12
Tangan Kyuhyun jatuh terkulai, refleks meraba-raba tempat di sampingnya. Matanya yang masih mengantuk terbuka lantaran tidak ada Ji Young di sana. Duduk tegak, dilihatnya wanita itu berada di seberang ruangan, duduk menghadap ke jendela dengan kursi yang ditarik ke dekat jendela. Menghampiri Ji Young, untuk sesaat Kyuhyun menangkap sorot lelah dari wanita itu sebelum ekspresi dingin kembali tampak pada wajah rupawan tersebut.
Berlutut di depan kursi yang diduduki Ji Young, diraihnya tangan kanan Ji Young dan membawanya ke bibir. “Bukankah ini masih terlalu pagi untuk beranjak dari tempat tidur?” Senyum Kyuhyun muncul ketika ekspresi Ji Young melunak. “Semoga aku tidak mendengkur terlalu keras hingga mengganggu tidurmu.”
“Kau memang mendengkur,” kata Ji Young sambil meninju pelan dada Kyuhyun.
Berdeham, ditatapannya wanita itu lekat-lekat. “Aku tidak tahu apakah aku berhak untuk bertanya atau tidak.”
“Hm?”
“Sejak kemarin kau terlihat aneh. Apakah ada seseorang yang mengganggumu?” Sikap protektif muncul begitu saja dalam dirinya. Tiba-tiba rasa ingin melindungi Ji Young berkobar-kobar dalam dirinya. “Katakan padaku siapa orangnya?”
Ji Young menanggapi keseriusan Kyuhyun dengan tawa pelan. “Memangnya siapa yang berani mengganggu pembunuh bayaran sepertiku?” Namun ucapannya tidak mengurangi ketegangan Kyuhyun. “Jangan mengkhawatirku,” ujarnya dingin.
“Hubungan kita saat ini memungkinkanku untuk mengkhawatirkanmu.”
“Aku tidak terlalu suka mendengarnya.” Bangkit dari posisinya, mendengar langkah kaki Kyuhyun di belakangnya wanita itu memutar badan dengan cepat. “Oke! Kau mau tahu apa masalahku? Kau, Kyuhyun.”
Raut Kyuhyun tampak terkejut. Perasaan takut melilit tubuhnya. “Aku?”
Menggigit bibir, melihat raut Kyuhyun membuat Ji Young serba salah. “Maksudku… aku tidak nyaman tidur satu ranjang denganmu. Apa istilahnya? Oh, ya, kuno. Aku wanita kuno.”
“Kuno itu menarik.” Sudut-sudut bibir Kyuhyun membentuk senyuman. Dia melintasi ruangan dan memeluk Ji Young. “Kupikir kau tidak ingin bersamaku lagi.”
Kau benar-benar dalam masalah, Ji Young. Pria ini jatuh cinta setengah mati padamu.
“Jadi aku pria pertama yang tidur satu ranjang denganmu,” goda Kyuhyun.
“Bukan hal yang patut untuk dibanggakan. Kau boleh bangga kalau kau menjadi pria pertama yang mengambil keperawananku.”
Kyuhyun mendesis. “Ouh… Yeah. Aku ingin sekali menjadi yang pertama untukmu.”
“Lakukan dalam mimpimu,” ujar Ji Young sambil mendorong Kyuhyun. “Awas kalau kau sampai membayangkannya. Akan kutendang selangkanganmu, Mr. Cho.”
“Peringatan tajam. Akan kuusahakan.”
“Aku mau mandi.”
Kyuhyun harus menelan kekecewaan karena Ji Young meminta pulang lebih awal. Ada seseorang yang ingin ditemui, itulah alasannya. Tadinya dia tidak terlalu penasaran dengan orang yang ingin ditemui Ji Young, namun gara-gara orang itu, acara kencannya harus berakhir. Setelah bolak-balik bertanya, akhirnya Ji Young memberitahunya. Orang itu tak lain adalah bibi Ji Young sendiri.
“Di mana kalian akan bertemu? Aku bisa mengantarmu, sekalian berkenalan dengan Bibimu,” ujarnya saat turun dari heli jet.
“Apa?!” Suara Ji Young meninggi karena terkejut. “Kurasa tidak sekarang.”
“Kenapa tidak? Tidak ada salahnya bertemu dengannya sekarang.”
Ji Young tidak tahu apakah ini baik untuk dirinya dan bibinya. Tetapi dia harus percaya pada Kyuhyun. Dia memberitahu tempat pertemuan mereka, dan Kyuhyun menanggapinya sambil tersenyum.
“Pusat perbelanjaan itu milikku.”
