Memoria - Tisekay
Ingatlah masa-masa
d
ahulu kita indah, semua belum terlalu jauh di ingatan.
Suara gemercik air keran terdengar nyaring di tengah keheningan. Sedari tadi tatapannya hanya berpusat pada lahan kosong pekarangan rumah. Sesekali tetangga sebelah berlalu menyapa dirinya yang sedang asyik melamun. Rasa hampa dalam benak selalu menghampiri Lucas Wong, ia nggak tahu kenapa rasa itu begitu menyakitkan baginya sekarang.
Lingkaran tangan dan pelukan hangat di pingangnya jelas Lucas rasakan sekarang. Rasa itu nggak pernah hilang, ia ingat bagaimana wanita itu memperlakukannya dengan manis. Namun, saat ia berbalik, kenyataan menamparnya. Pelukan itu hanya bisa ia rasakan dalam ingatannya yang membeku, ia hanya ingat sentuhan fisik yang pernah dilakukan wanita itu kepadanya.
Lucas nggak pernah bisa mengingat siapa wanita itu selamanyaㅡbagaimana bentuk wajahnya, hari-hari mereka bersama dan semua tentangnya. Memori itu nggak pernah tersimpan dalam pikiran Lucas, yang tersisa hanyalah serpihan kecil memori. Memori singkat bahwa wanita itu dulu pernah menjadi istrinya.
Helaan napas keluar dari mulut Lucas. Sambil membawa cangkir kopinya, ia beranjak menuju lemari obat. Saat Lucas hendak membukanya sebuah cacatan kecil menyambut, Dear my husband, are ok? Sudah minum obatmu hari ini?
Senyum tipis Lucas merekah saat membaca catatan itu. Hanya ini yang membuatnya masih merasa wanita itu berada disisinya.
____
Tiga bulan sebelumnya....
"Sabun cuci sudah, makanan anㅡ" Kalimat Yuqi terpotong saat seseorang memeluknya dari belakang. Yuqi menggeliat. "Ih, lepas! Nggak malu diliat orang?!" protesnya pada seseorang yang nggak lain adalah Lucasㅡsuami kesayangannya.
Lucas melepas pelukannya lalu mengerucutkan mulut. "Lagi sepi juga," sahutnya membantu Yuqi memasukkan beberapa bungkus snack ke troli.
Yuqi tersenyum melihat tingkah suaminya yang sedang ngambek, perlahan ia mendekati Lucas lalu melingkarkan tangannya di perut Lucas. "Puas?" tanyanya.
Lucas menyeringai lalu ikutan melingkarkan tangannya di bahu ramping Yuqi. Telunjuknya dengan gemas menyentil ujung hidung Yuqi lalu memberi kecupan singkat di bibir manis istrinya itu. "Rasa stroberi, selalu," kata Lucas setelah mencicipi bibir istrinya itu.
Senyum Yuqi merekah. "Kesukaanmu, 'kan?" kata Yuqi melepas pelukannya sebelum orang lain melihat.
Yuqi kembali berkeliling diikuti Lucas yang sedang mendorong troli belanjaan. Cukup lama mereka berkeliling, Yuqi rasa semua checklist belanjaannya sudah tercentang. Namun, saat diingat-ingat masih ada satu barang yang tertinggal. Hum apa, ya?
"Honey!" panggi Lucas. "Tangkap!" Saat Yuqi berbalik, ia langsung menangkap barang yang dilemparkan Lucas. Suaminya ini memang suka membuatnya hampir terkena serangan jantung.
"Kamu berutang kekalahan kepadaku," ucap Lucas menunjuk Yuqi dengan jari telujuknya.
"Iya iya, aku inget kok," balas Yuqi memasukkan sebungkus merek pisau cukur itu ke dalam troli belanjaan. Berkat kelalahannya bermain tictac toe kemarin, hari ini Yuqi harus menuruti permintaan Lucas seharian.
Setelah puas berbelanja, pasangan suami istri itu disambut hujan angin saat mereka baru saja keluar dari supermarket. "Hum hujan," guman Lucas.
"Yah gimana dong?" tanya Yuqi pada suaminya.
Bukan Lucas kalau nggak memiliki ide nekat. Lucas melirik istrinya seraya tersenyum. "Nggak, aku nggak mau, ya," balas Yuqi mengetahui isi pikiran suaminya.
"Oh ya udah. Kalau gitu, aku aja," ucap Lucas bersiap memakai kupluk jaketnya dan mengambil ancang-ancang untuk berlari.
