Chapter 2 (Dia)

Happy Reading
😊😊😊
***


Pukul 08.45 KST

Cho Rong sudah bersiap pergi ke kampus hari ini. Ia memasukkan beberapa bukunya asal ke dalam tas. Ia akan melewati masa orientasi untuk mahasiswi baru di kampusnya. Hal yang paling Cho Rong benci.

Bo Mi masih saja bergelung di atas kasur dengan selimut tebal yang melilit pada tubuhnya. Ia masih belum ingin bangun karena mabuk semalam belum juga hilang. Kepalanya terasa sangat berat untuk digerakkan. Cho Rong terpaksa meninggalkan Bo Mi sendirian di rumah. Sementara kakinya sudah melangkah keluar rumah. Menuju halte bus yang terletak tidak terlalu jauh.

Aish, punggungku masih sakit,” keluh Cho Rong kesal. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi panjang yang terletak di halte tersebut. Bersama beberapa orang yang juga menunggu bus yang sama. Ia meluruskan kakinya ke depan, lalu menyandarkan tubuhnya kebelakang.

Annyeong!

Kkapjagiya!” Cho Rong tersentak kaget, saat laki-laki yang semalam, Ho Won, tiba-tiba muncul di hadapannya. Cho Rong menepuk-nepuk dadanya. Menenangkan jantungnya yang berdebar begitu kencang. Ia melirikkan pandangannya ke kanan, di mana orang-orang menatapnya heran. Cho Rong hanya bisa tersenyum kikuk.

“Mau apa lagi kau di sini?” ujar Cho Rong geram setengah berbisik.

“Kau harus bantu aku. Kalau tidak, aku akan menghantuimu terus,” ancam Ho Won.

Cho Rong memutar manik hitamnya jengah. Selalu saja seperti itu. “Arasseo, kita bicarakan nanti. Aku harus segera ke kampus. Ini hari pertamaku,” bisik Cho Rong kembali. Gadis itu bangkit dari duduknya, begitu mobil bus yang ia tunggu akhirnya datang.

Keadaan bus cukup penuh. Menyisakan satu kursi kosong di sudut bus paling belakang sebelah kiri. “Permisi,” ujar Cho Rong sopan. Laki-laki itu tersenyum aneh, lalu menyilahkan Cho Rong untuk duduk di sampingnya.

Rok yang Cho Rong pakai memang tidak terlalu pendek, namun hal itu masih saja membuat laki-laki yang duduk di sebelahnya bertindak usil. Terus memperhatikan paha Cho Rong yang sedikit terekspos dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Tanpa ragu, iapun memegang paha mulus itu tanpa dosa. Ditutupi dengan tas yang ia letakkan di antara pahanya dengan paha Cho Rong.

Cho Rong tidak terganggu, karena ia kira, laki-laki itu tidak sengaja menyenggolnya. Cho Rong memang terlalu polos. Namun Ho Won yang ternyata ikut masuk ke dalam bus malah geram melihatnya. Iapun lantas berjalan mendekati laki-laki yang tengah terpejam menikmati sentuhannya itu, sementara Cho Rong hanya bisa menatap Ho Won bingung.

Pletak

Tanpa ragu, Ho Won langsung menyentil dahi laki-laki mesum itu keras. Hingga membuatnya memekik kesakitan sambil memegangi dahinya yang memerah. Cho Rong membolakan kedua matanya. Menatap tak percaya apa yang sudah hantu menyebalkan itu lakukan.

Laki-laki itu segera bangkit dari kursi, lalu turun saat bus sudah mencapai halte berikutnya dengan tergesa-gesa karena mendapatkan sentilan gaib yang begitu keras di dahinya.

Ho Won tersenyum menang, lalu mendudukkan dirinya di samping Cho Rong. “Yak, kenapa kau melakukan itu?” tanya Cho Rong heran.

Ho Won menggelengkan kepalanya. “Kau tidak mengerti? Namja itu sedari tadi menyentuh pahamu, babo,” ujar Ho Won.