“Bagus,” kata Ji Young muak. “Bibi pasti senang sekali kalau tahu hal itu.”
Kegugupan Ji Young mengiringi langkahnya. Dia melambaikan tangan pada wanita setengah baya di dekat lift. “Bibi sudah lama menungguku?”
“Tidak, aku baru sampai.” Tatapan Miju beralih pada pria yang berdiri di belakang keponakannya. “Siapa dia?” tanyanya sambil tersenyum penuh arti.
Melangkah ke samping Ji Young, kemudian Kyuhyun membungkukkan badan. “Namaku Cho Kyuhyun. Kekasih keponakan Anda,” kata Kyuhyun, senyumnya mengembang.
Miju menunjukkan reaksi tak percaya sekaligus senang. “Oh! Ji Young Sayangku.” Digenggamnya tangan Ji Young secara refleks karena terlalu senang. “Aku Jung Miju.”
“Senang berkenalan dengan Anda. Boleh aku panggil Bibi?”
“Tentu.”
“Kita sudah sampai di sini. Apa selanjutnya?” tanya Ji Young canggung.
“Membeli beberapa pakaian untukmu,” kata Miju.
“Bibi!” Protes Ji Young.
“Isi lemarimu sangat memprihatinkan, Sayang.”
“Benarkah?” sambung Kyuhyun, tampak begitu tertaril. “Kalau begitu sebaiknya Bibi membeli banyak pakaian untuknya. Aku yang bayar.”
“Tidak perlu berlebihan,” geram Ji Young.
“Kurasa tidak berlebihan,” tukas Miju. “Tapi, Nak, aku akan membayarnya sendiri,” katanya pada Kyuhyun.
“Tidak untuk kali ini, Bi. Gedung beserta isinya adalah milikku.”
“Berhenti memamerkan kekayaanmu, Mr. Cho.”
“Ah, sekarang aku baru tahu,” ucap Miju. “Kau penemu mesin-mesin canggih itu.”
Kyuhyun tersenyum menanggapinya. “Ayo kita belanja.”
Dua jam mengelilingi tempat itu untuk berbelanja, Ji Young memutuskan hanya menerima tiga pasang kemeja baru dan satu mantel. Bibinya juga dibelikan mantel oleh Kyuhyun. Untuk ukuran belanjaan mereka, Ji Young tidak berani membayangkan kisaran harganya. Tidak diragukan lagi barang-barang di sini dibuat oleh perancang busana kelas dunia.
“Apakah kalian lapar?” tanya Miju.
“Sangat,” jawab Kyuhyun.
“Bagus. Kyuhyun, kau tidak keberatan, kan, jika aku mengundangmu ke apartemenku? Aku akan memasak banyak hari ini.”
“Kedengaran bagus. Iya, kan, Sayang?” Tangan pria itu langsung melingkar ke pinggang kekasihnya.
“Ya. Bibiku akan memaksamu menghabiskan semua masakannya.”
“Tak masalah.”
“Kalau begitu kita belanja keperluan untuk dapur terlebih dahulu.”
Kyuhyun membantu membawa belanjaan masuk ke dalam apartemen setelah mereka tiba. Dia begitu antusias siang itu. Dia dengan sukarela membantu—mengerjakan tugas ringan di dapur—seperti membuka tutup selai atau mencuci sayur. Sesekali mengganggu Ji Young yang sedang memotong wortel dan kentang hingga akhirnya mereka bertengkar di dapur. Kyuhyun tidak ingat kapan dia merasakan suasana hangat keluarga seperti ini. Bahkan saat keluarganya masih lengkap, mereka tidak pernah segembira ini.
Setelah bertahun-tahun, dia mencoba mengingat-ingat bagaimana ibunya dulu memasakkan makanan untuknya. Ingatan itu sudah samar-samar sekarang, sama seperti wajah ibunya.
“Selama ini aku tidak pernah mendengar tentang keluargamu, Kyuhyun,” ujar Miju.
“Mereka sudah lama meninggal.”
Miju menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Kyuhyun. “Aku turut berduka.”
“Terima kasih.”
“Tapi dia mendapatkan sosok orangtua dari orang lain, Bi. Aku sudah mendengar ceritanya.”
Kyuhyun menggeleng sambil tersenyum. “Memiliki Mark setelah semua kejadian itu adalah salah satu hal yang terbaik dalam hidupku. Tapi alangkah lebih baik jika kau masih mempunyai keluarga. Kau beruntung memiliki Bibi Miju.”
“Yeah,” ujar Ji Young setuju. “Bi, aku mau salad kentang.”
