Side - nolansubag

Bonus Chapter from Story " Don't Say "
: Side—by NolanSubag

Sekarang waktu menunjukkan pukul 01:00 KST, tidak ada siapa pun di tempat ini selain pria yang sedang duduk menatap lurus ke arah Sungai Han, seolah mengabaikan hawa dingin yang kian menusuk, Doyoung melepas jaket hitam yang dia kenakan lalu menaruh di pangkuan.

Pria itu menggosokkan telapak tangannya dan menempelkan di kedua sisi pipi secara berulang-ulang. Namun, selang beberapa menit kemudian, Doyoung kembali mengenakan jaket hitam sambil merutuki tingkah absurd-nya tadi lalu menurunkan masker putih yang dia kenakan sampai ke dagu.

Seperti biasa, Doyoung dan bare face-nya adalah sesuatu hal yang patut dibanggakan. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa dia memiliki visual yang sangat tampan, mulai dari sorot mata, hidung mancung, bibir merah yang tipis serta gummy smile yang menjadi ciri khasnya.

Sejenak pria itu tampak melamun sebelum tangan kirinya merogoh saku celana dan mengambil sebuah amplop berwarna hijau toska, seketika sorot matanya berubah menjadi sendu, menyiratkan sebuah kesedihan yang dia pendam selama beberapa minggu ini.

"Heeyoung-ah," ucapnya teramat lirih, lagi-lagi sebulir air mata kembali membasahi pipi, "bogoshipo."

>>>

Sudah hampir sepuluh menit berlalu, tetapi Jungwoo masih berada di depan pintu kamar Doyoung, sekilas dia terlihat ragu untuk masuk ke dalam. Namun, dia memberanikan diri sebab ada hal yang harus dia sampaikan. Begitu pintu itu terbuka, dia melihat Doyoung yang sedang bermain handphone di atas ranjang.

"Waegeurae?" tanya Doyoung tanpa menoleh.

Lantas Jungwoo mendekat ke arah ranjang lalu menaruh paperbag yang dia bawa di samping Doyoung. "Dari Heeyoung."

Tubuh Doyoung terdiam sejenak saat mendengar perkataan Jungwoo. Pria itu menatap benda tersebut.

"Sampaikan terima kasihku ke dia."

Jungwoo menggeleng singkat. "Kau harus bilang sendiri, Hyung."

"Jungwoo."

"Mianhae, Hyung, ini salahku ... kalau saja aku tidak egois mungkin kalian berdua masih berkencㅡ"

Doyoung memegang lengan Jungwoo, dia tersenyum tipis. "Kami tidak benar-benar berkencan dan ini bukan salah siapa pun ... paham?" sambung Doyoung namun tidak mendapatkan respon balik, Jungwoo membisu dengan raut bersalahnya yang terlihat jelas.

Sebenarnya sejak malam mereka mabuk bersama, baik Jungwoo ataupun Doyoung tidak ada yang mengungkit kejadian itu, perihal Doyoung yang sudah berakhir dengan Heeyoung, serta perihal bahwasanya yang selama ini berada di hati gadis itu adalah Jungwoo. Pria yang malam itu terpaksa menolak perasaan Heeyoung, meskipun sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama. Namun, sadar akan dirinya yang tidak normalㅡakibat gangguan psikisㅡmembuatnya ragu untuk bisa meneruskan serta membahagiakan sang gadis.

Kim Doyoung kembali mengambil handphone-nya, lalu membuka menu kontak dan meletakkan ponsel tersebut di telinga kiri.

"Yeoboseyo," ucap Doyoung saat teleponnya diangkat. "Heeyoung, ini aku. Doyoung," sambungnya.

Tentu saja saat mendengar nama gadis itu, spontan Jungwoo menatap ke arah pria yang berada di hadapannya, tetapi dia tidak bisa mendengar suara dari si lawan bicara sebab percakapannya tidak di-loudspeaker.

"Kadonya sudah kuterima, gomawo. Besok kau ada waktu? Ayo bertemu di Sungai Han." kata Doyoung sambil melihat paperbag tadi.

"Nanti kukabari lagi. Kalau begitu aku tutup teleponnya."

Doyoung mengakhiri percakapan tersebut dan menatap lekat Jungwoo. "Jangan merasa bersalah lagi, arasseo?" Jungwoo mengangguk singkat, terlihat raut wajahnya sedikit lebih tenang. "Justru seharusnya aku yang minta maaf."

