Prolog

"Maaf," kata seorang wanita muda itu dengan lesu. Rambut merah mudanya yang dikuncir dua ternoda oleh darah dan debu, membuat hiasan rambut mawarnya menjadi jelek.

Lawan bicaranya adalah seorang wanita yang sepantaran dengannya yang memiliki rambut bewarna perak dengan beberapa helai rambut bewarna biru langit di dahinya. Wajah mereka berdua sangat mirip.

“Untuk apa?!" Wanita berambut perak  berteriak marah.

Wajahnya yang putih tampak kotor dengan debu sisa pertempuran. Mereka baru saja melakukan pertarungan yang sengit. Membuat aula tempat mereka melakukan pertarungan porak-poranda.

“Untuk ini,”

Gadis berkuncir dua tersebut mengangkat tangannya yang memegang tongkat besar dimana  di ujungnya terdapat permata yang sangat besar. Permata tersebut seketika bersinar saat dia bergumam merapal mantra.

Cahaya yang sangat kuat itu melontarkan serangan maut kearah gadis berambut perak membuatnya terpental sejauh beberapa meter. Gadis berkuncir dua itu tersenyum sinis kearah serangannya mengarah.

Namun senyumnya hilang saat dari balik debu yang mengepul di arena pertempuran terlihat sebuah lingkaran spiral berwarna jingga, sebuah portal.

Di samping portal berdiri seorang pria yang baju zirahnya penuh dengan darah. Tangan kirinya mengarah ke portal yang semakin lama semakin menyusut. Ia menggendong gadis berambut perak tersebut di bahunya.

Pria berambut jabrik jingga itu tersenyum sambil menahan rasa sakit yang dideritanya. Dia berbicara dengan suara seraknya.

“Sampai jumpa lagi tuan putri. Pertarungan ini masih belum berakhir.”

Dipenghujung kalimatnya, pria jabrik itu melompat ke dalam portal sambil berseru, “tutup portalnya."

Portal mulai tertutup. Gadis berkuncir dua yang dipanggil putri itu berteriak marah dan memerintahkan pasukannya mengejar kedua orang yang melompat ke portal tersebut.

Namun sayang, portal tersebut menutup saat rombongan sang putri belum masuk sepenuhnya. Karena adanya ledakan disaat portal tersebut menutup membuat pasukan yang belum masuk portal tersebut terpental beberapa meter entah kemana.

Dengan teriakan kesalnya, putri mengarahkan serangan dari tongkatnya ke tempat portal tersebut menghilang secara membabi buta.

“Tangkap, tangkap pemberontak itu dan para pengikutnya!"

Semua orang berlari mengikuti perintah si putri, tak mau ada yang menerima amukan amarahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top