Kyuhyun makan dengan lahap, semua hidangan di atas meja makan disantapnya dengan sukacita. Pria itu semakin senang ketika Miju menahannya di sana sampai makan malam, tentu saja dia menerimanya. Saat sore, dia bermain kartu. Dari Miju, Kyuhyun mengetahui bermain kartu Hwatu—kartu bergambar bunga dari Jepang.
“Manusia berotak canggih sepertimu tidak akan bisa memenangkan permainan tradisional,” ejek Ji Young. Dia duduk di samping Kyuhyun sambil memperhatikan pria itu bermain.
Kyuhyun menyeringai. “Aku mahir dalam segala hal, Sayang, tenang saja.”
“Ji Young tak pernah menang dariku dalam permainan ini,” tukas Miju.
Mau tak mau Kyuhyun tergelak. “Payah.”
“Akan tiba waktunya saat aku mengatakan hal yang sama padamu.”
Namun pada akhirnya Kyuhyun memang kalah dalam permainan itu. Sebagai hukumannya dia harus membuatkan teh untuk mereka bertiga.
Menyusul ke dapur, Ji Young cekikikan melihat Kyuhyun kebingungan membuat teh. Di tempat Miju semuanya dilakukan tanpa menggunakan mesin, jadi tak heran bila pria itu tampak kesusahan. “Jangan terlalu bergantung pada mesin,” sindir Ji Young, mengambil alih tugas sederhana itu. Diseduhnya air panas ke dalam teko dan menyiapkan cangkir ke atas nampan.
“Hari ini hari terbaik dalam hidupku,” gumam Kyuhyun. “Aku jadi tahu kehidupan berkeluarga.”
Perasaan sedih menghinggapi wanita itu. Dihampirinya Kyuhyun yang sedang duduk di balik meja konter, mengusap rambut pria itu lalu mencium tepi bibir Kyuhyun.
Kyuhyun menyambut ciuman tersebut, menarik pinggang Ji Young agar semakin dekat dengannya. Mereka sama-sama tersentak lantaran kehadiran Miju di sana.
“Maaf mengganggu. Di mana teko tehnya?” tanya Miju
“Akan kubawakan, Bi.”
“Aku mulai kesal dengan Bibimu,” canda Kyuhyun, lantas mengadu kesakitan saat rusuknya dihantam oleh siku Ji Young.
Minum teh sambil berbagi cerita. Tiap kali pembicaraan mereka mengarah pada bagian menyakitkan dari masa lalu, baik Kyuhyun maupun Ji Young segera mengganti topik. Di saat menyenangkan seperti ini mereka tidak mau mengingat-ingat luka lama. Mendengar cerita masa kecil Ji Young yang bahagia, membuat Kyuhyun ikut senang.
Pukul tujuh malam, Miju kembali ke dapur untuk memasak makan malam mereka. Sisa makanan tadi siang dihangatkan kembali dan dihidangkan di meja. Kali ini suasana makan makin ceria oleh suara tawa. Miju menceritakan kejadian-kejadian lucu saat Ji Young masih kecil. Suara tawa Kyuhyun lah paling sering terdengar dalam ruangan itu. Bahkan hingga selesai makan, dia masih terus tertawa.
“Apakah Bibi menyimpan foto-foto masa kecil Ji Young?” tanya Kyuhyun.
“Tidak ada. Mungkin Ibu Ji Young memilikinya.” Ditatapnya sang keponakan dengan sendu. “Saat membawanya ke Amerika, aku tidak memikirkan hal lain.”
“Aku mengerti. Mark pasti juga seperti itu saat membawaku pergi,” ujar Kyuhyun, sorotnya tampak sedih. Tangannya merogoh ke dalam saku, mengambil ponsel transparan dan menyentuh layarnya. Tertera pesan singkat yang dikirim oleh Mark, memintanya untuk segera pulang. Sekarang Kyuhyun baru ingat kalau dia punya janji temu. “Menyebalkan. Aku harus pergi sekarang.” Saat berdiri, Kyuhyun memeluk Miju dan berkata. “Terima kasih untuk semuanya. Aku benar-benar senang bertemu denganmu.”
“Begitupun denganku.” Ditatapnya Kyuhyun dan Ji Young bergantian, kemudian tersenyum.
“Aku akan mengantar Kyuhyun sampai lift,” kata Ji Young.
“Kau tidak ikut pulang bersamaku?” Kyuhyun menjerit protes saat pinggangnya dicubit Ji Young.
“Malam ini aku menginap di sini. Ayo, Pria Besar.”