Sebelum suaminya itu menerjang hujan, Yuqi buru-buru menarik ujung jaket Lucas. "Nunggu reda aja kenapa si?" tanya Yuqi.
"Aku nggak mau tanggung jawab ya kalau kamu masuk angin," tambah Yuqi menatap tajam suaminya. Namun, Lucas malah bebal. Lelaki itu tetap nekat menerjang hujan dan berlari cepat menuju mobil, sementara Yuqi menunggu suaminya di lobi supermarket. Yuqi menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah suaminya.
"Tuh kan jadi basah semua nanti," guman Yuqi.
Saat sedang menunggu, Yuqi nggak sengaja melihat anak-anak yang sedang asyik bermain hujan sambil menunggu ibu mereka. Sekilas Yuqi tersenyum geli melihat tingkah lucu anak-anak itu, tapi sedetik kemudian senyumnya sirna. Yuqi mengalihkan pandangannya dan menunduk, kenyataan menamparnyaㅡkenyataan bahwa ia nggak akan pernah melihat tawa kecil dan lucu seorang anak bersama Lucas.
Beberapa menit kemudian Lucas datang dengan mobilnya. Lelaki itu keluar dengan tergesa-gesa lalu menghampiri Yuqi. Lucas membantu Yuqi memasukkan semua belanjaan ke dalam bagasi lalu memayungi istrinya hingga masuk ke mobil. Setelah itu barulah Lucas masuk ke mobil.
Di dalam mobil Yuqi sudah menyiapkan handuk kecil. "Nih! Cepet keringin! Nanti masuk angin," perintah Yuqi.
"Iya iya istriku yang cerewet," sambut Lucas menerima handuk kecil itu dari tangan istrinya.
Sambil menyetir, Lucas menggosok-gosokkan rambutnya yang basah dengan handuk, sementara Yuqi hanya terdiam sepanjang perjalanan. Wajah Yuqi terlihat muram dan membuat Lucas cemas.
"Kenapa?" tanya Lucas, sesekali mengecek istrinya.
Yuqi menghela nafas kasar lalu menggeleng. "Nggak ... nggak apa-apa," jawab Yuqi berbohong.
"Yakin?" tanya Lucas memastikan.
Yuqi mengangguk mantap.
____
Sesampainya di rumah, sesuai permintaan LucasㅡYuqi harus membantu Lucas mencukur hari ini. Kini mereka berdua duduk berhadapan di sofa lengkap dengan Lucas yang menyelipkan handuk di kerah kaosnya. "Pake ini dulu?" tanya Yuqi meraih krim pencukur.
"Nggak," jawab Lucas.
"Lah? Mau dicukur langsung?"
"Iya iya, pake itu dulu," jawab Lucas dibarengi cengiran, sementara Yuqi menyipitkan matanya.
"Langsung aja, yah!" Dengan cepat Yuqi mengarahkan pisau cukur ke dagu Lucas.
Lucas langsung menahan tangan istrinya itu. "Heh! Heh! Jangan, nanti jadi perih!" pekik Lucas.
Yuqi tertawa terbahak melihat ekspresi panik Lucas. Ia menjauhkan pisau cukur itu lalu meraih krim. Yuqi mengoleskan krim itu ke dagu dan bagian antara hidung dan bibir Lucas. Saat sudah semua teroleskan, barulah Yuqi mengarahkan pisau cukur itu ke dagu dan area lainnya.
"Pelan-pelan!" perintah Lucas.
"Iya iya," balas Yuqi dengan telaten mencukur habis semua bulu di wajah suaminya. Saat Yuqi sedang serius, diam-diam Lucas memperhatikan istrinya itu. Sedari tadi ia tampak menahan senyum, hatinya selalu saja bergetar saat berdekatan dengan wanita yang ia nikahi enam bulan lalu.
"Aku harap kita selamanya begini," kata Lucas tiba-tiba. Yuqi langsung menghentikan kegiatan mencukur, wanita itu terdiam beberapa detik dengan wajah yang nggak bisa diartikan. Yuqi menunduk lalu berusaha menampakkan senyumnya, ia menatap mata suaminya dengan sendu. Kata-kata yang diucapkan Lucas tadi membuatnya bahagia sekaligus sedih.
Lucas meraih pipi kiri Yuqi, kedua mata mereka masih beradu. Lucas nggak menyadari tatapan tersirat Yuqi. Lelaki itu kemudian merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukan. Kehangatan langsung menyambut Yuqi saat Lucas memeluknya. Dalam pelukan itu, Yuqi menahan tangis.
