal yang sama oleh Ruth.

"Kalian diwajibkan membuat kelompok tentang Tokoh Sastra yang masing-masing terdiri dari empat orang." jelas Pak Nino.

Marsha membulatkan kedua matanya. Ia terkejut dengan gumaman Ruth yang sama dengan dosen.

"Kok lu bisa tahu?" tanya Marsha berbisik.

"Eeh! Tahu apaan?" tanya balik Ruth terkejut. Ia berteriak cukup kencang.

Pak Nino menatap tajam keduanya. "Marsha! Ruth! Keluar dari kelas saya... sekarang!" serunya marah.

"Ta-tapi pak, sa-"

"Gara-gara Ruth gw jadi kena kan," batin Marsha kesal.

Ruth melirik Marsha. "Ini semua gara-gara loe, bukan karena gw!" seru Ruth dingin.

Ia pun meninggalkan kelas dengan membawa tas. Marsha yang diam karena terkejut akan ucapan Ruth memilih mengikutinya.

Keduanya telah berada di lorong kampus. Ruth melangkah cepat. Ia tak menghiraukan panggilan Marsha.

"Ruth! Tungguin gw!" seru Marsha masih berusaha mengejar Ruth.

😱😱😱😱😱

Matahari sudah tak nampak, menggantikan bulan yang muncul. Sinar rembulan cukup menerangi malam yang gelap.

Marsha baru saja sampai di rumah. Keadaan rumahnya terlihat sepi.

"Aduh kenapa gw bisa lupa. Mama sama Papa kan lagi ke Jepang." ujar Marsha.

"Gw di rumah sendiri berarti. Ah! Kalau begitu mending tadi nginep di rumah Vanya." lanjutnya kesal.

Ia pun memberanikan diri masuk ke dalam rumah. Ia tak menghiraukan sosok wanita tua yang tengah menyapu di halaman depan rumahnya.

"Assalamualaikum," sapa Marsha. Walau tak ada orang, ia harus tetap memberikan salam.

Marsha menaiki anak tangga menuju ke lantai 2. Kamarnya terletak di lantai atas tepatnya berada di pojok ruangan.

Bulu kuduknya seketika merinding. Ia merasakan hawa dingin di samping ia berdiri.

"Gw harus kuat!"

Marsha segera memasuki kamarnya. Terdapat tulisan 'Kamar Oreo' tertempel di depan pintu.

"Nak... tolongin nenek,"

Terdengar suara nenek tua yang meminta tolong. Marsha menolehkan kepalanya ke samping.

Ternyata di samping kanannya muncul nenek tua yang di lihatnya di halaman depan rumah. Wajahnya nenek itu sungguh menyeramkan. Belatung keluar dari hidung serta mulutnya.

"Aaaahhh!!!" jerit Marsha ketakutan.

Marsha membuka pintu kamar cepat, lalu membantingnya kuat. Ia memilih bersembunyi di bawah selimut.

"Ma... Pa... aku takut." ucapnya lirih.

Ia pun terisak di bawah selimut. Tubuhnya gemetaran hebat. Dan akhirnya tertidur lelap.

😱😱😱😱😱

Ayam jago telah berkokok. Matahari pun mulai menampakan diri. Burung-burung berkicau merdu di pagi hari yang cerah.

Suara dering ponsel bergetar hebat di saku baju. Marsha yang merasa terngganggu akhirnya terbangun.

Ia meraih ponselnya. Saat dilihat ternyata ada sebuah kirimin video entah dari siapa. Ia pun segera membukanya.

"Aahhh!"

Marsha menjerit histeris. Ia membuang ponselnya hingga terjatuh ke lantai.

Ia sangat ketakutan sekali. Tubuhnya bergetar hebat dan suara isak tangis mulai terdengar darinya.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa? Gw selalu dihantui seperti ini?!!" seru Marsha lirih.

Marsha sangat tak menyukai mempunyai kemampuan khusus yang ia miliki. Ia hanya ingin menjadi manusia normal seperti lainnya. Dapat bercanda, bersantai dan beraktivitas seperti orang pada umumnya tanpa diganggu oleh makhluk-makhluk gaib.

"Mama... Papa... Marsha takut...," ujarnya lirih hingga tak terdengar.

Namun, ponsel itu masih memutarkan video yang menampakkan sosok bayangan hitam yang selalu menghantuinya hingga ke alam mimpi.

"Marsha... tolonglah aku...," suara parau dari ponsel itu begitu dingin dan menyeramkan.

Dan karena merasa tak kuat lagi. Marsha pun tak sadarkan diri kembali.

😱😱😱😱😱

Selamat tanggal 01 Juli semuanya...

Alhamdulillah...

Tak terasanya kita masih diberi kehidupan kepada Allah SWT.

Pagi ini, saya telah menyelesaikan chapter 02 dari cerita horor dan misteri baru saya. Semoga kalian menikmati dan membacanya hingga menunggu kelanjutannya hehehe...

Bagaimana? Apa sudah ada kesan horor nya?

Jangan lupakan tinggalkan jejak kalian!

(01/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top