Ji Young menggigit bibir ketika menyadari jarak lift yang begitu dekat dengan tempat tinggal bibinya. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan, hanya berdua saja, tetapi dia tidak mempunyai kesempatan. Memanggil lift, untuk sesaat suasana jadi canggung lantaran tak satupun dari mereka yang berbicara.
Mereka saling menatap cukup lama, lalu saling mendekatkan wajah. Memeluk leher Kyuhyun ketika dia merasakan gejolak yang menggelora dalam hatinya, semakin membuatnya gila karena telah mencintai orang yang salah. Tetapi Ji Young tidak bisa melepaskan dirinya dari yang satu ini. Tatapan hangat Kyuhyun selalu membuatnya rindu, senyum pria itu membuatnya berdebar-debar, setiap ciuman mereka membuatnya merasa dicintai. Terlambat untuk mengatakan semua ini salah, Ji Young sudah telanjur masuk dalam jebakan yang dia buat sendiri.
Mengatur jarak untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen, apa yang diucapkan Ji Young kemudian keluar begitu saja tanpa mampu dicegah. “Aku mencintaimu, Kyuhyun.”
Tersenyum, dengan sayang Kyuhyun memeluk dan mencium kening Ji Young. “Aku juga mencintaimu.”
Mencuri ciuman kilat, Ji Young mendorong Kyuhyun masuk ke dalam lift saat pintu lift terbuka. “Selamat malam.”
“Ya, selamat malam.”
Pintu lift tertutup dan wanita itu berjalan mondar-mandir sambil menggigit bibir. Kemudian Ji Young tersadar jika dirinya cepat atau lambat harus memberitahu Kyuhyun yang sebenarnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika hari itu tiba.
Membanting pintu. Ketika melihat bibinya, Ji Young berusaha untuk tenang.
“Kenapa lama?”
“Kami ngobrol sebentar tadi,” dustanya.
Miju tersenyum, menghampiri keponakannya untuk memeluk wanita itu. “Aku ikut berbahagia untukmu, Sayang.” Suara Miju terdengar parau. “Dia pria yang baik.”
Ya, aku tahu, Bi. Dan aku telah menipu serta menjebaknya, itulah masalahnya sekarang.
“Kalian saling mencintai. Aku sangat bahagia karena kau memilikinya di sisimu.”
Memejamkan matanya yang panas, Ji Young bergegas ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaan bibinya. Alih-alih mencari kesibukan, toh tetap saja dia merasa sedih. Hatinya terasa sakit tiap kali memikirkan Kyuhyun. Dia tidak tahu cara menyembuhkan rasa sakit itu. Mungkin sepanjang sisa hidupnya beban itu akan terus menghantuinya.
***
Investigasi masih terus dilakukan FBI perihal seruel yang dikirim dari tempat itu. Ethan James mengatakan bila dirinya melihat seseorang memasuki ruangan di Sektor 3, tapi tidak melihat wajah orang itu. Steven juga memberitahu kemajuan pemecahan sistem yang dicuri dari Kyuhyun. Sampai saat ini mereka baru mencapai 85% tak akan lama lagi, apa pun rahasia pria itu akan terkuak. Mendengar itu, Ji Young merasa tidak semangat. Pikirannya sedang tidak berada di tempat itu, dia sedang memikirkan Kyuhyun.
Pekerjaan ini tidak lagi terasa menantang dirinya. Ji Young merasa bahwa dirinya lah yang menjadi penjahat di sini. Sungguh ironis. Di saat dia berpikir jika Kyuhyun adalah penjahat paling dibencinya, namun hal itu malah mempermainkannya. Ketulusan pria itu sedikit demi sedikit membuka mata Ji Young. Sangat disayangkan dia baru sadar sekarang.
“Takkan lama lagi sandiwaramu dengan Mr. Cho akan Selesai. Sudah temukan cara untuk mengakhirinya?” tanya Julia.
Mendengar pertanyaan tersebut, Ji Young menoleh dengan cepat. Dua detik yang lalu rasanya dia ingin membenturkan kepala Julia karena mengatakan hal itu. Menundukkan wajah untuk menyembunyikan amarahnya, ingatan saat dia menyatakan cintanya tadi malam seakan memukulnya.
“Belum,” jawab Ji Young dingin.
Melihat ekspresi temannya, Julia mendengus. “Kau tampak seperti patah hati, Evelyn. Apakah begitu menyenangkan menjadi kekasih seorang miliyuner?”
Menghentikan langkah dengan tiba-tiba. Ji Young mematung di tempatnya berdiri sambil menatap Julia. “Bagaimana kalau dia bukan penjahat yang kita cari?”
