1
Pukul enam tepat saat alarm ponselnya berbunyi Ji Young langsung membuka mata, meraih ponsel dan mematikan alarm. Tak memedulikan bahwa matanya masih terasa kantuk, wanita dari ras Asia itu berjalan menuju kamar mandi untuk membersikan diri. Dia melepas piyama beserta pakaian dalamnya dengan cepat, menyerukan kalimat perintah dalam kamar mandi hingga pancuran mengucurkan air hangat untuk Ji Young. Tahukah kalian sekarang di Amerika tahun berapa? 2085, di mana segela sesuatunya menjadi begitu praktis. Jika kau malas menggunakan tenagamu untuk mengoperasikan alat-alat elektronik, cukup memberi perintah pada mesin-mesin itu, maka mereka akan mengerjakan perintah tadi.
Walaupun kemajuan teknologi sudah demikian majunya saat ini, kejahatan tak pernah tidur sama sekali. Di gang-gang sempit Amerika yang kotor, tempat para tikus tinggal dan mencari makanan misalnya, kejahatan masih tetap menggeliat di sana. Itu masih dari level rendah. Pada level tinggi, sebuah organisasi kejahatan yang tak diketahui namanya tengah merancang sesuatu untuk menghancurkan Amerika. Pemerintahan beserta badan inteligen sendiri harus bersusah payah mengendus hal tersebut.
Para penjahat dari organisasi terselubung ini digadang-gadang memiliki beberapa orang dengan tingkat kegeniusan tinggi, ditambah dengan sokongan dana dari seseorang untuk membiayai mega proyek mereka. Dan orang yang dicurigai oleh FBI saat ini tak lain adalah Kyuhyun. CEO muda terkaya di Amerika yang mendapat kekayaannya berkat penemuan paling mustahil di abad ini. Ya, mesin-mesin di setiap rumah, kantor, pusat perbelanjaan, toko, sekolah dan tempat-tempat lainnya yang bisa diperintah itu adalah hasil kerjaan dari Cho Kyuhyun. Jangan coba-coba membayangkan berapa keuntungan yang diterimanya dari hasil penemuannya itu. Karena pria itu sendiri pun tak akan mau repot menghitungnya.
Mendengus, sambil berjalan menuju tempat parkir kendaraannya, Ji Young merasa mual membaca semua berkas Kyuhyun yang diperbolehkan untuk diakses oleh publik. Memasukkan ponsel ke dalam saku mantel hitamnya, Ji Young membuka pintu mobil, tanpa banyak buang waktu langsung tancap gas meninggalkan apartemennya di daerah Manhattan. Dia berkendara menuju pusat kota, tak ingin terlambat di hari pertama bekerja setelah mengambil cuti untuk pergi ke Korea Selatan mengunjungi kerabatnya di sana. Minggu lalu dengan berat hati Ji Young meninggalkan New York dan terbang ke Seoul hanya untuk memperingati hari kematian ayah dan ibunya.
Padahal saat itu pekerjaan Ji Young sangat mendesak, di sisi lain keluarganya di Seoul terus menghubungi agar Ji Young bisa datang ke Seoul. Walaupun pulang ke kampung halamannya dengan perasaan enggan pada awalnya, namun setelah itu Ji Young merasa beruntung karena bisa melepas sejenak dari beban pekerjaannya di New York. Dan sekarang di sinilah dia. Berjalan dengan keangkuhan memasuki gedung FBI dengan setelan serba hitamnya.
Raut wanita itu tak menunjukkan ekspresi apa pun. Datar dan dingin. Tampak sesekali dia menyapa sesama rekan kerja yang tidak diketahui sudah berapa lama mereka tak pulang ke tempat tinggalnya. Ji Young sendiri sering mengalaminya, dan dalam waktu dekat ini, gara-gara Cho Kyuhyun dia akan lebih sering menginap di tempatnya bekerja. Persetan dengan kesamaan ras antara dirinya dan pria itu. Ji Young hanya tahu bahwa dia harus menangkap pria itu, menghentikan kehancuran Amerika sama dan menyelamatkan semua warga negaranya.
Biarpun bukan asli warga negara Amerika, namun jiwa patriot seorang Ji Young jangan dipertanyakan lagi. Meskipun dia wanita Asia yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang bule yang bekerja di FBI, namun namanya tercatat menjadi salah satu agen terbaik di sana. Dia adalah salah satu agen lapangan terbaik FBI sejauh ini. Di setiap misi, nama Ji Young wajib diikut sertakan. Jadi, kalian sudah bisa membayangkan bukan bagaimana sepak terjang wanita ini?