Jinjja? Whoah, dasar byuntae namja. Aku kira dia tidak sengaja menyentuhku,” ujar Cho Rong berbisik.

“Kau tidak perlu khawatir, aku akan melindungimu, karena kau mau membantuku.” Ho Won tersenyum. Begitupun dengan Cho Rong. Membuat para penumpang yang berada di dekat Cho Rong hanya bisa menggelengkan kepalanya bingung. Melihat Cho Rong yang berbicara sendiri, lalu tiba-tiba tersenyum.

***

Universitas Nasional Seoul
Pukul 09.12 KST

Hamparan lapangan yang luas menyambut Cho Rong, begitu kedua kakinya sudah turun dari atas bus. Di sinilah ia sekarang. Universitas Nasional Seoul. Kampus yang selama ini ia idam-idamkan. Kampus impian kebanyakan orang di Korea.

Gedung utamanya terlihat begitu besar. Halamannya begitu luas. Banyak pepohonan yang membuat kampus itu menjadi indah dan sejuk.

Ho Won masih berdiri di samping Cho Rong. Terus mengikuti kemanapun gadis itu pergi. Sudah ada banyak mahasiswa di sekitarnya. Terus berjalan melewatinya, seperi tak ada habis-habisnya.

Cho Rong lalu melangkahkan kedua kakinya ke sayap kiri kampus dengan langkah yang begitu mantap dan percaya diri. Tidak peduli dengan 'mereka' yang terus memperhatikan Cho Rong dengan tatapan mengerikan. Siapa lagi kalau bukan hantu-hantu penghuni kampus.

‘Ruang Aula’

Itu yang tertulis di atas kusen pintunya. Cho Rong menyembulkan kepalanya ke dalam sana. Sudah ada banyak mahasiswa baru sepertinya duduk di sana. Cho Rong tersenyum, lalu membuka pintu tersebut lebih lebar. Membawa tubuhnya masuk ke dalam.

Ia mendudukkan tubuhnya di samping seorang gadis cantik berlesung pipit. Rambut hitamnya tergerai lurus. Cho Rong tersenyum menatapnya, namun ia merasakan ada yang aneh dengan gadis itu, tapi Cho Rong tidak ambil peduli. Ia lalu fokus menatap ke depan. Di mana para Sunbae-nya sudah berdiri untuk membuka acara. Sementara Ho Won hilang entah kemana.

Cho Rong memangku dagunya dengan tangan kanan. Fokus memperhatikan laki-laki yang kini tengah berbicara di depan sana. Nam Woo Hyun, ketua dewan mahasiswa yang akan memimpin acara orientasi pada mahasiswa baru. Semester 6 jurusan seni.

“Bukankah ia tampan?” tanya gadis cantik di samping Cho Rong. Cho Rong tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang baru saja gadis itu katakan.

Pesona laki-laki itu memang begitu memikat mata Cho Rong. Rambut hitamnya yang jatuh menutupi dahi, sebuah jaket denim berwarna gelap, serta celana jeans hitam yang berlubang di kedua lututnya, membuat Woo Hyun menjadi Sunbae terfavorit tahun ini, begitupun dengan tahun-tahun sebelumnya. Menjadikannya idola para mahasiswi. Terutama mahasiswi baru.

Tidak hanya tampan. Bakatnya dalam hal bernyanyi, tidak bisa diragukan lagi. Belum lagi skill nya dalam menari. IQ nya pun tinggi. Tidak heran, kalau begitu banyak fans yang mengaguminya. Tidak terkecuali para dosen cantik nan muda yang mengajar di sana.

Woo Hyun terus berceloteh di depan sana. Entah apa yang ia bicarakan, Cho rong sama sekali tidak mendengarkannya. Ia hanya mendengar melodi indah yang mengalun di telinganya, sambil terus memperhatikan laki-laki tersebut.

Plak

Seseorang memukul kepala Cho Rong keras. Membuat gadis itu menengok ke belakang. Ada Ho Won di sana. Cho Rong menatap Ho Won geram.

Yak, mau sampai kapan kau bengong seperti itu? semuanya sudah keluar ruangan, kalau kau mau tau,” ujar Ho Won ketus.