Dahi Julia berkerut. “Apa yang kau bicarakan?”
“Darimana munculnya gagasan bahwa Kyuhyun terlibat dalam organisasi terselubung? Kau tahu soal seruel yang dikirim padaku? Orang itu menuliskan kalimat ‘Dan terima kasih atas hadiah yang kau berikan. Kau mempermudah pekerjaanku’. Tidakkah itu aneh?”
“Tahan sampai di situ,” kata Julia sambil menggerakkan tanggannya. “Aku tidak mengerti.”
Tahu bila topik pembicaraan ini sangat berbahaya, Ji Young menarik temannya meninggalkan koridor. Tangga darurat dipilih wanita itu sebagai tempat yang paling aman karena tak ada kamera pengintai yang terpasang di tempat itu. “Begini. Setelah dipikir-pikir, kenapa aku bisa mempermudah pekerjaannya? Jika memang orang itu berkomplot dengan Kyuhyun, harusnya dia bisa mendapatkannya sendiri, tinggal meminta pada Kyuhyun.”
Julia tampak ikut berpikir.
“Dan lagi, alamat IP terlacak dari tempat ini. Padahal Kyuhyun punya seperangkat unit tak terdaftar yang bisa digunakan oleh organisasi mereka. Tetapi dia memilih unit di sini. Kalau aku jadi Kyuhyun, aku tidak akan berani bertindak nekad seperti itu.”
“Jadi maksudmu, orang dalam terlibat dalam hal ini?”
“Tentu saja. Dan orang ini berhasil memanfaatkanku dan mengkambing hitamkan Kyuhyun. Apa pun yang dia dapat, sepertinya itu akan membahayakan Kyuhyun.”
“Kau sudah membicarakan ini dengan Mr. Wahlberg?”
“Belum, baru kau yang mengetahuinya. Dan jangan katakan apa pun padanya. Kita belum tahu apa yang kita hadapi sekarang.” Raut wanita itu tampak cemas.
“Seandainya semua itu benar, apa yang akan kau lakukan?”
Menggigit bibirnya kuat-kuat, Ji Young berjalan modar-mandir dalam ruangan sempit itu. “Harus ada bukti kuat bahwa Kyuhyun tidak bersalah, baru setelah itu aku berani bertindak. Masalah ini menyangkut keamanan negara, kita tidak bisa bertindak gegabah.”
“Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?”
“Aku tahu aku bisa mengandalkanmu, Julia. Anggaplah kita tidak pernah membicarakan hal ini, oke. Setelah keluar dari sini, bersikaplah seperti tak terjadi apa-apa.” Sebelum Julia sempat bicara, Ji Young menambahkan. “Kau juga tidak boleh bilang pada Dominic-mu!”
“Aku mengerti. Rahasia wanita,” katanya sambil membuat gerakan mengunci mulut dengan kunci khayalan.
“Oke. Ayo kita pergi dari sini.”
Saat mengendarai mobilnya, pembicaraan dengan Julia tadi terus berputar-putar dalam benak wanita itu. Sudah ada satu bukti yang mengatakan kalau Kyuhyun bukanlah penjahat, tetapi itu masih belum cukup. Tiba-tiba dia teringat dengan berkas tersegel yang tak bisa dibuka dengan kartu akses pemberian Kyuhyun. Jika berkas itu berisi data organisasi terselubung, maka Kyuhyun bodoh kalau menyimpannya di unit dalam rumahnya.
Selain Kyuhyun, memang tidak seorang pun yang akan masuk ke sana—menurut pikiran pria itu—tapi berkas sepenting itu harusnya memang tidak disimpan di sana. Berpikir sejenak, apakah dia punya kesempatan untuk masuk ke sana? Memutar balik mobilnya, Ji Young akan mencoba peruntungannya hari ini. Dia mengarahkan mobil menuju kediaman Kyuhyun di daerah Queens.
“Selamat sore, Mark,” sapa Ji Young.
“Miss Yoon. Ada keperluan apa Anda berkunjung ke mari?” Nada Mark terdengar dingin.
“Kebetulan aku lewat dan memutuskan untuk singgah. Tiba-tiba kepalaku pusing, boleh aku masuk?”
“Tentu.”
Agar tidak dicurigai, Ji Young berpura-pura istirahat di kamar Kyuhyun. Bahkan dia menggumamkan terima kasih pada Mark ketika diberi obat untuk sakit kepala. Menunggu hingga satu menit berlalu, melompat turun dari tempat tidur dan cepat-cepat menyelinap keluar dari kamar. Beruntung dia bisa bergerak leluasa karena kamera pengintai dalam rumah tidak pernah diaktifkan, Kyuhyun memberitahunya beberapa waktu lalu.