Ketika mendaratkan bokongnya, hal pertama yang dilihat Ji Young dalam kubikelnya adalah memo elektronik yang ditinggalkan Julia untuknya. Mendengarkan memo itu sambil berdiri, Ji Young mengambil langkah lebar menuju tempat pertemuan di lantai tiga. Dia benci mendatangi tempat ini. Untuk masuk ke dalamnya saja memerlukan kartu akses, pemindai telapak tangan untuk mencocokkan identitas, serta pengecekan visual. Saat membuka pintu, rekan-rekan lainnya menoleh beberapa saat, kemudian kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Ji Young mengambil tempat di samping Julia, menerima berkas dari wanita itu dan langsung menjauhkannya. Dikira Ji Young berkas tersebut berkas Kyuhyun, ternyata bukan. Soalnya perut wanita itu masih mual bila harus disuruh membaca tulisan-tulisan dalam berkas. Sebelum pertemuan itu dimulai, Ji Young membiarkan dirinya mengamati ruangan itu. Dinding dalam ruangan ini dicat dengan warna abu-abu tua, sangat yakin bila tempat ini dipasangi suatu alat hingga privasi mereka yang sedang membahas hal-hal penting tak akan bocor keluar.
Merendahkan suaranya ketika Ji Young bertanya pada Julia mengenai agenda pertemuan ini. Julia memberitahu Ji Young dengan kecepatan berbicaranya bak kereta api ekspres. Yang berhasil ditangkap oleh Ji Young adalah bahwa pertemuan singkat ini membahas organisasi kejahatan terselubung yang kini tengah diusut oleh FBI. Informasi terbaru mengatakan bahwa organisasi tersebut telah berhasil menciptakan virus tak terdeteksi CompuGuard. Masalah ini bertambah serius, renung Ji Young. Bukan hanya ancaman untuk Amerika, bisa saja ini berkembang menjadi ancaman global.
Apa yang didapat oleh organisasi tersebut jika negara ini hancur? Bukankah mereka juga tinggal di negara yang sama? Harusnya dengan kemajuan teknologi seperti sekarang orang-orang itu bersyukur karena semua hal bisa dilakukan dengan mudah. Kuncinya, kau hanya perlu memberi perintah pada mesin apa pun. Pekerjaan manusia pun kini tak lagi terlalu berat karena ada robot yang memang diciptakan untuk membantu manusia. Menyinggung tentang robot, Ji Young ingin memiliki satu untuk dipekerjakan di apartemennya. Paling tidak robot tersebut bisa diperintah untuk membersihkan apartemennya apabila Ji Young tidak pulang.
Demi Tuhan, Kyuhyun telah membawa perubahan besar untuk dunia, renung Ji Young. Tunggu, Kyuhyun dicurigai sebagai sumber dana organisasi itu, kan? Bukankah dia yang telah merubah dunia menjadi seperti sekarang? Kenapa dia ingin menghancurkannya? Mengepalkan tangan, Ji Young rasa pria bernama Cho Kyuhyun ini otaknya sudah berkarat. Memangnya siapa dia hingga ingin menghancurkan dunia? Tidak, bukan ingin menghancurkan dunia, melainkan ingin menguasinya. Jadi dengan begitu dia akan menjadi semakin kaya. Satu-satunya orang paling kaya di muka bumi ini. Cih, sungguh picik.
Di tengah-tengah berlangsungnya pertemuan, petugas keamanan lantai tiga meminta izin untuk masuk. Bilang bahwa tiga mata-mata FBI yang sebelumnya bertugas mengintai Kyuhyun telah terbunuh dan kini peti matinya menjadi bahan tontonan di lobi. Ji Young dan yang lainnya bergegas meninggalkan ruang pertemuan tersebut. Dia menerobos kerumunan orang untuk melihat sendiri kebenarannya. Ya Tuhan, salah satu mayat dalam peti mati itu adalah teman dekat Ji Young. Edward. Edward Colicchio belakangan diketahui Ji Young menyamar menjadi salah satu pekerja di kediaman Kyuhyun. Selama ini Edward adalah sumber informasi penting untuk FBI.
