Chapter 3 (Gerbang Dialog)
Yeah, double update
😊😊
Happy Reading
❤❤❤
***
“Babo! Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau yeoja itu hantu?” teriak Cho Rong kesal. Ia kini berada di depan mini market. Duduk di sana sambil memakan ramyeon di dalam cup.
Ho Won terus tertawa terbahak-bahak. Ia berhasil mengerjai Cho Rong. Ia sebenarnya sudah mengetahui dari awal kalau Ha Young itu adalah hantu penasaran sepertinya, namun ia tidak ingin mengatakan kepada Cho Rong. Dan benar saja, Cho Rong memang benar-benar sudah tertipu.
Matahari sudah mulai tergelincir ke barat. Memberikan semburat jingga di atas langit yang biru. Sudah satu jam Cho Rong duduk di sana. Memakan ramyeon-nya yang ketiga.
Setelah selesai melaksanakan masa orientasi pertamanya yang berjalan tidak begitu baik, Cho Rong memutuskan untuk makan ramyeon terlebih dulu. Menenangkan hatinya yang sempat merasa tidak enak, karena Woo Hyun pasti menganggapnya sakit jiwa sekarang.
Ia menghembuskan napasnya berat. “Kau menyebalkan, Ho Won-ah.”
“Mianhae, eoh. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi,” ujar Ho Won.
“Ah, ada yang ingin aku tanyakan.” Cho Rong menegakkan posisi duduknya, lalu menatap mata Ho Won yang kini tengah duduk di hadapannya. “Kenapa kau tiba-tiba menghilang saat kemarin kita sampai di rumahku?” tanya Cho Rong penasaran.
Ho Won berpikir sejenak. “Ah, itu karena ada cermin yang membuat kami para hantu tidak bisa masuk ke dalam rumah itu,” ujar Ho Won.
“Cermin?” Cho Rong mengernyit bingung.
“Kau tidak tau kisah itu?”
Cho Rong hanya menggeleng.
Ho Won berdeham pelan. “Di dalam rumah itu, ada sebuah cermin yang terkutuk. Kami para hantu tidak bisa menembus masuk ke area rumah itu, karena energi cermin itu terlalu besar. Kau tidak boleh menyentuh dan membebaskan dia yang berada di dalam cermin itu, atau akan ada bahaya,” ujar Ho Won panjang lebar.
Cho Rong tertawa geli, “Kau bercanda!”
“Aish, aku serius. Lebih baik kau tidak perlu menyentuh cermin itu. Aku hanya tidak ingin kau mendapat masalah nantinya,” ujar Ho Won, namun kali ini nampak malas menanggapi.
Cho Rong hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Omong-omong, kau kenapaa meninggal dan jadi seperti ini?” tanya Cho Rong.
“Ah, aku hampir lupa.” Ho Won tersenyum. “Aku meninggal karena tertabrak mobil saat ingin bergi ke bank untuk mengambil tabunganku.” Ho Won menghela napasnya berat. Ia harus kembali mengingat kejadian yang memilukan itu lagi. “Aku ingin memberikan seluruh tabunganku pada Eomma untuk membantu pengobatannya. Namun aku tidak sempat mengambilnya, karena aku keburu meninggal.”
“Lalu, apa Eomma-mu masih hidup?”
Ho Won menganggukkan kepalanya. “Ne, sakitnya semakin parah setelah tau kalau aku sudah meninggal. Aku sungguh ingin memberikan tabungan itu padanya. Tolong bantu aku, Cho Rong-ah,” pinta Ho Won. Kedua matanya terlihat sedih dan berkaca-kaca. Cho Rong sampai tidak tega melihatnya.
“Arasseo. Tapi tidak sekarang. Aku lelah.” Cho Rong bangkit dari kursi plastik yang tadi didudukinya. “Na kanda!” Cho Rong berjalan santai melewati Ho Won yang masih terus memperhatikannya. Gadis cantik itu melambaikan tangannya tanpa melihat ke arah Ho Won.