Cho Rong menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan.

Sepi.

Di benar-benar tertinggal. “Gawat! Kenapa kau tidak bilang dari tadi?” teriak Cho Rong kesal, lalu segera pergi dari sana.

“Salah kau sendiri yang terus saja melamun.” Ho Won kembali muncul tiba-tiba di samping Cho Rong. Ia sama sekali tidak terkejut, karena sudah mulai terbiasa.

Kedua kakinya sudah sampai di lapangan luas, di mana para mahasiswa baru tengah berbaris rapi. Cho Rong berada di barisan paling akhir, karena ia terlambat datang. Membuatnya tidak bisa leluasa melihat Sunbae tampannya itu.

“Tugas pertama kalian adalah menjelajahi seluruh bangunan kampus dan mencari kartu seperti ini.” Woo Hyun menunjukkan sebuah kartu berwarna merah. Cho Rong tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena laki-laki yang berada di depannya ini sangat tinggi seperti tiang listrik. Belum lagi telinganya yang lebar. Membuat Cho Rong kesal setengah mati.

“Kalian hanya butuh satu kartu, setelah mendapatkannya, segera minta tanda tangan salah satu dari kami. Dengan begitu, misi pertama kalian akan sukses.” Woo Hyun mengakhiri penjelasannya yang terkesan singkat itu, lalu meniup pluit dengan keras, pertanda misi dimulai.

Seluruh mahasiswa baru yang tadi berbaris rapi, kini mulai berhamburan. Berlari dengan kencang, untuk mencari kartu tersebut. Tak terkecuali Cho Rong yang reflex ikut berlari, padahal ia sama sekali tidak tau apa yang harus ia lakukan, karena suara Woo Hyun tidak terdengan terlalu jelas.

“Ho Won-ah, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Cho Rong pada Ho Won, karena ia benar-benar bingung.

Ho Won menggeleng. “Molla.” lalu tiba-tiba saja menghilang.

Augh, dasar hantu tidak berguna,” gerutu Cho Rong kesal.

Seorang gadis cantik dengan lesung pipit kembali datang menghampiri Cho Rong. Ia tersenyum menatap Cho Rong dengan tatapan sendunya.

Eoh, kau!” seru Cho Rong terkejut.

Annyeong. Oh Ha Young imnida,” ujarnya lembut, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Dengan senang hati, Cho Rong menjabat tangan gadis cantik itu. Tangannya terasa begitu dingin. Cho Rong mengira kalau gadis itu hanya sedang nervous saja. “Park Cho Rong imnida.”

“Kau tidak mencari kartu merah?” tanya Ha Young bingung.

Cho Rong tersenyum kikuk. “Sebenarnya, aku tidak mendengar intruksi yang di berikan Woo Hyun Sunbae tadi. Jadi aku bingung harus melakukan apa,” ungkap Cho Rong jujur.

Ha Young tersenyum manis. “Ayo cari bersama,” ajak Ha Young, yang hanya dibalas dengan anggukan kepala Cho Rong.

***

Pukul 11.23 KST

Bruk

Suara keras menggema di dalam kamar Bo Mi. Gadis cantik yang masih tertidur pulas di atas ranjang empuknya tiba-tiba saja terjatuh ke lantai. Membuat ia tersadar seketika.

Bo Mi mengelus bokongnya yang sakit, sambil menyapukan pandangannya ke sekeliling kamarnya, hingga netra hitamnya melirik ke arah jam yang terletak di atas meja belajar. “Jam setengah dua belas? Sial, aku terlambat ke kampus!” seru Bo Mi panik. Ia segera bangkit dari duduknya. Berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari dalam kamarnya menuju kamar Cho Rong.

Langkahnya terhenti, begitu menemukan catatan yang di tempel di pintu kamar Cho Rong.

‘Mianhae, aku harus segera pergi ke kampus. Aku sudah menyiapkan sup penghilang pengar di atas kompor. Sampai bertemu nanti sore.
Park Cho Rong.’