"I love you," bisik Lucas kepadanya.
___
Sore ini Lucas mengantarkan Yuqi menuju restoran tempat acara reuni SMA Yuqi diadakan. Sebelum Yuqi keluar dari mobil Lucas sempat menahan istrinya. "Jam 9 tepat," kata Lucas mengingatkannya.
Yuqi mengangguk lalu memberi Lucas kecupan singkat. "Jangan nakal, oke?" kata Yuqi menyentil ujung hidung Lucas.
Yuqi keluar dari mobil, ia melambaikan tangannya saat mobil Lucas mulai menjauh. Dari dalam mobil, Lucas melihat istrinya dari kaca spion. Lucas tersenyum kecil melihat istrinya itu.
Sepeninggal Lucas, Yuqi masih berdiri di depan restoran Lavante. Wanita itu nggak berkutik, senyumnya tiba-tiba sirna. Alih-alih masuk ke dalam restoran, Yuqi malah menyetop taksi dan pergi ke suatu tempat. Yuqi berbohong mengenai reuni itu kepada Lucas, reuni itu nggak pernah ada. Sampai beberapa menit kemudian, mobil taksi berhenti di sebuah lobi.
Yuqi buru-buru membayar taksi itu dan keluar. Kini Yuqi sudah berada di depan lobi rumah sakit St. Laurent. Cukup lama Yuqi berada di luar sebelum ia membulatkan tekadnya untuk masuk dan menemui salah satu dokter di rumah sakit ini.
Langkah kaki Yuqi berjalan cepat melewati ramainya lobi rumah sakit lalu menuju lorong panjang. Nggak lama kemudian, sampailah ia di depan ruangan Dokter Lancaster. Yuqi mengetuk pintu beberapa kali lalu menarik gagang pintu dan masuk saat pemilik ruangan itu mengizinkan.
Di dalam, Yuqi langsung disambut oleh Dokter Jeffry Lancaster yang ternyata sedang menunggunya. "Kupikir kamu terlambat," sambut Jeffry mempersilakan Yuqi duduk.
"Jelaskan!" tembak Yuqi terlihat cemas dan terburu-buru.
"Sabar," balas Jeffry sibuk memandangi layarnya sambil sesekali mengetik sesuatu lewat keyboard laptop. Nggak lama kemudian, Jeffry mulai menjelaskan, sesekali dokter muda itu menunjuk layar komputernya. Iya, menunjuk beberapa bagian CT scan otak itu. Jeffry menjelaskan sedetail mungkin kepada Yuqi.
"Ingatannya akan terhapus, khususnya untuk enam bulan ke belakang," kata Jeffry.
Yuqi hanya terdiam, tangannya meremas ujung tas kecilnya. Senyum tipisnya merekah menatap Jeffry kosong.
"Kamu yakin akan membiarkannya lupa ingatan?" tanya Jeffry memastikan sahabatnya ini nggak melakukan tindakan gila.
"Tanpa operasi ini dia masih bisa hidup dengan normal, kenapa kamu bersikeras menyuruhnya melakukan ini?" Kali ini Jeffry berniat untuk meyakinkan Yuqi agar nggak melanjutkan prosedur operasi ini kepada suaminya sendiriㅡLucas.
"Aku punya alasan, ini jalan terbaik untuknya," jawab Yuqi lalu bangkit berdiri dari tempat duduknya dan berbalik hendak meninggalkan ruangan Dokter Jeffry.
Sebelum itu, Jeffry malah menyahutnya dengan pertanyaan tajam, "Kalau kamu ingin meninggalkannya, kenapa nggak ajukan surat cerai saja, huh?" tembak Jeffry langsung menghentikan langkah Yuqi.
Helaan napas kasar keluar dari mulut Yuqi. "Jangan beri tahu dia tentang ini, oke?" kata Yuqi kemudian keluar dari ruangan itu.
____
Mendekati pukul sembilan malam, Yuqi kembali ke tempat semula Lucas mengantarnya. Dengan langkah tergesa-gesa, Yuqi memasuki restoran Lavante. Di dalam restoran itu Yuqi bertemu dengan sosok pria yang tengah terduduk di sudut paling ujung restoran tersebut.
"Danny," panggil Yuqi. Pria bernama Danny itu mendongak lalu langsung merengkuh Yuqi dalam pelukannya.
"I miss you," bisik Danny dalam pelukannya.
Yuqi membalas pelukan pria itu. "I miss you too," balasnya.