Biarpun belum lama bekerja di sana, Edward berhasil mendapatkan salinan berkas berisi aset serta jumlah kekayaan milik Kyuhyun. Lebih mengejutkan lagi bahwa setiap satu jam jumlah angka nol uang Kyuhyun terus saja bertambah. Mungkin karena tahu Edward mencuri data tersebut maka nyawanya direnggut. Sungguh tak berperikemanusiaan Cho Kyuhyun ini. Sumpah demi apa pun, Ji Young semakin membenci pria ini.
Ji Young mundur teratur dari kerumunan orang-orang, melangkah mantap menuju ruangan atasannya untuk berbicara.
“Biarkan pekerjaan Edward aku yang melanjutkannya, Mr. Wahlberg,” kata Ji Young tenang.
Pria tua berbadan tegap bernama Steven Wahlberg itu mengangkat alisnya. “Berikan alasan yang cukup masuk akal agar misi Edward bisa dibebankan padamu.”
“Kurasa Cho Kyuhyun tak mungkin membunuh seorang wanita. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang wanita, bukan?” Ji Young sendiri tak begitu yakin apakah dia tipe wanita seperti itu.
“Maksudmu menyusup ke kamar tidurnya?”
Ditanggapi dengan dengusan pelan Ji Young. Mengabaikan bahwa dirinya merinding mendengar ucapan tersebut, lantas berkata, “Itu bisa dipertimbangkan,” kata Ji Young pada akhirnya.
“Ingatlah. Kau salah satu yang terbaik yang kami punya, Evelyn.” Steven berdiri dari kursi nyamannya. “Aku sendirilah yang melatihmu dan aku tak mau kehilangan salah satu aset FBI sebaik dirimu.”
Tersanjung dengan apa yang didengarnya, Ji Young tetap bersikap profesional di sana. “Aku takkan mati sia-sia, Mr. Wahlberg. Percayalah.”
“Sialan. Kata-katamu memang selalu bisa dipercaya, Anak Muda.”
Mereka berjabatan tangan. Dan itu tandanya Ji Young mendapat pekerjaan.
“Sebelum memulainya, mari kita hadiri acara pemakaman Edward dan yang lainnya.”
***
Hari itu juga mayat ketiga mata-mata FBI dikebumikan di Winconsin Memorial Park. Ji Young lebih memilih berdiri jauh di belakang karena dia memang tidak menyukai tempat ini. Teringat dengan ayah dan ibunya jika dia mendatangi pemakaman. Sorot mata Ji Young berubah, tak seawas tadi. Ada sesuatu dalam tatapan matanya.
Dan anehnya tatapan itu terasa begitu mengusik Kyuhyun ketika dia melihat wanita itu. Sorot mereka bertemu, selama beberapa detik saling mengunci. Wanita dengan setelan serba hitam itu yang lebih dulu memutus kontak mata tersebut. Kyuhyun mencari wanita tadi, entah bagaimana bisa secepat itu menghilang dari pandangannya. Terkutuklah wanita itu jika dengan sengaja mengusik seorang Cho Kyuhyun. Dia tidak senang dengan tatapan itu. Memang bukan jenis tatapan merendahkan atau menantangnya, tetapi Kyuhyun tidak suka.
Salah satu anak buahnya datang mendekat, berbisik hingga raut Kyuhyun berubah. Mempertimbangkan keselamatannya, dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan area pemakaman. Padahal Kyuhyun belum sempat mengatakan kalimat duka citanya pada keluarga Edward, namun sejumlah anggota FBI tampaknya mengetahui kehadirannya. Kyuhyun memakai kaca mata hitamnya, pergi meninggalkan tempat itu dengan pengawalan tidak terlalu ketat.
Kyuhyun diberitahu bahwa dirinya saat ini sedang diawasi oleh FBI. Entah apa kesalahannya hingga memancing perhatian FBI. Padahal selama ini Kyuhyun berbisnis dengan aman, tak pernah keluar jalur, apa lagi bersinggungan dengan kejahatan. Kyuhyun anti pada kejahatan walau dia tumbuh besar bukan dari keluarga baik-baik. Semua kekayaan itu didapatnya tanpa menumpahkan darah ataupun menipu orang-orang. Dia kaya karena dia cerdas, bukan karena otak jahatnya. Kesal pada badan inteligen itu karena Kyuhyun tak menemukan kesalahannya sendiri.
Saat tiba dikediamannya, lima orang polisi dari NYPD telah menunggunya. Seakan hari ini akan bertambah berat karena Kyuhyun harus menemui para polisi itu untuk interogasi. Kenapa banyak orang yang mencurigainya setelah dia kaya seperti ini? Memasang tampang datar saat seorang pria yang mengaku sebagai kepala penyelidik menjabat tangannya. Kyuhyun mempersilakan tamunya untuk masuk. Dia diberondong dengan beberapa pertanyaan resmi saat diinterogasi mengenai kematian Edward.