Sebenarnya, Ho Won ingin sekali mengikuti Cho Rong hingga ke rumahnya, namun ia tidak bisa melakukan hal itu, karena cermin sialan yang menghalanginya.
Ho Won mencebik kasar, lalu tiba-tiba saja menghilang.
***
Cho Rong membuka pintu gerbang, begitu kedua kakinya sudah sampai di depan rumahnya. Pikirannya masih saja terfokus pada cerita lama yang tadi diceritakan Ho Won. “Cermin terkutuk? Dia bercanda?”
Cho Rong menghela napasnya berat. Ia melempar tas nya asal ke samping ranjang, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk.
Brak
“Yak! Park Cho Rong!” Bo Mi membuka kasar pintu kamar Cho Rong. Membuat gadis di dalamnya tersentak kaget dan reflex berdiri. Belum lagi suara Bo Mi yang begitu keras. Membuat telinganya sakit.
Raut wajah terkejut Cho Rong berubah kesal. “Yak! Tidak perlu berteriak! Kau mengejutkanku,” ujar Cho Rong kesal.
Bo Mi tersenyum aneh, lalu berjalan mendekati Cho Rong. “Bagaimana hari pertama masa orientasi?” tanya Bo Mi penasaran, lalu mendudukkan bokongnya di pinggir ranjang Cho Rong.
Cho Rong kembali menghela napas berat. “Buruk,” ujarnya singkat.
“Wae?” Bo Mi mengernyitkan dahinya bingung.
“Gara-gara bertemu hantu, aku harus menahan malu di depan Sunbae tampan itu. Augh, menyebalkan,” rutuk Cho Rong kesal. Ia kembali mengingat pertemuannya dengan Sunbae tampan itu, dan harus hancur karena ulah hantu cantik bernama Ha Young.
“Aigo, ternyata kau sudah memiliki teman baru, eoh?” ledek Bo Mi.
Cho Rong kembali teringat dengan cermin terkutuk itu. Ia lalu berusaha untuk merogoh kembali kotak aneh di kolong ranjang.
“Yak, mau kau apakan kotak itu?” tanya Bo Mi.
Cho Rong hanya diam. Ia membukanya perlahan, lalu mengambil cermin tersebut. Memandanginya dengan seksama. Melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin.
Namun tiba-tiba, wajah di cermin tersebut berubah mengerikan.
Itu bukan Cho Rong.
“Aakkk!” pekik Cho Rong ketakutan. Melempar cermin beserta kotak itu asal. Namun anehnya, cermin itu tidak hancur, sementara kotaknya sudah terbagi menjadi dua.
“Wae, wae?” tanya Bo Mi panik.
Cho Rong masih bungkam. Ia sangat terkejut ketika melihat wajah super mengerikan itu. Rambut hitam panjangnya menutupi sebagian wajahnya yang mengeluarkan darah. Wajahnya terlihat hancur dan membuat Cho Rong mual.
“Cho Rong-ah, gwaencanha?” Bo Mi membantu Cho Rong untuk berbaring di atas ranjangnya. “Kau tidurlah. Aku akan kembali ke kamarku.” Bo Mi menendang cermin itu hingga masuk kembali ke kolong ranjang, lalu berjalan keluar kamar dan menutup pintu tersebut pelan. “Augh, mengerikan,” ujar Bo Mi ketakutan. Bulu kuduknya sudah meremang ternyata.
Saat Bo Mi pergi, Cho Rong mulai gelisah. Seperti ada seseorang yang terus berbisik di telinganya. Entah apa yang ia katakan, Cho Rong sama sekali tidak mengerti. Belum lagi suara rintihan yang semakin jelas terdengar. Seperti benar-benar ada di dekatnya, namun Cho Rong tidak bisa melihat siapapun.
Sesekali suara itu tertawa keras. Sangat keras. Membuat Cho Rong semakin ketakutan. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh Cho Rong.
“Salajwo, jebal.” Kali ini Cho Rong bisa mendengar dengan jelas apa yang di katakan oleh suara aneh itu.
