25. Where Will You Go?

Sebulan lagi adalah hari yang sangat dinantikan sekaligus penting bagi Wanna One tiba. Hal yang menunjukkan bahwa mereka masih terus berkarya sebagai idola, comeback. Tidak heran pula kalau anggotanya mengerahkan hampir seluruh waktu dan tenaganya untuk menyiapkan penampilan terbaik kelak.

Pengeras suara di ruang latihan dimatikan. Latihan sudah selesai. Semuanya menepi dan terduduk, menyeka keringat yang mengalir. Seseorang mengambil tas berukuran sedang yang berisi botol minum kemudian membagikannya ke masing-masing anggota.

Usai meneguk minumannya, Jisung bertepuk tangan. "Kerja bagus, teman-teman. Latihan hari ini berjalan lancar!"

"Makin hari, kita terlihat makin kompak," puji Daniel sembari terkekeh. Tawa khas Daniel itu terlihat jelas di wajahnya.

Guanlin mengacungkan jempol. "Benar. Aku juga semangat karena sangat menyukai konsep kita kali ini!"

"Para penggemar pasti sangat menanti dan akan menyukai comeback kita kali ini," sambung Minhyun.

Semua terlihat bersemangat, kecuali Jinyoung yang hanya diam dan sesekali meneguk minumannya. Seseorang yang melihat raut wajah berbeda dari Jinyoung itu pun menghampiri. Tidak biasanya.

"Jinyoung-ah, wae?" tanya Daniel yang sekarang duduk di sampingnya. "Masih memikirkan perempuan yang kau suka itu?"

"Eung. Bagaimana kau tahu?" jawab Jinyoung.

"Youra sempat bilang padaku kalau ada temannya yang pergi tanpa kabar beberapa hari ini, namanya Ara dan aku seperti pernah dengar nama itu."

Jinyoung membelalakkan matanya. Mulutnya ternganga kemudian terkekeh. "Youra noona? Sungguhan? Padahal dia yang buat Ara noona pergi."

Daniel mengusap punggung lelaki itu. "Youra bilang dia mengerti kalau apa yang dilakukannya salah. Dia juga menyesal karena kelakuannya hanya membuat dia lebih jauh dengan Jihoon."

"Ah, harusnya aku sudah bisa menebak kalau noona begitu hanya karena Jihoon hyung."

"Tapi aku penasaran apa anak itu benar-benar tidak masuk sekolah?"

Jinyoung mengangguk kemudian menatap Daniel. "Iya dan bahkan tadi aku sudah datang ke rumahnya. Ibunya bilang kalau dia pergi ke Busan."

"Busan? Jauh juga dia pergi," komentar Daniel sambil berdecak. "Kalau begitu, tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu."

"Kalau itu aku juga sudah tahu, Hyung...."

Daniel mengusap dan mengacak-acak rambut Jinyoung. "Sekarang fokuslah saja dengan apa yang ada di depanmu. Jangan sampai anak itu mengganggu persiapan kita. Oke?"

"Ne," balas Jinyoung seadanya.

Tepat setelah Daniel mengakhiri pembicaraannya dengan Jinyoung, seseorang dengan cepat berdiri usai mengistirahatkan dirinya dari latihan. Ia mengambil tas selempang miliknya kemudian mengecek jam yang tertera di layar ponsel.

"Jihoon? Mau ke mana?" tanya Jaehwan yang kebetulan berada di sampingnya.

Jihoon sedikit menoleh. "Latihan hari ini sudah selesai, 'kan? Apa aku boleh izin pulang duluan?"

Jaehwan mengangguk. "Iya. Sudah selesai sih, tapi memang kau mau ke mana? Kenapa terburu-buru? Santai saja dulu di sini bersama kami."

"Hanya ada janji dengan seseorang, Hyung. Kalau begitu, aku pergi dulu."

Lelaki itu segera keluar dari ruangan, tapi tidak sendirian karena ada yang segera bergegas mengikutinya. Namun, dengan langkah pelan karena tidak mau sampai dia mengetahuinya.

"Aku juga pamit, ya."

🔼🔽🔼

Hari-hari Ara tidak diisi dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Ia terus menghabiskan waktunya di kamar Kyung Mi ketika anak itu pergi ke sekolah. Namun, tidak juga ada bedanya saat Kyung Mi sudah selesai dengan sekolahnya karena gadis itu harus segera menyelesaikan tugas sekolah.

"Kyung Mi, apa kau tidak mau bermain ke luar?" tanya Ara dengan wajah memelas.

Sahabatnya yang sedang duduk di belakang meja belajar itu menghela napas. Ia menoleh. "Tugasku sedang banyak. Lagipula aku bingung kenapa kau mau di sini berlama-lama?"

"Apa maksudmu kau tidak suka aku ada di sini?" keluh Ara.

"Bukan, bukan begitu. Maksudku kalau kau lama menghilang tanpa kabar, sekolahmu akan terancam. Kau bisa saja dikeluarkan dari sekolah. Apa kau mau hal itu terjadi?"

Ara memanyunkan bibirnya. "Tentu saja tidak, tapi aku harus bagaimana? Aku malu ... hmm ... takut untuk bertemu mereka lagi."

Kyung Mi beranjak dari kursi kemudian berdiri di sebelah Ara. Merangkul bahu gadis itu.

"Kau ini sudah bukan Ara yang dulu lagi. Kau sudah berubah dan perubahan itu bawa hal positif untukmu. Jadi, cobalah tidak selalu melihat ke belakang. Mereka, teman-temanmu di sekolah, belum tentu sama dengan mereka yang ada di sekolah kita dulu. Mereka juga semakin dewasa dari segi umur dan sudah tidak sewajarnya melakukan lelucon macam itu. Tenang, semua akan baik-baik saja."

Ara menatap mata milik sahabatnya. "Apa kau yakin? Jadi, menurutmu aku harus pulang sekarang?"

Kyung Mi mengangguk. "Kalau kau butuh teman, aku bisa mengantarmu."

"Baiklah. Aku akan pulang, tapi setelah aku jalan-jalan di Busan dulu. Sudah lama rasanya aku tidak berkeliling di sini. Kau ikut?"

Hanya dengan gerakan arah mata Kyung Mi, Ara mengerti. Sahabatnya sedang banyak tugas menumpuk. Baiklah, Ara mengerti.

"Kalau begitu, aku akan pergi sendiri. Jangan mencariku," ucap Ara sembari sengaja mengecup pipi Kyung Mi yang membuat sahabatnya bergidik.

"Jangan pulang sore-sore!" teriak Kyung Mi sembari mengusap pipinya dan menggeleng melihat tingkah sahabatnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top