Kyuhyun sendiri bahkan tidak mengetahui bila salah satu pekerjanya tewas terbunuh di kediamannya sendiri. Paling tidak Kyuhyun selamat, pasalnya alibinya kuat. Pada saat terbunuhnya Edward, Kyuhyun sudah tiga hari berada di Australia untuk urusan bisnis.
Mereka tak akan menemukan apa pun dariku. Aku bersih.
Mengusap tengkuknya yang tegang, Kyuhyun beralasan ingin beristirahat sementara polisi meninjau TKP. Masalah pembunuhan ini membuat Kyuhyun menyelesaikan pekerjaannya dengan buru-buru, hari ini dia baru tiba di Amerika lalu harus menghadiri pemakaman Edward. Semua energinya habis, seakan tak ada sisa ketika dia merangkak ke atas tempat tidurnya. Tidur dengan posisi telungkup, sebelum terlelap, tatapan mata wanita itu membuat kelopak mata Kyuhyun terbuka lagi. Mengumpat, sialan betul wanita itu.
Kyuhyun seperti mendapat mimpi buruk sebelum dirinya benar-benar terlelap. Kepalanya berdenyut. Merubah posisi tubuhnya menjadi telentang sambil memijat pelipis. Usaha ini berhasil, Kyuhyun tertidur selama tiga jam tanpa bermimpi apa pun. Dia terbangun dengan perasaan segar, melompat turun dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
“Makan malam sudah siap,” kata kepala pelayan dengan perawakan tinggi kurus begitu pemilik rumah berdiri di hadapannya.
Kyuhyun menanggapinya dengan anggukan ringan, kemudian meminta kepala pelayannya tadi untuk ikut bersamanya. “Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi pada Edward, Mark.”
“Tidak ada yang tahu apa yang menimpanya. Anak muda itu ditemukan tewas dalam kamarnya. Tak ada seorang pun yang mengetahui apa dan bagaimana hingga dia tewas.”
“Tidak mungkin pelakunya orang dalam,” putus Kyuhyun setelah menatap wajah keriput Mark. “Tak akan kubiarkan orang itu hidup jika dia memang tinggal di rumahku.”
“Sebelum Anda kembali ke New York, kami sudah memeriksa semua video keamanan sebelum dan sesudah pembunuhan. Kami tak menemukan apa pun.”
“Pengacau radar.” Sebelum menyantap makanannya, Kyuhyun lebih dulu meminumChardonnay-nya. Meletakkan gelas berisi anggur putih di sisi piringnya, dia tampak bingung memilih makanan mana yang harus dimakannya.
Mark melihat itu. Membungkukkan badannya ketika bertanya pada Kyuhyun. “Apakah hidangan malam ini tidak sesuai dengan selera Anda?” tanya Mark.
Kyuhyun mendongak ke arah pria itu, menggeleng. “Hanya terlalu banyak, Mark.” Kyuhyun terkekeh. Masih dengan rasa gelinya, akhirnya Kyuhyun memilih salat kentang.
Dia makan sedikit, dari ruang makan langsung menuju ruang kerja pribadi di mana unit-unit tak terdaftarnya tersusun dengan rapi. Tiga layar tertempel di dinding, meja konsol berbentuk U, serta tempat penyimpanan senjata dan minuman yang tersembunyi di balik dinding. Kyuhyun bisa menghabiskan waktu berjam-jam di dalam sini. Selain bekerja, terkadang dia juga memeriksa berkas milik calon rekan bisnisnya, hanya sekadar untuk memastikan bahwa dia akan berbinis dengan orang yang bersih.
Sesuatu menggelitik Kyuhyun. Dia meletakkan gelas wine-nya di sisi lain meja konsolnya. Memberi perintah pada komputer agar menyala hingga terdengar serangkaian bunyi bip dan dengung mesin-mesin di sana. Dia mencari berkas Edward, terkejut begitu tahu hampir seluruh berkas milik pria itu tersegel. Di sana hanya tertera informasi tentang usia, tempat tinggal, keluarga dan jenjang pendidikan terakhir Edward. Untuk ukuran orang biasa, berkas tersegel sungguh mencurigakan. Untuk mengetahui apa yang tersembunyi dalam berkas tersegel itu, ? Kyuhyun pun membukanya.