Mereka berdua duduk di sana selama beberapa menit, Danny membuat Yuqi tertawa dan sejenak melupakan bebannya. "Jadi kamu sudah memutuskannya?" tanya Danny disela-sela candaannya.
Yuqi sejenak terdiam, wanita manis itu mengaduk-ngaduk hidangannya dengan tatapan nggak berarti. Nggak lama kemudian, kepala Yuqi mendongak bertemu tatap dengan kedua bola mata Danny. Kepala Yuqi mengangguk.
Keheningan tiba-tiba menyeruak, baik Yuqi dan Danny keduanya sama-sama bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. "Kalau kamu ragu, jangan pergi dari sisinya," ucap Danny menggenggam tangan Yuqi.
Yuqi menggeleng. "Walaupun ragu, aku harus tetap melakukannya," ucap Yuqi.
_____
Pada malam harinya, seperti biasa pasangan suami istri itu melakukan kegiatan 'rutinitas' mereka.
Dengan nafas yang terengah, Yuqi menyandarkan kepala di dada telanjang Lucas. Matanya terpejam, ia mendengarkan suara degup jantung Lucas yang masih membara. Setelah malam ini, ia akan sangat merindukannya. Tangan Lucas melingkar di bahu rampingnya. Sekilas Lucas mengecup ujung kepalanya.
Hanya ada deru napas dan keheningan menyelimuti kamar mereka sampai Lucas mengucapkan pertanyaan. "Are you hiding something from me?" tanya Lucas langsung mendapat dongakan Yuqi.
Senyum canggung Yuqi terpampang. Kepalanya menggeleng kecil, ia menempelkan dagu di dada Lucas seraya menampakkan tatapan puppy eyes-nya, sementara Lucas sibuk menghelai rambutnya.
"Okay, I trust you," ucap Lucas merengkuh tubuh istrinya dalam pelukan.
Keesokan paginya, Yuqi bangun dengan sambutan ranjang kosong di sampingnya. Lucas sudah meninggalkannya. Yuqi beranjak dari tempat tidur lalu berjalan ke arah dapur, dengan wajah bantal dan rambut berantakan. Saat sampai di dapur, ternyata Lucas sudah menyiapkan sarapannya sendiri dan sedang membaca koran harian.
"Selamat pagㅡ"
"Siapa kamu?" tanya Lucas menatap Yuqi layaknya orang lain.
"Istrimu tentu saja," ucap Yuqi mengira Lucas sedang menggodanya.
"Aku nggak pernah menikah," kata Lucas membuat Yuqi berhenti membuat kopinya.
Yuqi terdiam seketika, tangannya terlipat di depan dada, sesekali ia memutar-mutar cincin nikahnya. Saat ia berbalik, tiba-tiba Lucas berada di belakangnya dan mencekiknya. Mata Lucas tajam membunuh, ia bukan Lucas yang Yuqi kenal.
"Lu-lucaㅡ," ucap Yuqi berusaha melepas cengkeraman Lucas di lehernya. Yuqi diam-diam meraih cangkir kopi di belakang punggungnya lalu memukulkannya ke kepala Lucas.
Prank!
Mata Yuqi terbuka seketika, napasnya terengah ternyata ia masih berada di ranjangnya. Yuqi melihat ke samping dan mendapati Lucas masih tertidur lelap. Ternyata tadi ia cuma bermimpi buruk. Mimpi yang sangat ia takuti.
_____
Hari ini adalah jadwal operasi Lucas Wong. Lelaki itu sudah siap dengan baju pasien khas rumah sakit dan kini sedang terduduk di tempat tidurnya sambil menonton film komedi. Beberapa kali tawanya meledak melihat tokoh utama melakukan tingkah lucu. Beberapa saat kemudian....
Krek! Suara pintu dibuka dan senyum manis istrinya menambah kebahagiaan hari ini. "Hai," sapa Yuqi seraya membawa sebungkus roti dari kantin rumah sakit.
"Kamu habis nangis?" tanya Lucas menyadari ada yang berbeda dari Yuqi.
Yuqi yang sedang berdiri membelakangi Lucas berusaha tegar dan sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan suaminya itu. "Nggak, habis begadang aja kemarin," dustanya.
"Beneran? Astaga! Udah kubilang jangan banyak begadang," ucap Lucas sudah melompat dari kasur lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Yuqi. Lucas menarik tubuh istrinya dan memeluk dari belakang. "I like your scent, always," bisiknya seraya mengecup ujung kepala Yuqi.
Dada Yuqi terasa sesak, sekuat tenaga ia menahan air matanya. Yuqi membalikkan badan kemudian membalas pelukan Lucas. "I love you," lirihnya.