“Menyebalkan, dia meninggalkanku di sini sendirian,” rutuh Bo Mi kesal. Menggulung-gulung catatan tersebut, lalu membuangnya asal.

Ia ingin menyusul Cho Rong ke kampus, namun urung ia lakukan, mengingat ia sudah terlalu lama terlambat. Ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur. Menyendok sup penghilang pengar yang sudah dibuat Cho Rong menggunakan sendok.

Akhhh.” Bo Mi memekik nikmat. Sup buatan Cho Rong memang yang terbaik. Ia pun segera menghabiskan sup tersebut hingga rasa pusing di kepalanya benar-benar hilang. Bo Mi memang bukan peminum yang baik. Ia mudah sekali mabuk, dan berujung pada melakukan sesuatu yang memalukan. Namun Bo Mi sama sekali tidak peduli. Mengingat ada Cho Rong yang akan selalu menemaninya.

***

“Itu! kartunya ada di atas sana!” teriak Cho Rong heboh. Ia dan Ha Young masih sibuk mencari kartu yang menurutnya sangat sulit didapatkan. Kedua kakinya sudah terasa sakit dan lelah karena sudah berjalan terlalu lama, dan akhirnya ia berhasil menemukan kartu tersebut.

Cho Rong memanjat pohon tersebut untuk mengambil dua buah kartu di atas sana. Pas untuk dirinya dan Ha Young.

Josimhae, Cho Rong-ah!” teriak Ha Young.

Namun tiba-tiba, dahan yang Cho Rong pijaki patah. Hingga membuat keseimbangannya tidak stabil. Mau tidak mau, Cho Rong harus merelakan tubuhnya terjatuh dari atas pohon yang cukup tinggi itu.

Grep

Kedua mata Cho Rong terpejam. Namun dahinya mengernyit heran. “Tidak sakit,” gumamnya.

“Buka matamu,” seru sebuah suara.

Cho Rong membuka kedua matanya, saat ia mendengar suara tersebut, lalu buru-buru menjaga jarak. “W… Woo Hyun Sunbae,” seru Cho Rong terbata. Ia tidak menyangka kalau Woo Hyun tiba-tiba berada di sana dan menolongnya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Woo Hyun dengan raut wajah sedikit khawatir.

Cho Rong menggeleng, lalu menundukkan pandangannya. Ia tidak kuat kalau harus menatap manik hitam di hadapannya itu terlalu lama. “Nan gwaencanhayo, Sunbae.”

“Ah, syukurlah. Lain kali hati-hati.”

“Ini, tolong tanda tangani,” ujar Cho Rong pelan. sambil menyerahkan dua buah kartu merah yang berada di tangannya.

Woo Hyun menerima kedua kartu tersebut. “Dua? Yang satunya untuk siapa?” tanya Woo Hyun heran.

“Untuk di—” kalimat Cho Rong terputus, begitu netranya tidak mendapati kehadiran Ha Young. Seingatnya, gadis itu tadi ada bersamanya. “Kemana dia pergi?” tanya Cho Rong bingung.

Woo Hyun menyapukan pandangannya ke kanan dan kiri. “Kau mencari siapa?” tanyanya bingung.

“Apa Sunbae tidak melihat yeoja yang tadi berdiri di bawah sini?” tanya Cho Rong yang semakin bingung.

Woo Hyun menggeleng, lalu menyerahkan dua buah kartu yang sudah ia tanda tangani. Sementara wajah Cho Rong mulai memucat. Perasaannya tidak enak. Setelah mengucapkan terima kasih, ia lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Woo Hyun yang masih bingung dengan ulah gadis cantik tersebut. “Dia manis.”

***




Heyho!!!
Anak cantik akhirnya kambek.
Maaf lama kaga nongol.
You know what, laptop aku rusak.
Alhasil semua dokumen aku ilang.
Uhuhuhhh
Kit ati aku tuh.
Semoga kalian bisa memaklumi.

😭😭😭

Jangan lupa tinggalkan jejak yak.
😂😂

Salam,
Aurelia
03 Juli 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top