Mengeluarkan kartu akses dari dalam saku, dia meletakkannya pada slot untuk dipindai. Pintu ruangan itu membuka, Ji Young masuk dengan cepat dan mengaktifkan kunci dari dalam. Memutari meja konsol berbentuk U, meja kaca berwarna hitam itu bersih tanpa debu, sama persis ketika terakhir kali dia menyusup kemari. Unit sudah menyala di hadapannya, selama tiga detik yang terasa panjang, Ji Young terdiam.
“Memasukkan kode MC 93802/027 otorisasi FBI untuk membuka berkas tersegel AMK 19052069.”
KODE AKSES DITOLAK.
“Ha! Bagaimana bisa kode milik FBI ditolak!” Jeritnya frustrasi. “Aku harus tahu isi berkas itu sebelum FBI.” Berjalan mondar-mandir, lalu Ji Young menghampiri unit itu lagi. “MC 93802/027 otorisasi FBI, buka berkas AMK 19052069 sekarang.”
KODE AKSES KHUSUS DIPERLUKAN UNTUK MEMBUKA BERKAS.
“Telusuri kode akses khusus dalam unit.”
TIDAK DITEMUKAN.
“Mesin berengsek! Aku harus membantu Kyuhyun! Kenapa dia membuat rongsongkan tak berguna seperti dirimu. Matikan unit.”
Menghempaskan dirinya di atas sofa, dengan nyalang, mata wanita itu menatap layar gelap di seberang ruangan. Dia tersentak saat ponselnya berdering. Panggilan tersebut dari Kyuhyun. Ji Young berlari keluar ruangan dan mengaktifkan kunci sebelum pergi. Ponselnya berhenti berdering, lalu tak lama benda itu kembali berdering saat dia berada di atas tempat itu. Rupanya kali ini Kyuhyun mengaktifkan sistem antar muka untuk panggilan ini.
“Hai,” sapa Ji Young.
“Mark menghubungiku dan bilang kau ada di rumahku. Apakah kau baik-baik saja?”
“Ya. Hanya sedikit pusing,” jawab Ji Young setenang mungkin. “Tunggu, kau ada di luar sekarang?”
“Mm-hmm.”
“Harusnya kau tidak perlu pulang hanya karena aku menggunakan kamar tidurmu.”
Kyuhyun tertawa pelan. “Tetap di sana sampai aku datang. Oke?”
Sambungan terputus. Semenit kemudian Kyuhyun muncul.
“Sayang, coba lihat dirimu,” kata Kyuhyun, merangkak naik ke atas tempat tidur dari sisi yang lain.
“Aku tidur sebentar tadi. Mark memberiku obat sakit kepala,” dustanya, betapa dia membenci kenyataan bahwa dia telah berulang kali membohongi pria itu. “Aku mencintaimu, Kyuhyun.” Menarik Kyuhyun, Ji Young mencium bibir pria itu dengan rakus. Kali ini dia tidak ingin menahan diri lagi. Ji Young membiarkan berat tubuh Kyuhyun menindihnya. Dia merasakan keintiman pada saat itu.
Menyadari sesuatu, Kyuhyun membuat jarak dengan Ji Young. “Hei, ada apa denganmu?” Nadanya sangat lembut, namun terdengar khawatir. “Sesuatu membuatmu sedih?”
“Selama ini aku bersikap jahat padamu. Aku tidak pernah menyatakan cinta padamu dan….” Ji Young berhenti ketika tenggorokkannya tercekat. Dia berusaha agar air matanya tidak jatuh.
Menarik Ji Young hingga duduk, Kyuhyun memeluk sambil mengusap-usap punggung wanita itu. “Aku tidak berpikir itu tindakan jahat. Jangan pikirkan hal yang tidak berguna. Oke.”
Membalas pelukan tersebut, perasaan Ji Young jadi hangat sekaligus sesak. Dia baru tahu sekarang jika mencintai seseorang bisa begitu menyakitkan.
“Bibi mengatakan sesuatu tengtangku?”
Mengangguk pelan. “Ya. Dia bilang kau pria baik. Sepertinya Bibiku benar-benar menyukaimu. Bibi bilang kalau dia ikut bahagia untukku. Aku tidak pernah melihat raut wajahnya sebahagia itu.”
“Mungkin Bibi beranggapan akhirnya keponakannya bertemu dengan pria yang tepat dan bisa menjagamu setiap saat.”