Tawa kecil Lucas terdengar. "Kok jadi melow-melow gini? Huh?" kata Lucas berusaha menatap wajah Yuqi. Namun, istrinya itu bersikeras menolak kontak mata dengannya.
"Kenapa?" tanya Lucas. Kini suasana berubah, Yuqi nggak lagi memeluk Lucas, wanita itu tengah memandangi gerimis di luar jendela kamar rumah sakit. "Hei, ada yang salah?" tanya Lucas sekali lagi seraya meraih tangan Yuqi lembut. Yuqi menggeleng, air mata menetes membasahi pipinya.
"Ini cuma operasi kecil, tenang aja," kata Lucas berusaha menenangkan istrinya. Lucas mengangkat tangannya kemudian mengusap air mata di pipi Yuqi. Mata coklatnya menatap netra Yuqi lembut walaupun istrinya itu tetap enggan menatapnya. "Aku nggak akan pergi begitu aja," kata Lucas bersungguh-sungguh.
Dan detik-detik menyakitkan semakin membuat Yuqi semakin sesak. Kini ia sedang mengantarkan suaminya menuju ruang operasi. Sedari tadi ia menggenggam tangan Lucas. Yuqi nggak ingin melepasnya, Yuqi tahu setelah keluar dari kamar operasi itu keadaan nggak akan pernah menjadi sama. Sampai di depan kamar operasi, sekarang waktunya Lucas masuk dan Yuqi harus melepasnya.
"I love you." Cuma tiga kata itu yang bisa Yuqi katakan sebelum Lucas masuk. Lucas menampakan senyum tipisnya seolah membalas ucapan Yuqi lewat senyumannya. Senyuman itu nggak akan pernah Yuqi lupakan, selamanya.
... and he won't remember me, ever.
____
[Sebulan setelah operasi]
Kring! Kring! Bunyi jam weker sukses membuat Lucas darah tinggi. Sudah kesekian kalinya jam weker itu berdering dan kali ini Lucas lagi-lagi membuat jam wekernya rusak. Tak! Jam weker itu terlempar ke dinding. "Berisik!" protes Lucas kembali tertidur.
Saat baru saja memejamkan mata, Lucas malah teringat sesuatu. Mata Lucas langsung terbelalak dan melompat bangun dari kasur. Lucas lupa kalau hari ini dirinya ada interview penting dengan bos perusahaan. Dengan terburu-buru, Lucas bergegas menuju kamar mandi. Saat sedang hectic mempersiapkan pakaian tiba-tiba sesosok wanita yang sedang membawa dasi mengagetkan Lucas.
"Astaga! Siapa kau?!" pekik Lucas terkaget-kaget.
Yuqi tersenyum kepada Lucas, ia mengulurkan dasi hitam itu kepada Lucas. "Dasimu," kata Yuqi mendekati Lucas. Namun, Lucas malah menjauh. "Aku tanya siapa kamu?!" bentak Lucas.
Yuqi hanya tersenyum tipis lalu masih berusaha mendekati Lucas. Kali ini Lucas menepis tangan Yuqi. Dengan tatapan tajam, Lucas mengelak bantuan Yuqi. "Jawab pertanyaanku, siapa kamu?! Kenapa kamu bisa masuk rumahku?!" kata Lucas bernada tinggi.
Rupanya setelah operasi epilepsi itu Lucas nggak mengingat memori apa pun tentang Yuqi, Lucas hanya mengingat dirinya masih menjadi lelaki lajang dan hari di mana ia akan mendapatkan promosi jabatan. Kejadian itu sudah terjadi enam bulan lalu. Lucas melewati harinya tanpa tahu bahwa dunia di sekitarnya sudah berubah.
Ada satu hal yang lebih parah, kenyatan bahwa Lucas juga nggak bisa memiliki memori jangka panjang. Setiap hari ia akan terbangun sebagai orang yang mengingat hari ini adalah 22 September 2020 selamanya. Lucas nggak akan mengingat hari kemarin, lelaki itu hanya akan terus mengulangi harinya dengan melempar jam weker dan terlambat menemui bosnya untuk interview.
"Aku istrimu," jawab Yuqi memaksakan senyum.
Lucas menggeleng. "Jangan mengada-ngada, aku nggak pernah memiliki niat untuk membangun rumah tangga," ucap Lucas berjalan melewati Yuqi.