Oh, tidak sulit baginya melakukan hal itu dengan unit tak terdaftarnya ini. Tak sampai lima menit berkas tersegel Edward pun terbuka. “Tampilkan di layar satu dan dua,” perintah Kyuhyun.
Menggeser kursinya ke belakang, Kyuhyun memutari meja konsol, duduk di atas meja sambil membaca berkas tersebut. Sungguh menggejutkan. Ternyata selama ini dia telah mempekerjakan mata-mata FBI. Amarah berkelebat di mata pria itu. Mengatakan dalam hati bahwa Edward pantas mati. Pengkhianat itu, entah apa pun yang telah didapatnya dari tempat Kyuhyun, dipastikan tak akan mendapatkan informasi penting selain data mengenai asetnya. Apa yang ingin diketahui FBI hingga harus menyusupkan salah satu mata-matanya ke dalam wilayah Kyuhyun?
Menutup kembali berkas tadi kemudian memeriksa kemungkinan adanya alat yang terpasang di dalam rumahnya. Sekalipun ada, harusnya alat itu tak bisa berfungsi di sini. Untuk kali ini Kyuhyun mengakui bahwa dia telah kebobolan, namun hal sama tak akan terjadi lagi. Menyesap habis chardonnay-nya, sebelum keluar dari ruangan itu dia mematikan semua unitnya.
***
Pemakaman Edward sudah selesai sejak dua hari lalu, namun suasana hati Ji Young masih tetap memburuk. Perubahan suasana hatinya mungkin karena dia masih lelah setelah kembali dari Seoul. Suasana negara kelahirannya itu seakan melekat di tubuh Ji Young, dan tiba-tiba dia ingin makan makanan Korea. Ji Young berhenti di restoran Korea yang ada di Amerika. Karena dia suka daging, wanita itu memesan bulgogi. Sambil makan, banyak hal yang dipikirkannya, salah satunya tentang kemajuan teknologi di abad ini. Kalau membicarakan teknologi, tak lepas dari Cho Kyuhyun.
Untung saja pria itu tidak menciptakan makanan palsu untuk dikonsumsi manusia. Seperti yang pernah dibaca Ji Young dalam sebuah novel karangan penulis wanita asal Amerika. Dalam novel itu, manusia tak lagi mengonsumsi makanan asli, melainkan tiruan. Sekalipun ada yang asli harganya sangatlah mahal. Memasukkan dagingbulgogi ke dalam mulutnya, Ji Young mencecap rasa daging asli dalam makanan itu. Betapa bersyukurnya dia pria gila bernama Kyuhyun itu tak menyentuh makanan manusia. Ji Young tak yakin apakah dia bisa bertahan hidup apabila dia tidak memakan makanan asli. Jika hal itu terjadi, berarti dia dikalahkan zaman.
Ponsel yang diletakannya di atas meja bergetar. Menyambar alat itu, membaca pesan masuk yang diterimanya. Dikatakan dalam pesan tersebut Ji Young harus mengunduh jadwal milik Kyuhyun. Dia mengambil PC kecil sebesar ponsel dari dalam tas, mengunduh berkas dan membacanya. Terbelalak menyaksikan serentetan pertemuan bisnis Kyuhyun. Ji Young bertanya-tanya apakah pria itu bukan manusia? Bagaimana dia bisa memiliki jadwal sepadat ini dalam satu hari? Dalam berkas itu dilampirkan foto Kyuhyun. Ini pertama kali Ji Young melihat penampakan wajah pria itu.
Karena sama-sama orang Asia, Ji Young menganggap Kyuhyun sebagai pria tampan—bahkan terlalu tampan—dan tentu saja masih muda. Jauh dari perkiraannya selama ini. Kalau begini berarti dia harus sangat dekat dengan target, seperti yang dilakukan oleh Edward. Jangan menjadi pelayan di kediaman Kyuhyun, terlalu berbahaya, renung Ji Young. Untuk sementara hanya ada satu cara, yaitu mengikuti Kyuhyun ke mana pun. Risiko dengan membuntuti pria ini pun sama saja besarnya dengan bekerja menjadi pelayan.
Saat ini tak ada pilihan lain. Setelah selesai makan, Ji Young bergegas berangkat menuju suatu tempat. Konyol karena dia harus mengikuti jadwal kerja Kyuhyun. Dirasa tak cukup ampuh dengan memperhatikan dari kejauhan, wanita itu merasa geram sendiri. Kemudian dia mengecek jadwal lainnya milik Kyuhyun hari ini, pukul delapan pria itu akan hadiri salah satu acara di hotel. Kesempatan emas untuk Ji Young.
