Bonus Chapter (Us)

Happy Reading
***

Satu minggu setelah kejadian itu.

Cho Rong kini tengah disibukkan dengan tumpukan buku-buku yang berserakan di dalam kamar apartemen barunya.

Berada terlalu lama di apartemen Woo Hyun membuat tidurnya tidak nyenyak. Pikiran kotor selalu saja menghantui pikirannya. Cho Rong sungguh tidak tahan.

Setiap pagi, Woo Hyun selalu keluar kamar sambil bertelanjang dada. Cho Rong yang pendiam, bahkan kesulitan menahan pikiran aneh itu.

"Kenapa kau harus pindah? Apa apartemenku tdak nyaman?" tanya Woo Hyun lewat ponsel yang sudah Cho Rong aktifkan speakernya.

Cho Rong mendelik sebal, sambil membuang kasar napasnya. "Menurutmu?" decaknya kesal.

"Ah, mianhae. Kembalilah kemari," bujuk Woo Hyun sambil merengek.

"Shiroyo!"

"Arasseo." Suara Woo Hyun terdengar putus asa. Membuat Cho Rong merasa bersalah. Namun Cho Rong buru-buru menepis pikirannya untuk kembali. Ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang seharusnya belum boleh terjadi. "Kau jadi ingin ke rumah sakit menjemput Bo Mi?" Suara Woo Hyun berubah normal. Diam-diam Cho Rong menghembuskan napasnya lega sambil meletakkan buku-buku itu ke dalam rak.

"Tentu saja. Dia hari ini sudah diperbolehkan pulang," ujar Cho Rong.

Pekerjaannya untuk membereskan buku-buku sudah selesai. Ia menepuk-nepuk tangannya yang kotor karena terkena debu.

"Aku akan menjemputmu, tunggu sebentar," seru Woo Hyun heboh, lalu menutup panggilannya.

Cho Rong hanya bisa tersenyum. Sunbae-nya itu memang sangat menggemaskan. Ia bersyukur, karena laki-laki itu ada di sampingnya.

Cho Rong kini berpindah duduk pada kursi yang berada di depan meja belajar barunya. Menatap lamat cermin milik Eun Ji yang sudah sedikit berkarat dan buram.

"Bogosipda, Eun Ji-ssi. Bogosipda, Ho Won-ah," gumamnya pelan. Menatap pantulannya sendiri di depan cermin yang sudah usang itu. Berharap hantu itu datang lagi menyapanya.

***

"Kau yakin tidak ingin aku temani?" Woo Hyun tengah sibuk menatap jalanan Seoul yang sedikit macet.

Cho Rong mengangguk pelan. "Ne. Toh ada Bo Mi dan Ahjumma yang akan menemaniku." Cho Rong ikut sibuk menatap jalanan tanpa minat.

"Jangan lupa kabari aku terus. Aku hanya tidak ingin terjadi hal buruk padamu."

Mobil Audi hitam Woo Hyun sudah terparkir sempurna di basement rumah sakit. Cho Rong dan Woo Hyun keluar dari sana. Berjalan beriringan menuju lift.

Tangan Woo Hyun rasanya gatal.

Ia ingin sekali menggenggam tangan Cho Rong yang ikut bergoyang seiring langkah kaki membawanya melaju.

Woo Hyun hanya merasa ragu.

Ragu, jika gadis itu masih belum bisa melupakan Ho Won dan membuat harapannya redup kembali.

Ting

Pintu lift terbuka. Keduanya masuk ke dalam.

Hanya ada mereka dan pantulan wajah keduanya saja di sana.

Sepi.

"Apa mereka masih mengganggumu?" Woo Hyun membuka suara. Berusaha untuk tenang sebisa mungkin, karena debaran jantungnya terasa janggal jika ada Cho Rong di sampingnya.

Cho Rong mengerti ke mana arah tujuan ucapannya itu. Ia mengangguk. "Ne. Aku berusaha untuk tidak ikut campur lagi."

Woo Hyun tersenyum mendengarnya. Itu berarti Cho Rong mau menuruti permintaannya.

Dan, detik itu juga, Woo Hyun memiliki keberanian untuk menggenggam jemari Cho Rong yang terasa dingin. Ia menatap pantulan dirinya yang buram dari dinding lift sambil tersenyum. Enggan untuk menatap Cho Rong yang saat itu tengah terkejut. Jantungnya benar-benar terasa tidak sehat.

Cho Rong menatap raut wajah Woo Hyun dari samping dengan tatapan bingung. Lalu tersenyum cerah setelahnya. Ia merasakan hal yang sama dengan Woo Hyun.

Dua pasang kaki itu melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Mencari kamar rawat Bo Mi.

Kamar dengan nomor 0208. Ada nama Yoon Bo Mi di sana.

Ceklek

Cho Rong membuka pintu tersebut.

"Bo Mi-ya!" teriaknya keras. Ketika atensinya menangkap keberadaan Bo Mi yang tengah sibuk mengancingi kemejanya.