Hati Yuqi tersayat, ia kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Lucas. Enam bulan lalu, Yuqi bertemu dengan seorang lelaki yang sedang termenung di kafe tempat kerjanya. Yuqi ingat malam itu adalah malam di mana ia langsung jatuh hati kepada Lucas dan begitu sebaliknya. Kini memori tinggal kenangan, Lucas nggak memiliki kenangan itu lagi.
Dengan kesal dan rasa penasaran, Lucas berjalan keluar dari rumahnya. Lelaki itu masuk ke dalam mobilnya dengan beberapa berkas yang berserakan di jok mobil. "Ck! Apa-apaan ini?" gerutunya seraya merapikan berkas-berkas itu. Saat sedang merapikan berkas itu, Lucas baru menyadari ada sebuah cincin emas yang melingkar di jari manisnya. Aktivitas Lucas terhenti sejenak, lelaki itu memandangi cincin di jarinya dengan saksama.
Lucas mengernyit. "Aku sudah menikah?" tanyanya. "Yang benar saja," tambah Lucas malah melepas cincin itu dari jarinya lalu melemparnya ke sembarang tempat.
Lucas pun duduk di belakang kemudi lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju perusahaan tempatnya bekerja saat sampai di parkiran, keberuntungan menghampirinya. Pak bos yang harusnya ia temui beberapa menit lalu ternyata juga terlambat masuk kerja. Tanpa babibu, Lucas langsung keluar dari mobilnya. Sambil membawa berkas-berkas proposal, ia menghampiri bosnya. "Selamat pagㅡ"
"Lucas?" potong bos Lucas menaikkan alisnya.
Lucas tersenyum saat melihat bosnya itu, kesempatan baik mungkin bosnya bersedia mendengarkan penjelasan proposalnya. "Soal proposalㅡ"
"Lucas, aku sudah bilang kepadamu kemarin dan sebulan yang lalu, kamu sudah nggak bekerja di sini lagi," ucap bos Lucas.
Mendengar hal itu, Lucas jadi bingung. Seingatnya ia nggak pernah mengajukan permintaan pengunduran diri ataupun dipecat. "Tunggu, apa aku melakukan kesalahan fatal? Aku dipecat, Bos? Oke aku memang terlambat tapiㅡ"
"Lucas, sudahlah. Aku sudah memberitahumu berkali-kali, kamu sudah nggak bekerja di perusahaan ini lagi, kamu yang memutuskan untuk keluar sejak enam bulan lalu. Cepat pulang sana, jaga istrimu baik-baik," ujar si bos menepuk bahu Lucas lalu pergi begitu saja.
Sementara itu Lucas malah terdiam, ia masih keheranan. Aku? Mengundurkan diri? Kapan? Benaknya penasaran. Lucas tahu betul dirinya nggak akan begitu mudah melepas pekerjaan yang amat dicintainya ini.
Dengan rasa penasaran, Lucas berjalan menuju mobilnya, ia masih bingung dengan semua ini. Saat sedang termenung di dalam mobil, Lucas teringat perkataan bosnya tadi. Jaga istrimu baik-baik, benak Lucas berusaha meresapi kalimat bosnya itu.
Saat sedang berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya Lucas teringat sesuatu. Cincin yang sempat dibuangnya mungkin menjadi petunjuk rasa penasarannya. Lucas berusaha mencari cincin yang sempat ia lempar tadi. Saat ia menemukan cincin itu, Lucas mengamati cincin itu lekat-lekat. Di bagian dalam cincin itu tertulis dua nama. Nama Lucas dan....
"Yuqila," ucap Lucas.
Lucas menghela napas, ternyata wanita aneh di rumahnya itulah kemungkinan dirinya kehilangan pekerjaannya.
___
Di rumah, Yuqila sedang asyik duduk termenung di sofa ruang tengah. Wanita itu tampak murung dengan wajahnya yang pucat dan kelihatan kurang sehat. Sesekali Yuqila menenggak minuman hangat di tangan. Pikirannya melayang ke mana-mana, sejak operasi Lucas, keadaan berubah. Hampir setiap hari ia berhadapan dengan Lucas yang nggak mengenalnya.
Brak! Suara pintu membuyarkan lamunan Yuqila. "Kau?!" bentak Lucas mendatangi Yuqila yang masih terduduk di sofa.
Yuqi mendongak, dengan lemah ia berusaha berdiri. "Kamu sudah makan?" tanya Yuqi.