Suara seorang gadis.
Cho Rong membuka selimutnya pelan. tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada dirinya dan ketakutannya sendiri.
“Neon nuguya!” teriak Cho Rong keras.
“Salajwo, jebal.” Suara aneh itu bersumber dari kolong ranjang Cho Rong. Dengan rasa was-was, Cho Rong mengintip ke kolong ranjang.
Tidak ada siapapun.
Hanya ada cermin aneh itu, yang tadi di tendang Bo Mi.
Cho Rong kembali memasukkan tangannya ke sana. Meraih cermin itu keluar. Memandangi cermin tersebut lamat-lamat.
Wajah mengerikan itu kembali muncul, namun Cho Rong tidak terkejut. “Kenapa kau menggangguku?” tanya Cho Rong.
“Salajwo, jebal!” seru gadis di dalam cermin tersebut. Ia menangis tersedu, namun wajah rusaknya malah membuat Cho Rong makin merinding.
“Keluarlah, aku akan membantumu.”
Gadis mengerikan itu menatap wajah Cho Rong. Cho Rong sama sekali tidak bisa melihat manik gadis itu, karena matanya menggelap. “Aku tidak bisa keluar dari sini.”
“Lalu, bagaimana bisa aku menolongmu?”
“Kau, hanya perlu mencari tau siapa yang membunuhku dan mengurung arwahku di sini. Itu saja,” ujar gadis mengerikan itu.
Cho Rong terdiam sebentar. Ia berpikir, bagaimana caranya mencari tau hal tersebut. “Apakah kau memiliki petunjuk?”
Gadis mengerikan itu menunjukkan sebuah gantungan berbentuk rubah kecil yang terbuat dari ukiran kayu. Terdapat bercak darah pada gantungan tersebut. Membuat Cho Rong semakin ketakutan. “Hanya ini yang aku punya. Aku mati saat menggenggam gantungan ini. Ini pasti miliknya,” ujarnya yakin.
Cho Rong menghembuskan napasnya kasar. Dia benar-benar bingung, bagaimana caranya menyelesaikan kasus ini, sementara petunjuknya hanya berupa gantungan kecil yang sepertinya pasaran. “Aku akan berusaha,” ujar Cho Rong pada akhirnya.
Gadis itu berubah menjadi cantik kini. Rambutnya yang berantakan, kini terikat ke belakang dengan rapi. Wajahnya yang hancur dan berdarah, kini berubah bersih. Manik matanya berwarna hitam. Dia tidak semenyeramkan yang tadi.
“Gomawo, Cho Rong-ah,” ujar gadis tersebut, lalu tiba-tiba saja menghilang dari dalam cermin.
Cho Rong terkejut, bagaimana bisa hantu itu mengetahui namanya?
Puk puk
Seseorang menyentuh bahunya pelan. Cho Rong mengalihkan pandangannya ke arah belakang. “Kkapjagiya!” ujarnya terkejut.
Ada Ho Won di belakang sana.
Aneh.
“Yak, kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Cho Rong bingung. Seingatnya, para hantu tidak bisa masuk ke dalam rumah tersebut karena benteng pelindung cermin tersebut.
“Molla, tadi aku hanya iseng. Ternyata sekarang aku bisa masuk ke sini. Bukankah itu hebat?” tukas Ho Won. Tersenyum manis. Membuat pipi Cho Rong merona, karena untuk ukuran hantu, Ho Won memang tampan.
“Eoh, cermin itu.” Ho Won menunjuk ke arah cermin yang masih berada dalam genggaman Cho Rong.
Cho Rong ikut mengalihkan pandangannya ke arah cermin tersebut.
“Kau, jangan bilang sudah membuat kesepakatan dengan cermin itu,” ujar Ho Won panik.
Cho Rong kembali memandang Ho Won. “Wae?”
Ho Won merebut cermin tersebut dari genggaman Cho Rong, lalu melemparkannya kembali ke kolong ranjang. “Cho Rong-ah, yeoja di dalam cermin itu sangat mengerikan. Kau bisa terluka kalau membuat perjanjian dengannya,” ujar Ho Won. Ia lalu ikut duduk di samping Cho Rong.