Memastikan waktu memalui unit di pergelangan tangannya, Ji Young mendesah. “Pukul delapan, berarti satu jam lagi. Sialan.”
Tancap gas menuju tempat tinggal Julia. Ji Young lebih dulu memberitahukan maksud kedatangan pada via telepon agar nantinya temannya itu tak banyak bertanya. Dia membutuhkan gaun pesta, karena tak memilikinya, maka Julia lah yang diharapkannya.
“Kau ini wanita atau bukan sih?” Cecar Julia saat mengeluarkan beberapa gaun pestanya. “Baru kali ini kulihat seorang wanita tak punya gaun pesta. Menggelikan sekali.”
Tak mendengarkan ocehan Julia, Ji Young sibuk memperhatikan gaun mana yang cocok untuknya. Tidak terlalu terbuka dan tidak terlalu mencolok. Dia mau yang sederhana saja. “Pilihkan satu untukku,” katanya dengan nada memerintah.
“Ya Tuhan, Ji Young!”
“Berhentilah mengomel. Waktuku tak banyak. Ini tentang pekerjaanku!” Teriak Ji Young.
“Baik-baiklah.” Kemudian Julia mulai memilih. Tahu betul bagaimana watak temannya yang satu ini, Julia memilih gaun selutut berwarna krem dan diberikannya pada Ji Young. “Kurasa ini cocok untukmu.”
“Kenapa bawahnya mengembang?”
“Modelnya memang seperti itu. Waktumu tak banyak, bukan? Cepat ganti pakaianmu karena setelah itu kau harus didandani.”
Aneh menatap pantulannya sendiri di cermin, Ji Young merasa tak cocok mengenakan gaun ini. Kata Julia, dia terlihat manis dan feminin. Lalu riasan tipis di wajahnya membuat wanita itu pangling sendiri. Dalam hati Ji Young setuju kalau Julia mengatakan manis dan feminin.
“Semoga berhasil, Cantik.” Julia mengedipkan sebelah mata dan melambaikan tangan pada Ji Young. “Kalau sudah selesai jangan lupa kembalikan apa yang kau pinjam.”
“Tak perlu kau ingatkan. Semua perlengkapan ini pasti kukembalikan. Tanpa noda maupun robek. Aku pergi dulu.”
Satu-satunya yang membuat Ji Young tidak nyaman adalah alas kakinya. High heels yang dipinjamnya ini, menurut Julia sudah yang paling rendah bagian tumitnya. Bohong sekali Julia. Ji Young tetap kepayahan saat berjalan. Dia sampai di sana tepat waktu. Baru saja melihat Kyuhyun memasuki gedung. Undangan untuknya pun untung saja telah disiapkan jadi Ji Young bisa masuk tanpa dicurigai.
Pelayan yang hilir-mudik menawarkan minuman, Ji Young mengenal beberapa di antaranya. Sudah pasti mereka adalah mata-mata FBI. Ji Young menyadari pasang mata pria tertuju padanya. Dia tidak menyukai ini. Mencari tempat aman agar tak banyak menarik perhatian, Ji Young memilih menjauh, memesan minuman ringan pada bartender. Sampai saat sini dia belum melihat Kyuhyun, entah ada di mana pria itu sekarang.
Walau tak menyukai pesta, kali ini Ji Young membiarkan dirinya santai sejenak sambil menikmati minuman camilan ringan. Setidaknya hal ini tidak membuatnya bosan. Tubuh Ji Young tiba-tiba menegang, seakan tahu bahwa ada bahaya mendekat ke arahnya. Dia menoleh ke belakang, ternyata Kyuhyun berjalan ke arahnya. Takut dicurigai apabila dirinya lari, wanita itu duduk membelakangi Kyuhyun. Aroma parfum pria itu menggelisahkan Ji Young.
Duduk bersebelahan dengan pria ini mampu membangkitkan ketakutannya. Sial. Pria tampan dan kaya selalu tampak berbahaya di mata Ji Young. Pekerjaan ini tak akan mudah. Cho Kyuhyun bukanlah misi biasa untuk Ji Young. Entahlah, dia bisa berhasil dengan pria ini atau tidak. Yang jelas, Ji Young tak mau nyawanya hilang seperti Edward. Dia sudah berjanji tidak akan mati sia-sia di tangan Kyuhyun.
To Be Countinued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top