"Kamu belum sempat sarapan tadi," tambah Yuqi berinisiatif ingin menyiapkan Lucas makan. Namun buru-buru Lucas menahannya. Lucas meraih tangan Yuqi dan menariknya agar tetap berada di hadapan Lucas. Dengan tatapan tajam, Lucas menatap wajah pucat Yuqi. "Kau kan yang membuatku kehilangan pekerjaanku?!"
Yuqi terdiam, membisu.
"Jawab pertanyaanku, wanita aneh!" bentak Lucas meraih kedua lengan Yuqi dan meremasnya erat. Lucas sangat ingin Yuqi memberikan alasannya dan segera menuntaskan rasa penasaran.
Yuqi hanya bisa terdiam seolah ia nggak punya tenaga lagi untuk menjawab pertanyaan Lucas. Saat Lucas sedang mencercanya dengan segala pertanyaan Yuqi malah tertunduk, perlahan kepalanya mulai berputar dan kemudian ... bruk!
Tubuh Yuqi oleng ke samping. Untung Lucas segera menangkap tubuhnya. "Hoi! Kenapa malah pingsan?!" protes Lucas menepuk-nepuk pipi Yuqi.
"Merepotkan saja!" guman Lucas terpaksa menggendong Yuqi. Mau nggak mau Lucas harus membawa Yuqi ke rumah sakit terdekat.
Saat sampai di rumah sakit, Yuqi langsung mendapat pertolongan, sementara Lucas masih berkeliaran di UGD. Lucas ingat salah satu temannya bekerja di rumah sakit ini, jadi Lucas ingin menyapa temannya itu. Dan kebetulan saja teman Lucas sedang berada di UGD.
"Lucas!" panggil Jeffry.
"Jef!" balas Lucas tersenyum sumringah.
"Apa Yuqi baik-baik saja?" tanya Jeffry.
Lucas menaikan alisnya. "Apa kau kenal wanita aneh itu?" Lucas balik bertanya.
Jeffry sempat terdiam lalu berkata, "Dia istrimu, Lucas."
"Jeff, come on. Aku nggak pernah mencoba untuk berkomitmen. Mana mungkin aku dan wanita aneh ituㅡ"
"Lucas, berhenti memanggilnya wanita aneh," tambah Jeffry dengan nada serius.
"Dia istrimu, seharusnya aku nggak membiarkanmu dioperasi dulu," ujar Jeffry kesal. Jeffry sangat menyesal memberikan surat persetujuan operasi Lucas pada Yuqi waktu itu. Jeffry nggak memperkirakan kejadiannya akan menjadi sefatal ini. Apa pun alasan Yuqi melakukan hal itu, tapi Lucas nggak sepantasnya seperti ini di saat istrinya sedang sekarat.
"Pokoknya, Lucas, aku tahu kamu akan melupakan perkataanku ini besok, tapi aku minta kepadamu sekarang untuk menemani dan menjaga Yuqi. Waktunya sudah nggak lama lagi," kata Jeffry tegas.
Lucas terdiam, ia benar-benar kebingungan dengan semua ini. Sesuai dengan permintaan temannya, Lucas menemani Yuqi, wanita yang dianggapnya aneh itu. Lucas duduk di tempat tidur di samping Yuqi. Dengan saksama Lucas menatap wajah Yuqi yang sedang terbaring lemah. Secuil rasa tiba-tiba menghampiri Lucas. Perlahan Lucas mengangkat tangannya dan mengelus rambut Yuqi. "Siapa kamu?"
Keesokan harinya....
Lucas terbangun di samping tempat tidur Yuqi. Lucas jelas terkejut. "Kenapa aku ada di sini?" guman Lucas heran. Lucas melirik jam tangannya, matanya langsung mendelik saat tahu ia terlambat menemui bosnya pagi ini. Dengan tergesa, Lucas keluar menuju kamar rumah sakit itu. Saat ia hendak pergi, seseorang malah menghadangnya.
"Tunggu. Kau Lucas, 'kan?" tanya seseorang yang nggak lain adalah Danny.
Danny menghadang Lucas untuk pergi. "Maaf, tapi aku harus pergi, bosku menunggu," sergah Lucas.
"Tunggu!" kata Danny terus menghadang Lucas.
Dengan sekuat tenaga Danny menghadang Lucas sampai Lucas menyerah. Karena usaha gigih Danny, Lucas akhirnya luluh dan setuju untuk berbicara empat mata dengan Danny.
Danny menggiring Lucas masuk ke kamar rumah sakit tempat Yuqi terbaring lemah. Danny mengajak Lucas untuk mengamati Yuqi lekat-lekat. "Dia istrimu," kata Danny.