Kyuhyun terdiam untuk waktu yang lama. Sejak bertemu dengan Miju kemarin, itu artinya hubungan antara dirinya dan Ji Young masuk dalam tahap yang lebih serius. Tinggal menunggu waktu hingga dia melamar wanita itu dan itu artinya, tidak boleh ada yang ditutup-tutupi lagi.
“Ada yang ingin kutunjukan padamu,” kata Kyuhyun. Nadanya tegang.
Dia mengajak Ji Young ke ruang kerjanya, menyalakan unit tak terdaftarnya dan menunjukkan berkas tersegel. Selama ini dia tidak pernah membuka berkas tersebut, dia tahu kalau berkas itu berisi tentang dirinya, namun ada perasaan ngeri tiap kali dia hendak membukanya. Saat menoleh pada Ji Young, Kyuhyun mendapati jika wanita itu juga tegang seperti dirihya. Membacakan kode akses khusus yang dipasangnya, dibiarkannya Ji Young tahu kode akses tersebut, toh dia yakin kalau wanita itu tidak akan memberitahu siapapun.
“Kenapa kau menunjukkan berkas tersegelmu padaku?” tanya Ji Young pelan.
“Aku tidak ingin ada rahasia di antara kita. Mark pernah memberitahuku kalau berkas ini berisi semua mimpi burukku, dan aku tidak pernah membukanya.”
“Lalu sekarang—”
“Aku ingin kita membacanya bersama.”
Sebagian isi berkas sudah pernah diceritakan Kyuhyun, mengenai penyiksaan dan pekerjaan haramnya atas perintah ayah Kyuhyun. Lalu masuk pada bagian lain yang belum pernah diceritakan Kyuhyun sebelumnya. Fakta mengejutkan itu membuat keduanya terkejut.
PADA 14 MARET 2069, BOCAH LAKI-LAKI BERUSIA 10 TAHUN BERNAMA CHO KYUHYUN MENGALAMI PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH AYAHNYA SENDIRI SEJAK DIA BERUSIA 8 TAHUN. TANGGAL 16 MARET PUKUL 20:00, PENGANIAYAAN KEMBALI TERJADI. CHO YOUNG HWAN BERSAMA TEMAN-TEMANNYA MENGEROYOK KYUHYUN HINGGA NYARIS TEWAS. ANAK ITU DIBIARKAN SELAMA SATU JAM, HINGGA KYUHYUN MEMANGGIL AYAHNYA UNTUK MEMINTA TOLONG. YOUNG HWAN MARAH KARENA KYUHYUN TERUS MENANGIS. DIA MEMUKUL KYUHYUN DAN MENYERETNYA KE DAPUR. DI SANA DIA MEMUKULI KYUHYUN LAGI.
TIDAK TAHAN DENGAN PERLAKUAN TERSEBUT, KYUHYUN MENCOBA MEMBELA DIRINYA. DIA MENGAMBIL PISAU UNTUK MENGGERTAK YOUNG HWAN, NAMUN YANG BERSANGKUTAN MAJU UNTUK MEMUKUL KYUHYUN. DALAM UPAYA MEMBELA DIRINYA, KYUHYUN MENUSUKKAN PISAU, TIDAK HANYA SEKALI. TERCATAT ADA LIMA LUKA TUSUK YANG CUKUP PARAH HINGGA MENEWASKAN YOUNG HWAN. BERKAS INI DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN LANGSUNG DARI KYUHYUN PADA 19 MEI 2069 DIDAMPINGI WALINYA MARK LIVINGSTONE. DISAKSIKAN DOKTER SPESIALIS KEJIWAAN ANAK MARGARETH CHASE, DAN RACHEL WESTERFIELD DARI DEPARTEMEN PERLINDUNGAN ANAK.
“Kyuhyun…” Suara Ji Young terdengar seperti bisikan. Sekujur tubuhnya dibanjiri keringat dan tenggorokkannya mendadak kering.
“Jadi, aku sendiri yang membunuhnya.”
Alis Ji Young berkerut. “Kau berkata seperti itu seolah-olah kau tidak mengingatnya.”
“Memang tidak,” kata Kyuhyun dingin.
Selama ini dia memang tidak ingin mengingat kejadian itu, sengaja melupakan bahwa dia pernah membunuh ayahnya sendiri. Sekarang hal itu cukup mengguncang Kyuhyun. Rahangnya mengeras, kedua tanggannya masing-masing mengepal di sisi tubuh saat melangkah menjauhi Ji Young.
“Ternyata aku seorang pembunuh,” gumam Kyuhyun, lebih padanya sendiri.
“Kau melakukannya tanpa sengaja. Yang kau lakukan saat itu untuk melindungi diri.”