Jungwoo memandang Doyoung dengan sendu. "Sebenarnya aku merasa lega saat tau dia bersama pria baik sepertimu, Hyung ... dibandingkan denganku yang hanya bisa membuatnya menangis."

"Jangan berkata seperti itu, kau pun juga menderita saat menolaknya." Doyoung menepuk pundak Jungwoo. "Kita perbaiki semuanya sama-sama."

"Gomapta, Doyoung Hyung."

Doyoung bangkit dari kasurnya sambil membawa paperbag tadi lalu meletakkannya di dalam lemari. "Bagaimana kalau besok kau ikut juga?"

"Shireo. Besok adalah waktu kalian berdua," jawab Jungwoo menolak tawaran itu.

∞∞∞

Seharusnya Doyoung langsung ke Sungai Han bukannya berdiri di depan gedung Starship Entertaiment menunggu Heeyoung pulang kerja. Entahlah, rasanya seperti suatu kebiasaan baginya menunggu gadis itu saat ada janji untuk bertemu. Bahkan khusus hari ini, dia meminta kepada sang manajer untuk mengosongkan jadwal sampai malam padahal urusannya mungkin tidak akan selama itu.

Dari kejauhan, dia melihat Heeyoung yang terdiam dengan raut terkejutnya. Ternyata gadis berparas cantik itu masih mengenali dirinyaㅡdengan hoodie tebal yang menutupi rambut hitamnya serta masker hitam yang hampir menutupi seluruh wajah. Doyoung pun berinisiatif menghampiri Heeyoung.

"Oraenmanida," sapanya seperti biasa.

Gadis itu tampak gugup, terbukti dari arah pandangnya yang menunduk. Melihat hal itu membuat Doyoung langsung menautkan jemari mereka. "Kaja, kita harus lihat sunset."

Tanpa protes Heeyoung mengikuti langkah pria itu, mereka berdua pergi menuju Sungai Han.

Dari perjalanan hingga mereka dudukㅡdi pinggiran sungaiㅡtak ada satu pun yang berbicara. Keduanya melihat satu sama lain dari ujung mata hingga keduanya tersadar kalau tangan mereka masih bergandengan. Dengan perlahan, Doyoung melepaskan tautan tersebut.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan lirih

"Baik, Oppa, seperti yang kau lihat," jawab Heeyoung dengan tenang.

"Kata Jungwoo kemarin kau sempat mimisan, kenapa hari ini masuk kerja?"

"..."

"Ah mianhae, bukan maksudku sㅡ"

"Gwenchana, Oppa ... kemarin aku terlalu lelah setelah lembur berhari-hari," jelas Heeyoung. Gadis itu menggigit bibir bawahnya sebelum kembali berkata, "Mianhae, Oppa, hadiahnya aku titipkan ke Jungwoo, aku kira kita akan sulit bertemu."

"Aniya, aku yang minta maaf karena menghindar dan mengabaikan semua pesan dan teleponmu."

Nam Heeyoung kembali menunduk, menyembunyikan wajah yang basah akibat tangis yang tidak bisa dia tahan. Untuk saat ini yang terlintas di benak gadis itu adalah betapa bodohnya dia sudah melukai perasaan pria sebaik Kim Doyoung.

Memang benar dia menyukai Doyoung, akan tetapi perasaan tersebut hanya sebatas rasa kagum terhadap idolanya. Dia keliru mengira lambat laun perasaan tersebut mungkin saja bisa berubah menjadi lebih dalam, nyatanya Heeyoung tidak bisa memandang Doyoung sebagai pria pada umumnya. Terlebih setiap melihat pria itu, Heeyoung pun jadi mengingat seseorang yang seharusnya dia lupakan, rekan satu grup Doyoung, Kim Jungwoo.

"Uljima, Heeyoung-ah," ucap Doyoung yang sudah berjongkok di hadapan Heeyoung sambil menyeka air mata yang tertumpk di sudut mata.

"Mianhae, Oppa, jinjja mianhae."

Doyoung membawa gadis itu ke dalam pelukannyaㅡuntuk terakhir kaliㅡsambil mengusap lembut surai hitam panjang Heeyoung. "Uljima, rasanya sesak mendengarmu menangis seperti ini."

"Doyoung Oppa, berjanjilah kepadaku kau harus bahagia," ucap Heeyoung membalas pelukan tersebut. "Ini permintaan terakhirku," sambungnya dengan suara amat lirih hingga tidak terdengar Doyoung.