Jelas saja Lucas mengelak. Namun, Danny menjelaskan panjang lebar kalau Lucas nggak mengingat kejadian enam bulan lalu karena efek operasi epilepsinya. Danny menjelaskan pada Lucas sampai Lucas mengerti. Walaupun kadang Lucas terlihat nggak mempercayainya, tapi Danny terus meyakinkan.
"Kenapa aku melakukannya?" tanya Lucas merasa bersalah dengan keputusannya sebulan yang lalu.
"Itu bukan sepenuhnya keputusanmu, sebenarnya Yuqi juga menginginkan hal ini terjadi kepadamu," jelas Danny.
"Apa tujuannya?! Aku nggak akan bisa mengingatnya, setiap hari aku kehilangan ingatanku, apa untungnya baginya?!" tanya Lucas frustrasi.
"Kamu akan mengerti suatu hari nanti," ucap Danny.
"Mulai sekarang kamu harus berada di sini bersamanya dan aku akan terus mengingatkanmu setiap hari tentangnya," tambah Danny menepuk bahu Lucas.
Di hari-hari berikutnya, Danny terus menjalankan misinya mengingatkan Lucas tentang Yuqi. Hingga di hari terakhir, Danny memberitahu semuanya kepada Lucas. Namun, ada yang berbeda di hari ini.
"Lucas, ini hari terakhirku dan besok kamu bisa pulang ke rumahmu," ucap Danny.
"Maksudnya? Kamu baru menceritakan kalau wanita yang sedang berbaring ini istriku dan sekarang kau menyuruhku pulang? Meninggalkannya?" tanya Lucas sambil menunjuk Yuqi yang sedang terbaring nggak sadarkan diri dengan alat bantu nafas.
Danny mengangguk. "Sore ini kamu boleh pergi," kata Danny terlihat menahan air matanya.
"Tapi sebelum pergi kamu harus berjanji menggenggam tangannya sampai waktunya tiba," ujar Danny.
Saat sore tiba, beberapa dokter berkumpul di ruangan itu. Jeffry juga ada disana. Hari ini adalah hari dimana perjuangan Yuqi melawan penyakitnya berakhir. Para tim medis sudah angkat tangan dengan penyakit yang diderita Yuqi. Sudah tiga tahun lamanya Yuqi berjuang melawan tumor ganas itu.
Lucas menepati janjinya, ia menganggam tangan Yuqi di saat terakhirnya. Walaupun Lucas nggak mengingat Yuqi dengan jelas, tapi hatinya terasa amat sedih saat mengetahui bahwa istri yang nggak dingatnya itu akan pergi. "I love you," ucap Lucas tanpa sadar meneteskan air mata saat melihat Yuqi sedang terbaring lemah menanti kematiannya.
Semenit kemudian, Yuqi pergi dengan tangan Lucas yang masih menggenggam tangannya. Sore itu Yuqi pergi meninggalkan Lucas tanpa ingatan tentang dirinya.
Sore itu menjadi sore yang sendu bagi Lucas dan keesokan harinya saat ia terbangun, ia nggak akan mengingat kenangan menyedikan ini.
Dari Yuqi
Untuk suami kesayangan.
Hai, suamiku! Saat membuka surat ini mungkin aku sudah nggak ada di sisimu. Saat membaca surat ini mungkin kamu sedang bersama adikku. Namanya Danny btw, kamu sering mengajaknya nonton bola sampai larut malam dulu.
Aku tahu kamu nggak mengingatnya. Nggak apa, aku bisa memakluminya. Kamu juga nggak mengingatku, benar, 'kan? Aku nggak akan mengingatkanmu tentang siapa aku, tapi aku cuma ingin bilang kalau aku mengingatmu dan aku mencintaimu, selamanya!
Maaf aku harus melakukan ini semua. Hanya ini satu-satunya cara supaya kamu nggak bersedih atas kepergianku. Aku nggak mau kamu mengingatku. Aku nggak mau kamu mengingat kepergianku sore itu. Lebih baik kamu menjalani hidupmu tanpa aku di dalamnya.
Walaupun aku sudah pergi, tapi aku tetap mencintaimu. Selamat tinggal, Lucas. I love you.
Lucas menutup surat yang diberikan Danny padanya. "Aku nggak ingat apa-apa," kata Lucas.
"Kamu nggak perlu mengingat apa pun," balas Danny.
"Dia nggak ingin kamu mengingatnya. Dia melakukannya karena dia tahu kamu begitu mencintainya," tambah Danny menepuk bahu Lucas.
End.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top