“Aku tidak mengerti.” Dahi Cho Rong mengernyit bingung.
“Yaoja itu pasti sudah bebas sekarang dari dalam cermin. Kau harus berhati-hati. Mungkin saja dia berbahaya.”
Cho Rong hanya bisa menganggukkan kepalanya. Rupanya, dengan membuat perjanjian antara dirinya dengan gadis itu, bisa membebaskan dirinya dari cermin tersebut, serta menghilangkan benteng yang menghalangi para hantu untuk memasuki rumah itu. Oh, Cho Rong sudah kehilangan tempat yang paling tenang dalam hidupnya kini.
“Lalu, aku harus bagaimana? Aku sudah terlanjur berkata akan membantunya.” Cho Rong mulai panik. Ia benar-benar ketakutan sekarang.
“Tenanglah, aku pasti akan melindungimu. Kau tidak perlu takut, Cho Rong-ah.” Ho Won tersenyum menatap Cho Rong. Meyakinkan gadis itu kalau semuanya akan baik-baik saja jika ada dirinya di samping Cho Rong. Hingga tidak menyadari, ada sepasang mata yang mengawasi mereka berdua.
***
Pukul 08.28
Matahari sudah kembali naik ke atas langit. Menggantikan posisi bulan. Burung-burung berkicau dengan riang. Menyambut hari baru yang sungguh menyegarkan.
Cahaya mentari sudah masuk ke area halaman belakang dekat kamar Cho Rong. Menguapkan embun yang membasahi rerumputan di sana. Membawa hawa pagi yang menyegarkan.
Cho Rong menggeliat resah di atas ranjangnya, karena sinar menyilaukan dari balik jendela mengganggu tidur nyenyaknya.
Semalaman Cho Rong tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena kehadiran Ho Won. Laki-laki itu tidak mau pergi dari dalam kamar Cho Rong. Terus memperhatikan Cho Rong dengan serius. Itu sungguh sangat mengganggu. Sekalipun Ho Won itu hantu, namun ia tetaplah seorang laki-laki.
Ho Won baru pergi setelah pukul 3 subuh. Entah apa alasannya, dan saat itulah, Cho Rong akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.
Ceklek
Seseorang membuka pintu kamar Cho Rong.
“Cho Rong-ah, ayo kita ke kampus.” Itu Bo Mi. Gadis itu rupanya sudah siap dengan dress berwarna putih dengan belt hitam di pinggangnya. Sebuah tas berwarna hitam kecil sudah tersangkut di bahu kanannya.
“Aigo, aku terlambat!” rutuk Cho Rong kesal. Ia buru-buru bangun dari tidurnya. Melesat dengan cepat ke kamar mandi.
Satu menit kemudian, ia keluar.
Bo Mi yang duduk di pinggir ranjang Cho Rong terkejut melihat sepupunya itu. “Yak, kau tidak mandi?”
Cho Rong tersenyum lebar, lalu menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak ada waktu lagi. Ini masih masa orientasi. Aku tidak ingin terlambat,” ujarnya, sambil memakai celana skinny jeans berwana putih miliknya yang ia ambil dari dalam lemari. “Kaja!” Cho Rong langsung menarik lengan Bo Mi, begitu selesai menyemprotkan parfume sebanyak-banyaknya pada tubuhnya.
***
Yahooo...
Aku nongol lagi.
Btw, gimana part ini?
Apa ada yang bikin kalian bingung?
Atau aneh?
Jangan sukan tinggalkan komen yak.
And,
As always.
Aku bakal slow update.
Ya, you know lah...
Aktifitas di dunia nyata nggak bisa aku tinggalin.
Belum lagi gegara laptop yang rusak, bikin aku harus mikir ulang lagi alur ceritanya.
Doakan saja agar semuanya lancar.
😉😘
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Salam,
Aurelia
03 Juli 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top