"Arasseo, aku janji akan bahagia Heeyoung-ah."

"Gomapta, Oppa ... neomu gomapta."

<<<

Andai saja dia tau saat itu adalah kesempatan terakhirnya bersama Heeyoung untuk berbincang dengan leluasa, mungkin dia tidak akan pamit pulang duluan untuk menemani Johnny yang tiba-tiba menelepon. Bahkan saat itu Doyoung tidak mengantar Heeyoung ke terminalㅡseperti yang biasa dia lakukan, mengingat hal itu membuat penyesalannya semakin membesar. Andai saja waktu itu.

Pengandaian itu kembali membuat tenggorokannya semakin kering, haus, dan sulit bernafas. Doyoung pun mengambil sekaleng bir yang tadi dia beli. Namun belum saja sempat mencicipi, lengannya ditahan. Pria itu menoleh dan mendapati seorang gadis ber-hoodie ungu dengan masker hitam.

"Aku tidak mungkin mengantarmu ke dorm kalau kau sampai mabuk."

Doyoung tak menghiraukannya dan tetap menenggak bir dari kaleng itu. "Kau bisa membiarkan aku terbaring di sini, Noona ... atau membuangku ke sana," ucap Doyoung sambil menunjuk ke arah Sungai Han dan tertawa sumbang.

Kim Hyunjungㅡgadis ituㅡmenurunkan maskernya dan ikut duduk di sebelah Doyoung lalu merebut kaleng itu dan meneguk semua isinya sampai tidak tersisa.

"Untung saja aku masih di rumah ... mungkin kalau sudah di asrama akan sulit keluar sendiri seperti ini," ucap Hyunjung. Memang dua hari ini dia memilih untuk pulang ke rumah karena jadwalnya kosong.

Doyoung menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan, setelah kedua tangannya terulur untuk menangkup wajah Hyunjung agar menghadap dirinya. Pria itu dengan perlahan mencodongkan wajahnya lebih dekat, namun tertahan dengan telunjuk yang berada di depan bibirnya.

"Kau mau menciumku? Wae?" tanya Hyunjung dengan suara sedikit bergetar.

Doyoung menyingkirkan telunjuk yang menghalanginya dengan lembut, "Heeyoung bilang kita berdua harus bahagia bersama." Netranya kembali tertuju kepada bibir milik gadis itu. "Jadi, bolehkah?"

Hyunjung tidak menjawabnya, melainkan langsung menyatukan bibir mereka.

"Boleh."

Perkataan Hyunjung membuat Doyoung kembali membawa gadis itu ke dalam penyatuan bibir yang lebih intens, dengan lumatan-lumatan kecil yang semakin tercipta di antara keduanya. Nampak seperti pasangan yang sedang dirajut asmara, tetapi kenyataannya mereka berdua hanya saling meluapkan semua emosi yang sudah lama terpendam.

Yang satu terpaksa.

Dan yang satu lagi mempersilakan dirinya untuk dimanfaatkan.

Setelah ini, seperti apakah kelanjutannya?

[n.s]

Haiiiiiiii!

Nolan kembali nii dengan Meraki Project, pertama-tama terima kasih untuk rekan nulis di MP yang sudah kasih support-nya, ilysm guys. Lalu terima kasih untuk reader khususnya #TeamDoyoung di ceritaku yang sebelumnya sudah mau sabar menunggu.

Buat yang baru baca, jadi aku akan sedikit ngejelasin bahwasanya cerita di atas adalah Bonus Chapter dari ceritaku sebelumnya yang berjudul Don't Say, sekligus menjadi pra-prolog untuk Spin Off dari Don't Say yang aku bikin khusus membahas bagaimana Doyoung setelah hubungannya berakhir—meskipun sebenarnya gk benar-benar berkencan hiksss—dan Hyunjung akan jdi main cast di Spin Off yang insyaAllah berjudul PERHAPS.

Yang sudah baca Don't Say pasti penasaran kan kenapa Doyoung bisa tau tentang taman tempat Jungwoo dan Heeyoung pertama kali bertemu? Nanti aku ceritakan di work-ku yang kubilang tadi yaa, see you in my playground~

Setelah ini akan ada karya-karya dari rekan-rekanku yang lain, happy reading, support terus Meraki Project yaaaaaa, gumawooo~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top