"Ya! Park Cho Rong! Kemana saja kau?" Bo Mi berteriak lebih keras. Rupanya kondisinya memang sudah baik-baik saja. Ia berjalan cepat, lalu menubruk tubuh Cho Rong. Mendekapnya erat seolah tak ada hari esok untuk bertemu. "Neomu bogosipda!"

"Nado."

Woo Hyun hanya bisa tersenyum, memperhatikan ulah keduanya. Dalam hati ia merasa lega, karena gadis itu sudah tidak dirundung kegalauan lagi.

"Ahjummaneun eodisseoyo?" tanya Woo Hyun sopan. Membuat Bo Mi meregangkan dekapannya.

Kedua mata bulat Bo Mi membola. "Eomo! Sunbae-nim, wae yeogi isseoyo?" tanya Bo Mi terkejut. Sedang Woo Hyun hanya bisa tersenyum, lalu menatap Cho Rong. "Eiy, sepertinya ada sesuatu yang terjadi saat aku tidak ada," ledek Bo Mi. Membuat wajah Cho Rong memerah.

"Aku dan Cho Rong sudah resmi berkencan," tukas Woo Hyun jujur. Membuat Bo Mi tertawa keras karena terlalu bahagia.

"Sunbae, kuharap kau tidak menyesal mengencaninya. Otaknya sedikit error." Bo Mi segera berlari masuk ke dalam kamar mandi. Menghindari amukan Cho Rong.

"Ya! Yoon Bo Mi!" teriaknya kesal.

Woo Hyun buru-buru mendekap erat tubuh Cho Rong dari belakang. "Kau semakin menggemaskan kalau marah. Aku menyukainya."

"Ah, Sunbae. Jangan seperti itu. Ini di rumah sakit." Cho Rong berusaha melepaskan dekapan Woo Hyun yang malah semakin erat.

"Shiro!" dengusnya jahil. "Mau sampai kapan kau memanggilku Sunbae. Apa tidak ada panggilan lain? Oppa misalnya?" Woo Hyun meletakkan dagunya pada bahu kiri Cho Rong berlagak seperti anak kecil yang marah karena tidak dibelikan permen.

Cho Rong membuang napasnya jengah. "Oppa? Hah, aku tidak ma-- Eommaaaa!" Cho Rong tiba-tiba berteriak keras. Tubuhnya terpelanting ke belakang karena saking terkejutnya. Seorang laki-laki tua dengan tampang mengerikan tiba-tiba muncul. Cho Rong buru-buru bangkit dan bersembunyi di balik tubuh Woo Hyun.

"Pergilah! Kami tidak ingin terlibat apapun denganmu," ujar Woo Hyun ketus.

Hantu itu masih saja menatap keduanya sinis.

"Nakarago!" teriak Woo Hyun keras. Membuat hantu itu ketakutan, lalu menghilang seketika.

"Cho Rong-ah, gwaencanha?" Woo Hyun menatap manik hitam Cho Rong lekat. Ia benar-benar khawatir dengan gadisnya itu.

Cho Rong mengangguk cepat. "Ne, Sunbae. Gwaencanhayo."

Kedua pasang manik itu saling terkunci. Menatap satu sama lain dalam. Perlahan, keduanya saling mendekatkan wajah mereka. Menambatkan bibir itu. Woo Hyun melumat pelan bibir tipis Cho Rong.

Hanya beberapa detik, Woo Hyun menjauhkan wajahnya dari wajah Cho Rong. "Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu. Aku tidak akan melanggar janjiku. Kau percaya, kan?"

Cho Rong mengangguk pelan. "Ne, Oppa." Senyum mengembang di wajah Cho Rong. Ia sangat bersyukur, ada Woo Hyun di sampingnya. Ada Woo Hyun yang kini menjadi sumber kekuatannya untuk bertahan.

Sudah terlalu lama Cho Rong memendam semua kesulitannya sendiri. Cho Rong lelah dan tak tahu harus mengadu pada siapa. Namun sekarang, ada Woo Hyun. Cho Rong bisa bernapas lega di balik perlindungan laki-laki itu. Laki-laki tampan yang sudah menyita atensinya sejak pertemuan pertama mereka.

"Saranghae, Cho Rong-ah."

Woo Hyun mengecup lembut dahi Cho Rong. Menyalurkan segala kasih sayangnya pada gadis itu. Woo Hyun sangat mencintai Cho Rong. Begitupun sebaliknya.

Sedang Bo Mi hanya bisa tersenyum jahil, melihat sepupunya itu akhirnya bisa merasakan kebahagiaan dalam kebebasan, dari balik pintu kamar mandi.

***

The End



Mianhae, kalo bonus chapnya absurd.
Aku cuma mau memperjelas hubungan Cho Rong dan Woo Hyun yang ngambang.

Otte?
Semoga tidak mengecewakan.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, yeoreobun...

Salam,
Aurelia
08 January 2018


NB:
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.
Semoga kambeknya Oppadeul berjalan lancar.

Amin

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top