“Yeah, tetap saja pada akhirnya aku membunuh bajingan itu.”
“Kalau aku punya kesempatan waktu itu, aku juga akan membunuh pria itu.”
Memutar badan, Kyuhyun menyeberangi ruangan, memeluk Ji Young. “Untung cuma aku di sini yang pernah membunuh. Aku tidak bisa membayangkan tanganmu berlumuran darah.”
Momen itu tidak bertahan lama. Kyuhyun mendengar bunyi bip berulang kali dari unitnya, lalu ponselnya juga berbunyi. Mengambil ponsel sambil mengecek unit tak terdaftarnya, mata Kyuhyun membelalak melihat tampilan layar pada unitnya yang berubah merah.
“Ada apa, Kyuhyun?” tanya Ji Young panik.
Tidak sempat menjawab pertanyaan wanita itu, Kyuhyun menjawab teleponnya. “Pak Presiden. Apa?!” Teriak Kyuhyun. “Akan segera saya tangani.”
Di saat yang sama, Ji Young juga mendapat telepon dari Steven. “Apa maksudmu harus pergi sekarang? Apa?! Baik.”
“Ada pekerjaan penting yang harus kulakukan,” kata Kyuhyun cepat. “Sistemku diretas, Presiden memberitahu kalau Gedung Putih mendapat teror.”
Sudah dimulai.
“Kalau begitu aku pergi.” Memeluk Kyuhyun dan mencium pria itu, setelah hari ini, semuanya akan berubah.
***
Kyuhyun bekerja semalaman untuk memperbaiki sistem miliknya yang diretas sekaligus sistem keamanan pada Gedung Putih. Lalu pagi-pagi buta, dia harus sudah berangkat ke kantor untuk mengecek sistem yang berhasil diretas. Pagi ini Kyuhyun menonton acara berita, Gedung Putih nyaris luluh lantak akibat serangan bom. Polisi dan orang-orang dari FBI berlalu-lalang di sana, gedung pemerintahan lainnya juga mendapat penjagaan ketat setelah serangan kemarin. Sambil menyesap tehnya, Kyuhyun dilanda amarah.
Seseorang yang berhasil meretas sistem di Gedung Putih patut dipuji kecerdasannya. Biarpun hal itu dirasa mustahil, namun Kyuhyun sebagai pembuat sistem keamanan untuk Gedung Putih dibuat kebakaran jenggot tadi malam. Orang ini juga berhasil mencuri uang Kyuhyun dari bank Swiss dan yang paling ditakutkan data perusahaannya juga ikut dicuri. Lalu masalah lain sedang menghampirinya. Perusahaannya yang bekerjasama dengan badan intelijen akan diperiksa oleh FBI, itu artinya dia juga akan terseret.
Fokus pada tontonannya, dahi Kyuhyun berkerut saat matanya menangkap sosok yang dia kenal. Orang itu mengucir rambutnya menjadi sanggul, rompi anti peluru dengan tulisan FBI di bagian punggung merubah raut Kyuhyun. Bagaimana bisa Ji Young ada di sana dan bergabung dengan anggota FBI lainnya.
Untuk memastikan, Kyuhyun menyalakan unit, mencari siaran TV online yang menayangkan berita pengeboman Gedung Putih. Dia menemukan satu situs, meng-klik video dan menonton sebentar.
“Komputer, bekukan gambar pada waktu 10:46-10:55. Tampilkan gambar pada layar dinding.”
DITERIMA. MENAMPILKAN GAMBAR.
Tidak mungkin. Namun tidak mungkin matanya berbohong. Wanita yang dia lihat itu memang Ji Young, kekasihnya. Lalu ingatannya mundur saat pertama kali bertemu dengan wanita itu. Dia salah mengira jika wanita tersebut adalah seorang pembunuh bayaran. Yang benar adalah, malam itu dia sedang diintai oleh FBI. Kyuhyun menyadari fakta menyakitkan lainnya, wanita itu selama ini memata-matainya, menjadi sumber informasi bagi FBI, dan menjebaknya.
Melempar cangkir tehnya ke dinding, Kyuhyun berteriak marah sambil mengobrak-abrik meja kerjanya.
“Cetak gambar,” gerambarnya. Tangannya dengan cepat mengambil ponsel dalam saku, menekan tombol panggil dan menunggu panggilan terjawab. “Datang ke kantorku sekarang,” tukasnya dingin. “Jangan menolak! Aku mengetahui rahasia besarmu.”
To Be Countinued
KALAU SUKA SAMA CERITANYA KASIH VOTE SAMA KOMENTAR YA ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top